Olivia berguling ke sisi kanannya. Merasa masih belum nyaman, ia membalikkan lagi tubuhnya dan menyibakkan selimut yang membelit dirinya. Ia tidak bisa tidur. Entah sudah berapa lama ia mencoba memejamkan matanya tetapi ia masih saja terjaga.
Olivia menepuk kesal kasurnya sembari bangkit untuk duduk. Rasa haus yang membuat kering tenggorokannya membuat Olivia memutuskan untuk keluar dari kamar dan berjalan menuju ke dapur.
Suasana temaram langsung menyambutnya saat memasuki dapur. Sinar bulan yang berbentuk bulat di langit menerobos masuk ke dalam dapur melalui jendela yang tidak tertutup tirai. Jika saja sedang tidak haus, Olivia pasti akan berhenti sebentar untuk mengagumi indahnya bulan.
Cairan dingin yang membasahi tenggorokannya membuat Olivia mendesah lumayan keras. Olivia meletakkan lagi gelas minumnya di atas meja dan kembali keluar dari dapur.
Olivia menghentikan langkahnya saat melintas di depan kamar Lennon. Ia mendengar teriakan. Atau setidaknya itu yang ia dengar tadi. Olivia mendekati daun pintu dan menempelkan telinganya di sana. Ia mendengar lagi teriakan itu. Suara teriakan Lennon.
"Lennon!" Olivia mengetuk pintu kamar dengan keras.
Tidak ada jawaban dari dalam dan Olivia mendengar lagi teriakan Lennon.
"Ya Tuhan, Lennon. Buka pintunya!"
Kali ini Olivia menggenggam gagang pintu. Untunglah saat ia mengguncang-guncangkan gagang itu, pintunya tiba-tiba terbuka. Lennon tidak mengunci pintu kamarnya. Olivia melangkah cepat menuju ranjang saat dilihatnya Lennon bergerak gelisah di atas ranjang dan masih berteriak.
"Lennon." Olivia naik ke atas ranjang, menyentuh lengan Lennon dan mengguncangnya pelan. "Bangun Lennon. Kau bermimpi buruk."
Lennon menghalau tangan Olivia dan kembali bergerak gelisah.
"Jangan..." Ucap Lennon lirih dalam mimpinya. "Jangan pergi, Mama..."
Hati Olivia mencelos mendengar ucapan tadi. Lennon bermimpi bertemu dengan Mamanya?
Olivia menyentuh lagi lengan Lennon dan mengguncang tubuh itu dengan kuat kali ini. "Lennon, tolong bangun. Ini aku, Olivia. Kau harus bangun."
Setelah mengguncang keras tubuh berotot Lennon, akhirnya lelaki itu membuka matanya. Tatapan mata Lennon langsung terarah ke wajah Olivia yang berada di depannya.
"Kau bermimpi, Lennon. Kau berteriak tadi."
Lennon mengenyitkan dahinya dan langsung memeluk Olivia dengan erat. Terlalu erat hingga napas gadis itu menjadi sesak.
"Jangan pergi, Olivia. Jangan pergi. Aku mohon jangan seperti yang lain, jangan tinggalkan aku. Sudah cukup semua kesedihan dalam hidupku."
Olivia merasa kesedihan mendera seluruh tubuhnya mendengar suara lirih dan penuh permohonan Lennon tadi. Didekapnya Lennon dengan lebih erat lagi, tidak peduli jika hal itu membuat dadanya semakin sesak. Diusapnya lembut punggung Lennon agar lelaki itu menjadi lebih tenang.
"Sshh…" bisik Olivia pelan. "Aku tidak akan pernah pergi, Lennon. Aku ada disini, bersamamu. Tidurlah lagi."
Perlahan Lennon mengangguk. Dia merebahkan tubuhnya ke kasur dengan Olivia dalam dekapannya. Olivia bergeser sedikit dari atas tubuh Lennon dan berbaring di sampingnya. Lengan keras Lennon masih melingkari pinggang Olivia saat lelaki itu memejamkan lagi matanya. Olivia yakin sekali Lennon masih setengah sadar saat ini. Karena jika lelaki itu benar-benar sadar, dia tidak akan mungkin membiarkan Olivia berada di dekatnya apalagi berada dalam dekapannya.
Olivia tersenyum menatap Lennon yang kembali tertidur. Wajah lelah itu terlihat damai. Olivia mengusap penuh rasa sayang wajah tampan Lennon. Merasa kesempatan seperti ini tidak akan pernah datang lagi, Olivia mendekatkan tubuhnya sehingga menempel erat dengan tubuh Lennon. Olivia melingkarkan tangannya di pinggang Lennon dan merebahkan kepalanya di dada bidang lelaki itu. Olivia menarik napas panjang, mengisi rongga dadanya dengan aroma tubuh Lennon yang wangi sabun mandi. Sembari tersenyum, Olivia memejamkan matanya dan berharap bermimpi indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER Bodyguard [Selesai]
RomanceSejak Papanya mendapatkan surat ancaman dari seseorang yang berniat menculiknya, hidup Olivia yang semula memang dijaga ketat, menjadi lebih ketat lagi. Ia tidak bisa meninggalkan rumah sembarangan, tidak bisa lagi pergi kemanapun yang ia mau tanpa...