Bab 1 - Maya dan Sahabat Sejati

291 9 0
                                    


    Aku tidak punya teman.

    Bukan karena aku tidak suka bicara, bukan karena aku tidak percaya, dan bukan karena aku tidak mau menjalin kontak dengan yang lain. Aku bukannya sengaja menghindari mereka, tapi sederhananya, karena aku tidak bisa menjalin pertemanan.

    Ibuku selalu bilang padaku kalau itu bukan masalah besar, karena aku pintar dan nilai di sekolahku bagus, tapi dari perspektifku justru itu adalah masalah besar. Ibuku tidak tahu bagaimana rumitnya kehidupan sekolah bagi orang yang tidak bisa berteman.

    Sama seperti sekarang. Di saat waktunya istirahat dan semua teman sekelas sedang asyik mengobrol dengan yang lain, aku malah duduk sendirian di sini seolah aku berada di dimensi lain. Di saat semua teman sekelas mendekatkan meja mereka bersama-sama dan bercanda bersama, aku selalu merasa seperti terbuang di pulau terpencil yang dikelilingi oleh lautan luas.

    Aku bertanya-tanya, apakah semua orang yang ada di dunia ini sebenarnya adalah alien yang menyamar menjadi manusia yang mencoba menipuku, menipu manusia terakhir yang masih hidup di dunia ini?
    Konyol. Memang konyol, tapi itu membuktikan seberapa kesepiannya aku di sekolah. Karena tidak ada yang bisa aku lakukan di kelas, aku membaca buku di waktu senggang meskipun sebenarnya aku tidak ingin melakukannya. Berkat itu, aku menjadi lebih sulit untuk mendekati dan semakin memperlebar kesenjangan antara aku dan teman-teman sekelasku.

    Ini adalah lingkaran setan. Aku disalahtafsirkan sebagai seseorang yang suka sendirian, padahal tidak sepenuhnya benar. Aku ingin ngobrol juga! Aku ingin ngobrol tentang siapa cowok paling keren di kelas dan juga anggota boyband favoritku! Akan tetapi aku diabaikan. Aku hanya enggan didekati orang lain yang hanya datang bila ada maunya saja.

    Kenapa aku tidak bisa punya teman? Apa yang membuatku berbeda dari orang lain? Aku sering memikirkan ini.

    Pasti karena aku jelek. Aku punya banyak jerawat, mataku sipit, dan hidungku datar. Apa dengan itu aku beranggapan kalau diriku terlihat menjijikan? Aku rasa tidak. Sangat keliru kalau harus menyalahkan penampilanku.

    Lalu kenapa? Aku rasa karena kurangnya kemampuanku dalam berkomunikasi. Benar, aku tidak pandai berbicara dengan orang lain. Tapi, kenapa begitu? Karena aku selalu waspada? Karena aku selalu gugup waktu bicara? Tidak, bukan karena itu. Itu hanyalah lingkaran setan yang dimulai karena aku jarang berbicara dengan orang lain.

    Akar penyebabnya pasti karena... aku takut terluka. Aku takut dipandang sebagai orang aneh. Aku takut merusak suasana dengan pernyataan yang aku lontarkan. Aku takut pendapat orang lain mengenai diriku.

    Aku menatap diam Rosa beserta gengnya yang berada di baris ke dua dari jendela. Rosa bisa dibilang semacam pemimpin kelas ini, dan karena itulah dia memiliki banyak teman. Mereka tampak bersenang-senang dan membuatku iri.

    Tapi meskipun mereka tampak dekat, aku yakin di antara mereka ada yang tidak mereka sukai. Tidak ada yang sempurna. Karakteristik setiap orang berbeda yang mana hal itu dapat menimbulkan kebencian. Orang seperti itu, banyak sekali di kelasku.

    Karena itulah, rasanya sulit untuk berteman dengan mereka.

    Tapi, tidak masalah.

    Aku mungkin tidak memiliki teman, tapi aku punya sahabat.

    Aku punya satu sahabat yang tak tergantikan, dan namanya adalah...

    ... Manis Kemuning.

    “Masalahnya, kamu tuh terlalu baik, May.”

    Itulah yang dikatakan Kemuning kepadaku saat perjalanan pulang kami, ketika aku menceritakan padanya tentang diriku yang tidak bisa berteman dengan yang lain.

Bunuh DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang