e p i l o g

21.4K 858 46
                                    

Hari ini, aku akan update dua bab sekaligus.

Selamat membaca ya...


Lennon menatap danau di depannya. Suara kicauan burung yang terbang di atas danau menenangkannya. Embusan angin pagi membelai wajah tampannya dan menerbangkan rambutnya. Danau itu terlihat sangat indah pagi ini, saat cahaya Matahari pagi yang mulai naik memberi warna pada danau.

Tempat ini indah karena kesunyiannya. Keindahan dan kesunyian ini pula yang membuat Lennon membelinya dulu. Sesuatu yang tidak pernah disesalinya.

Lennon menarik napas dalam-dalam. Memenuhi seluruh ruang di paru-parunya dengan udara sejuk danau. Inilah rumahnya. Inilah tempat ia akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya. Lennon meraba saku depan jeans-nya dan menarik sebuah kertas yang dilipat kecil. Lennon membuka kertas berwarna merah muda yang lipatannya bahkan sudah hampir robek, karena terlipat cukup lama.

Aku mencintaimu, semakin besar setiap hari. Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk memasuki hatimu. Terima kasih karena kau telah mencintaiku sebesar aku mencintaimu. Dari aku, yang sangat mencintaimu.

Lennon tersenyum. Membaca surat itu adalah ritual yang selalu dilakukannya di setiap tanggal yang sama setiap tahunnya sejak empat tahun lalu.

"Daddy!"

Lennon memasukkan lagi surat tadi ke saku celananya dan berbalik. Sesosok gadis kecil berambut panjang tergerai yang tertiup angin berlari kecil menghampiri Lennon. Napas gadis itu tersengal saat dia mendekap erat Lennon yang segera membawanya dalam gendongannya.

"Kenapa Daddy pergi sendirian?" Gadis kecil itu merengut, bibir tipisnya dimajukan sembari dia melingkarkan tangannya di leher Lennon. "Mommy dan aku mencari Daddy."

Lennon mencium gemas putrinya itu. "Tapi kau dan Mommy berhasil menemukan Daddy, kan?"

"Mommy bilang pasti Daddy ada disini. Daddy selalu kesini setiap..." Gadis kecil itu mengerutkan keningnya, mencoba mengingat sesuatu. "Aku lupa.Tapi tadi aku ingat waktu Mommy mengatakannya."

Lennon tertawa. Mikha selalu bisa membuatnya tertawa, seperti halnya Ibunya. "Setiap hari ulang tahun perkawianan Mommy dan Daddy."

"Ya!" Mikha berteriak senang, mengalungkan tangannya di leher Lennon dengan lebih erat. "Lihat Daddy! Ada burung."

Lennon menatap ke atas, ke arah seekor burung Elang yang terbang sedikit rendah menuju danau. Ia mengusap sayang rambut Mikha. "Itu burung Elang sayang, mereka memang sering terbang disini."

"Sudah aku duga kau pasti disini."

Lennon dan Mikha dalam gendongannya sama-sama menoleh ke arah suara di belakang mereka.

Olivia berdiri memandangi mereka berdua dengan wajah memerah dan berkeringat. Ia terlihat cantik dengan senyum secerah matahari pagi ini. Bahkan rambut yang menempel di wajahnya karena keringat tidak juga mampu memudarkan pesonanya.

Lennon mencintai Olivia, bertambah besar setiap harinya begitu juga kebahagiaannya. Tidak terhitung besarnya keberuntungan yang ia miliki sejak menikahi Olivia empat tahun yang lalu dan memiliki Mikha setahun berikutnya.

Ia bukan lagi si Anak Pembawa Sial. Ia pembawa keberuntungan untuk dirinya sendiri. Menemukan Olivia dan mendapatkan cinta dari wanita itu telah mengubah hidupnya.

Lennon mendekati Olivia, mengecup keningnya. Olivia tertawa, mengusap rambut Mikha dan membelai wajah Lennon. Lennon memejamkan matanya, merasakan aliran cinta dari usapan Olivia tadi. Betapa beruntungnya dirinya.

"Boleh aku turun, Daddy?" Mikha menggeliat dalam pelukan Lennon. Dia juga terhimpit oleh tubuh Olivia.

Lennon menurunkan Mikha, membiarkan gadis kecil itu mendekati danau selama masih dalam jarak yang aman. Lennon meraih tubuh Olivia di depannya dan memeluknya. Ia berdiri di belakang Olivia, melingkarkan tangannya di pinggang istrinya dan mengistirahatkan dagunya di puncak kepala Olivia. Inilah rumahnya.

"Kenapa kau selalu ke sini setiap pagi di setiap hari pernikahan kita?" Olivia menyatukan tangannya dipinggang, bersama tangan Lennon. "Kau bangun pagi sekali, membuat Mikha ribut karena kau menghilang."

Lennon menatap danau di depannya. "Aku selalu ke sini untuk mensyukuri apa yang sudah aku miliki, Olivia. Aku ke sini untuk mengingatkan diriku betapa beruntungnya aku memiliki dirimu, Mikha dan tempat ini. Setiap mengingat peristiwa empat tahun lalu, saat kau..."

Lennon bahkan tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Ia memeluk erat Olivia, menciumi leher wanita itu dan menghirup wangi tubuhnya. Ia hampir saja kehilangan Olivia.

Seminggu, seminggu yang menyiksa diri Lennon. Selama itu juga Olivia harus berjuang di ruang ICU, dengan banyaknya peralatan yang ada di tubuhnya. Selama seminggu itu juga Lennon seperti ikut mati. Ia bahkan tidak ingin hidup lagi jika Olivia tidak ada. Ia tidak peduli bahkan jika harus bunuh diri.

Lalu keajaiban itu terjadi, perlahan Olivia mulai sadar hingga akhirnya pulih. Tidak mau membuang kesempatan kedua yang ia dapatkan, Lennon melamar Olivia dan menjadikannya istrinya. Miliknya.

"Aku mencintaimu, Olivia."

"Aku tahu, Lennon. Aku tahu."

Lennon mendesah lega. Senang sekali akhirnya setiap kali ia mengucapkan kalimat itu Olivia membalas ucapannya.

"Dan kau juga bahagia, kan, Lennon?"

Lennon membalikkan tubuh Olivia sehingga sekarang berhadapan dengannya. Ditatapnya wajah memerah istrinya. "Mau aku buktikan seberapa bahagianya aku, Olivia?"

Olivia tersenyum lebar dan mengangguk. Lennon merangkum wajah Olivia, mengusap lembut pipinya dan mencium bibirnya. Lennon menekan bibirnya ke bibir Olivia dan mendominasi bibir wanita itu. Ia mendengar erang kecil keluar dari bibir istrinya dan tersenyum dalam hati.

Oh, kau belum mendapatkan bagian hebatnya, Nyonya Lennon dan ia memperdalam ciumannya, menyelipkan lidahnya di antara gigi Olivia dan mendengar lagi erangan keras keluar dari bibir tipis itu.

.

.

.

Setiap orang terlahir dan menjalankan takdir mereka masing-masing. Kesenangan, kesedihan datang silih berganti sebagai bagian dari takdir yang kita jalani.

Pembawa sial atau pembawa nasib buruk itu tidak ada. Yang ada hanyalah seburuk apa dan sebaik apa kita bisa menerima takdir yang terjadi dalam hidup kita. Saat takdir itu membawa kesedihan, yang harus kita lakukan adalah memeluknya erat dan menjalani dengan kepala tegak dan tekad kuat. Saat takdir kebaikan yang datang, siapkan senyum lebar dan sebarkan senyum itu untuk orang lain.

Salam,

K e j u

T a m a t

HER Bodyguard [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang