1998
"Biarkan dulu, Vince."
Adam menahan tangan Vince saat melihat lelaki itu hendak melangkah menuju ke arah sekelompok anak di depan sana.
"Tapi..." Vince menoleh, menatap ragu ke arah Bosnya itu. "Anak itu bisa mati jika kita membiarkannya. Kau tidak lihat apa yang anak lain itu bawa? Kayu! Mereka bisa memukulnya."
Adam menatap ke depan, memandangi dengan seksama ke arah seorang anak kecil bertubuh kurus dan berpakaian kumal. Usianya bahkan pasti tidak lebih dari sepuluh tahun. Anak itu membawa sebuah bungkusan plastik yang menjadi pangkal permasalahannya. Dia dikelilingi tiga orang anak lain yang tubuhnya lebih besar dan mereka semua memegang potongan kayu.
Adam sempat mendengar sekilas ketiga anak yang lebih besar itu meminta uang tapi anak kurus itu mengatakan dia tidak memilikinya. Akhirnya mereka memintanya untuk menyerahkan bungkusan plastik yang dibawanya tetapi lagi-lagi anak kurus itu menolak.
Dan yang terjadi adalah saat ini mereka mengelilinginya, siap memukulnya dengan kayu.
"Aku akan menolong anak itu!" Vince berkata kesal. Dia tidak habis pikir dengan Bosnya yang tega membiarkan anak kecil itu begitu saja. "Dia bisa mati!"
Adam menggeleng kuat, membuat Vince mengurungkan niatnya. "Lihat matanya Vince. Mata itu adalah mata pemberani, mata pemenang. Anak itu akan bisa mengalahkan mereka. Kau lihat saja."
Ketiga anak lebih besar itu maju bersamaan, siap memukul si anak kurus. Tiba-tiba, anak kurus itu melemparkan bungkusan plastik yang tadi di pegangnya dan dengan cepat dia mengambil tanah, menggenggamnya, lalu melemparkannya ke wajah ketiga anak yang siap memukulnya.
Semua berlangsung dalam hitungan detik. Anak kurus itu mengambil kayu dari ketiga anak lainnya saat mereka melepaskannya dan memegangi wajah karena lemparan tanah bercampur pasir. Dengan sigap si anak kurus memukul tubuh ketiga anak yang lebih besar itu, membuat mereka mengerang kesakitan dan terjatuh berdebam ke tahan. Belum puas, anak kurus itu memukul lagi tubuh-tubuh yang sudah terbaring di tanah itu. Dia memukul lagi kaki mereka semua sekuat tenaganya.
"Cepat, Vince!" Adam berteriak dan berlari. "Kita harus melerainya, atau dia bisa membunuh ketiga anak itu. Cepat!"
Adam dan Vince bergegas berlari menuju tempat keempat anak itu berada. Adam meraih tubuh kurus yang sedang kalap dan memukul dengan membabi-buta itu. Anak itu berontak, hendak memukul Adam dengan kayu, tapi dengan cepat Adam meninju perutnya, membuatnya terhuyung memegangi perut dan terjatuh di tanah.
"Itu hanya pukulan pelan, Nak." Adam mendekat, menjulurkan tangannya hendak membantu anak kurus itu berdiri. "Aku hanya mencoba menolongmu. Jika tidak, kau bisa membunuh ketiga orang tadi dan masuk penjara. Ayo, raihlah tanganku."
Anak kurus itu bergeming, menatap Adam dengan matanya yang tajam dan napas tersengal sembari memegangi perutnya.
"Aku bukan orang jahat, Nak. Namaku Adam dan yang sedang menolong ketiga anak yang kau pukul itu Vince, anak buahku." Adam balas menatap mata tajam di depannya itu. "Percayalah padaku, Nak."
Anak kurus itu perlahan mengangguk, meraih uluran tangan Adam. Saat sudah berdiri, matanya mencari kesekeliling dan mendesah lega saat menemukan bungkusan plastik yang tadi dilemparkannya.
"Dimana rumahmu?" Adam bertanya lagi saat anak itu sedang menepuk bungkusan yang terkena tanah. "Aku akan mengantarmu pulang."
Anak itu menggeleng, mulai berjalan menjauh.
"Tunggu, Nak." Adam berjalan cepat, menjajari langkah anak itu. "Aku benar-benar tertarik padamu. Boleh aku ikut kau pulang?"
Anak kurus itu hanya terdiam, menggenggam erat bungkusan plastiknya. Dia tidak memperdulikan Adam dan juga Vince, yang rupanya sudah selesai mengurus ketiga anak-anak tadi dan sekarang mengikuti mereka di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER Bodyguard [Selesai]
RomanceSejak Papanya mendapatkan surat ancaman dari seseorang yang berniat menculiknya, hidup Olivia yang semula memang dijaga ketat, menjadi lebih ketat lagi. Ia tidak bisa meninggalkan rumah sembarangan, tidak bisa lagi pergi kemanapun yang ia mau tanpa...