PART 19

4.9K 195 32
                                    

Tisha berjalan menuju gerbang sekolahnya. Ini adalah tahun ketiga tisha bersekolah disekolah ini tandanya tinggal menunggu beberapa bulan lagi ia akan meninggalkan sekolah ini dan melanjutkan kuliah. Tisha segera menuju kepapan pengunguman untuk mengetahui ia berada dikelas mana ditempatkan selama setahun kedepan. Sebenarnya ia bingung dengan aturan sekolahnya ini, dulu saat ia pembagian kelas 11 ia kira akan bersama dengan orang yang sama sampai kelas 12 namun ternyata aturan itu berubah tiba-tiba saat kenaikan kelas. Ia mengamati daftar kelas dan menemukan namanya di kelas 12 ipa 3, berarti ia tidak berada dikelas yang sama seperti saat kelas 11 kemarin. Tisha segera menjauh dari papan pengunguman karena semakin banyak siswa-siswi yang mulai berdatangan dan mulai berdesakan untuk melihat papan pengunguman. Baru beberapa langkah ia menjauh dari papan pengunguman tiba-tiba ada yang memanggil namanya.

"yah kita gak sekelas lagi sha, emang guru-gurunya php nih. Dulu aja bilangnya gak bakal di rolling lagi kelasnya eh tau-tau malah rooling, gue kan merasa ter php sama guru sendiri" ucap adel panjang lebar saat sudah berada dihadapan tisha. Tisha tersenyum menanggapi ucapan teman nya tersebut.

"gapapa del, kita harus banyak-banyak temen kali, udah gapapa lah jangan sedih kaya gitu" ucap tisha akhirnya

"hmm iya deh, kantin yuk kelasnya belum dibuka, katanya ntar jam sembilan baru dibukanya" ucap adel

"lah kenapa kaya gitu?" tanya tisha

"gak tau juga sih, katanya ntar ada pengarahan dulu dari kepsek, tapi kepseknya belum dateng sih ini" ucap adel, yang hanya diangguki oleh tisha. Akhirnya mereka sudah sampai di kantin, mereka langsung menuju meja talita, ternyata talita sudah menunggu mereka berdua.

"lama banget sih" ucap talita kesal.

"yeuu sabar kali mba, emangnya papan pengunguman sama kantin deket" sahut adel dengan kesal.

"gak usah nge gas juga kalik. duduk gih sini biar gue yang pesenin. Mau makan apa kalian?" tanya talita

"bakso sama es teh" ucap tisha

"bakso sama aqua aja deh gue" ucap adel lagi

"okedeh" sahut talita dan langsung saja pergi dari hadapan tisha dan adel. Tak lama tisha kembali dengan nampan penuh berisi makanan ia dan teman-temannya.

"oh iya sha gimana kabarnya adit?" tanya talita saat mereka sedang makan.

"gatau" sahut tisha cuek

"lah gimana gak tau, lo kan bininya masa gitu aja gak tau" ucap adel

"ya emang gue gak tau" ucap tisha

"emang dia gak pernah ngabarain lo?" tanya adel

"gak pernah, dari awal dia berangkat sampe sekarang gak ada kabar" jawab tisha.

"emangnya lo gak usaha gitu buat coba ngehubungin dia?" tanya talita.

"gue udah coba sekedar sms sih, tapi gak ada balasan apa-apa. Yaudah gue diemin deh sampe sekarang" jawab tisha lagi.

"yeuuu lu, coba telpon kek jangan cuman sms lah bege" ucap adel sambil memasukkan pentol kedalam mulutnya.

"gue takut denger suara dia" sahut tisha lirih.

Seketika hening saat tisha berucap seperti itu. Adel dan tisha saling tatap satu sama lain, mencoba berbicara melalui tatpan mata. Walaupun mereka sebenarnya tidak tau apakah mereka mengerti apa yang sedang mereka pikirkan satu sama lain.

"kenapa?" tanya talita.

"gue juga gak tau, gue terlalu takut buat denger suara dia, setelah dia pergi" sahut tisha lirih.

"lo udah bener-bener suka ya sama dia?" tanya talita lagi.

"gue juga gak tau, gue bingung sama perasaan gue" sahut tisha lagi.

"kayanya lo takut aja sha sama perasaan lo." Ucap adel.

"maksud lo apaaan deh del" sahut talita.

"gini ya, jadi kan lo takut denger suara adit. Menurut gue nih ya lo itu masih bingung sama perasaan lo, karena lo takut jatuh sama dia, lo terlalu banyak berharap sama advice yang bakal lo dapat setelah ngasih semua perasaan lo tentang adit. Dan lo takut dia bakalan pergi dari kehidupan lo" sahut adel panjang lebar.

"waah keren lo, bisa ngomong kaya gitu" ucap talita salut.

"jadi menurut gue mending lo mantepin hati lo, lo mau suka sama dia atau engga. itu semua pilihan lo. Kita berdua cuman bisa dukung yang terbaik buat lo. Kita juga bakalan selalu ada kok buat lo kalo lo perlu saran dari kita berdua" ucap adel lagi.

"adel bijak hari ini, gue salut deh sama lo" ucap talita terkagum-kagum.

"makasih saranya, gue bakalan dengerin apa yang kalian saranin" sahut tisha dengan senyum tulus.

Mereka bertiga segera berdiri dari bangku yang mereka duduki saat mendengar bel untuk masuk kelas telah berbunyi. Mereka segera menuju lantai dua dimana kelas mereka berada. Tisha segera menuju kelasnya 12 ipa 3 dan Tisha langsung masuk kedalam kelas dan meniliti bangku yang masih kosong karena ternyata banyak bangku yang sudah diduduki, mungkin tisha kalah cepat dari yang lain untuk mencari tempat duduk.

Tisha segera menuju ke bangku no dua dari depan yang berada di tengah kelas. Karena hanya bangku itu saja yang masih kosong. Tiha tidak suka duduk di bangku yang dekat dengan jendala, dan bangku yang kosong banyak yang berada dekat dengan jendela.

Tisha segera duduk di bangku itu. Karena merasa bosan tisha memainkan ponselnya selagi menunggu wali kelasnya datang.

"gue duduk sini ya?" tanya seorang gadis dengan rambut yang diikat kuda. Membuat tisha mengangkat kepalanya.

"iya duduk aja" sahut tisha singkat dan mengalihkan kembali pandangannya ke layar ponselnya.

"kenalin nama gue raya" ucap gadis rambut ikat kuda sambil mengacungkan tangannya untuk bekenalan.

"tisha" sahut tisha sambil menyambut acungan tangan tersebut.

"dari kelas mana? Gue gak pernah liat lo btw" ucap raya

"dari ipa 4, lo dari mana?" tanya tisha basa-basi.

"gue penduduk asli kelas ini" ucap raya.

Tisha dan raya asyik berbincang-bincang untuk mengakrab kan diri mereka masing-masing, tiba-tiba ada yang menepuk pundak raya membuat mereka berdua menoleh bersamaan.

"gue juga mau dong kenalan sama temen lo" ucap lelaki yang duduk tepat dibelakang raya.

"oh iya sha kenalin ini abang gue rayi, terus yang dibelakang lo itu namanya deny, mereka penduduk asli kelas ini juga sama kaya gue" ucap raya mengenalkan tisha dengan dua lelaki yang duduk dibelakang mereka.

"tisha" ucap tisha memperkenalkan diri sambil berjabat tangan.

"lo adeknya akbar mumtazah ya?" tanya deny.

"hmm" sahut tisha.

"waaa lo serius adeknya akbar?" tanya raya lagi.

"iyaa, emang kenapa?" tanya tisha.

"gak papa keren aja" sahut raya.

"lah emang selama ini gue gak keren apa jadi abang?" tanya rayi sewot.

"gak kok lo keren, apalagi kalo mau bayarin gue kalo belanja. Gue makin cinta deh" sahut raya.

"itu mah emang akal-akalan lo doang buat nguras tabungan gue" sahut rayi akhirnya.

Akhirnya mereka asyik berbincang-bincang sampai wali kelas mereka memasuki ruang kelas mereka untuk mengatur kelas tersebut.




sorry baru up, banyak yang harus diurus jadi baru sempet up sekarang. son part 20 nya semoga bisa lebih cepet up. bentar lagi puasa, selamat menjalankan buat yang puasa:).

Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang