Kiki berdiri tegak di atas pagar licin dan berbicara lurus ke depan:
“Kemuning.”
“Ya?”
Aku tidak bisa melihat wajah Kiki karena dia melihat ke depan.
“Aku tidak akan pernah melupakan apa yang kamu katakan kepadaku kemarin. Aku benar-benar senang ketika kamu mengatakan kamu akan selalu membutuhkanku bahkan jika tidak ada orang lain yang menginginkanku.”
Kemuning mengangguk.
“Bekas luka ini akan menghilang setelah aku mencapai dunia lain, kan?”
“Ya.”
“...Aku sangat bahagia.”
Kemuning melakukan pekerjaan yang bagus.
Aku akan selalu membutuhkanmu bahkan jika tidak ada orang lain yang menginginkanku.
Itu adalah kata-kata yang sangat ingin Kiki dengar.
Kata-kata itu terdengar palsu dari mulut orang lain, tetapi jika Kemuning yang mengatakan itu, itu adalah kebenaran.
Tapi―
―aku tidak ingat Kemuning pernah mengatakan hal itu padanya. Kapan memangnya dia mengatakan hal itu?
“Tania,” Kiki tiba-tiba memanggilku. Mengacaukan lamunanku.
Kik masih melihat ke depan, jadi aku masih tidak tahu seperti apa raut wajahnya saat ini.
“Ya, Kiki?”
“―Terima kasih.”
Ucapnya sembari melompat tanpa ragu-ragu.
Dengan sekejap Kiki menghilang dari pandanganku.
“Terima kasih...?”
Mengapa?
Mengapa dia berterima kasih padaku?
Bukankah Kemuning yang menyelamatkan Kiki, dan Kemuning yang membimbingnya ke dunia yang lebih baik.
Terima kasih... kata-kata terima kasih.
Tapi ini membuatnya tampak seolah-olah akulah yang memimpin upacara ini.
Saat aku sedang menanggulangi kebingungan yang aneh ini, temanku terus melompat satu demi satu. Dan sebelum mereka melompat dan bertaburan, mereka semua mengutip kata-kata yang tidak pernah aku dengar dari Kemuning dan berterimakasih kepadaku seperti yang Kiki lakukan.
Melihat mereka membuatku merasa seolah-olah aku sedang melihat bunga buatan yang telah layu.
Setelah semua orang melompat. Akhirnya, hanya aku sendiri yang tersisa bersama Kemuning.
Hujan semakin besar. Aku mungkin akan terkena masuk angin, pikirku untuk sesaat dan mencibir diriku sendiri.
Aku yang terakhir.
b“Tania,” ucap gadis yang ada di depanku.
“Apa yang ingin kamu konfirmasi?”
“Ya, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.”
“Kenapa harus menanyakannya pada saat giliran terakhir?”
Aku melihat lantai. Setetes air menetes dari rambutku dan memasuki mataku, membuatku merasa kotor.
![](https://img.wattpad.com/cover/146381174-288-k0b0073.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunuh Diri
Mystery / ThrillerIa tergeletak tak bernyawa tidak jauh di depanku. Darahnya berhamburan ke setiap sudut lantai. Tidak seperti bunga, yang dikatakan indah meski setalah berhamburan, ia tak menampilkan emosi sedikit pun pada wajahnya. ―Benar,saat itu Dia bertabura...