Bab 13 Silvia dan Gaun Putih

21 2 0
                                    


       
    Pembicaraan dengan Alisa telah sedikit mempengaruhi aku, akan tetapi itu bukan alasan untuk mengubah rencanaku.

    Aku pergi menemuinya.

    Aku tidak tahu kapan dan di mana dia menunggu, tapi aku tahu kalau dia ada di sana.

    Dalam perjalanan, aku melihat energi humanoid itu berkedip-kedip lagi, mencoba merasuki tubuh seseorang.

    (Tak bisa dimaafkan. Tak bisa dimaafkan. Website buatanmu sangat tidak bisa dimaafkan.)

    (Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Giant vs. Yakult.)

    (Aku tahu rahasiamu! Kamu melepas celanamu saat pergi ke toilet!)

    Mereka semakin berbahaya―kata-kata mereka mulai masuk akal bagiku. Aku perlahan-lahan mulai melihat perasaan yang mendasari pesan samar mereka.
    Sebuah nyeri kesemutan berjalan melalui tubuhku.

    Aku secara naluriah sadar bahwa akan sangat berbahaya jika memahami bahasa mereka. Dengan memahami mereka maka sama dengan bisa berkomunikasi dengan mereka, dan berkomunikasi dengan mereka mengharuskan aku membuka diriku pada mereka selama percakapan. Mereka tidak akan membiarkan kesempatan itu lolos begitu saja.

    Aku mencoba mengabaikan mereka seperti ketika aku sedang mengabaikan orang yang membagikan selebaran promosi di jalanan.

    Aku hanya perlu menghindari kontak dengan mereka. Aku cukup mengabaikan kenyataan bahwa mereka tidak lagi berbentuk mirip manusia, tetapi sekarang memiliki sosok manusia.

    Sepanjang jalan aku mengabaikan mereka dengan sekuat tenaga, dan tanpa sadar aku mendapati diriku telah berada di taman yang sama seperti kemarin. Juga, ia duduk di bangku yang sama seperti sebelumnya.

    Hal pertama yang aku tanyakan padanya, sosok gadis yang cantiknya bukan main, adalah...

    “Hei, apakah ini berkatmu sekarang aku dapat melihat sosok energi humanoid?”

    “’Kamu’,” katanya tanpa menjawab pertanyaanku. Rupanya, ia tak berbicara kepadaku, tetapi mengulangi kata yang aku gunakan untuk merujuk padanya. “Panggil aku Kemuning. Sebagai imbalannya, aku juga akan memanggilmu Silvia. Oke?”

    “Aku tak keberatan...” aku menjawab dengan hati-hati.

    “Silvia, apa kamu sudah mempertimbangkan tawaranku?”

    Heh, pertanyaanku diabaikan.

    “Penawaranmu... ? Bukankah kamu berpikir agak terlalu sepihak? Kamu mengatakan apa yang ingin kamu katakan dan tiba-tiba menghilang begitu saja. Selain itu, aku tidak tahu apa yang kamu maksud dengan, ‘Apa kamu ingin ikut bersamaku?’”

    “Serius...?”

    “Serius,” jawabku sembari menghela napas.

    “Meskipun kamu memiliki kekuatan seperti itu?” ia bertanya dengan terkejut.

    “Iya. Aku rasa kita memperoleh kekuatan ini dengan cara yang berbeda. Ketika kamu mendaki gunung dari arah yang berbeda, kamu akan tiba di tempat yang sama, kan?”

    Kemuning berhenti selama beberapa saat dan mengangguk.

    “Oh, aku mengerti, jadi itu sebabnya kamu memanggil mereka dengan sebutan ‘energi humanoid’.”

    “Mengerti?”

    “Iya. Karena ada nama yang lebih mudah dan sederhana bagi mereka, kan?”

Bunuh DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang