Olivia melambatkan laju mobilnya saat restoran bintang lima tempat ia akan bertemu dengan Alina, pemilik perusahaan penerbitan besar yang akan menerbitkan novel miliknya.
Sebulan yang lalu, saat Olivia akhirnya bisa menyelesaikan novel miliknya, Alina membaca draft novel yang ia kirimkan dan memberitahu Olivia jika perusahaan penerbitannya tertarik untuk menerbitkan novel milik Olivia.
Sejak seminggu yang lalu juga Olivia berhasil meyakinkan Papanya jika ia tidak memerlukan lagi pengawal. Ia sudah dewasa, sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Butuh waktu beberapa minggu baginya untuk meyakinkan Papanya agar mau memberi Olivia kepercayaan yang akhirnya ia dapatkan seminggu yang lalu.
Dan disinilah Olivia sekarang, mengendarai mobilnya sendiri kemana pun ia mau kapan saja ia ingin. Tanpa ada pengawal, tanpa perlu diawasi. Olivia menarik napas dalam-dalam saat mesin mobil sudah mati dan mulai melangkah keluar dari mobil.
Udara panas di luar membuat Olivia mengernyitkan dahi dan berjalan cepat memasuki restoran. Alina mengatakan ia sudah memesan tempat untuk mereka berdua. Saat seorang pelayan wanita melintas, Olivia menghentikannya dan menanyakan dimana meja yang sudah di pesan oleh Alina.
"Ada di lantai dua, ruang VIP," jawab pelayan wanita itu seraya berjalan di depan Olivia, mengantar gadis itu hingga sampai di meja Alina.
"Olivia." Alina melambaikan tangannya, senyum lebar menghiasi wajahnya saat ia melihat Olivia melintas.
"Terima kasih," Olivia memberi pelayanan wanita tadi senyuman sebelum berjalan menuju meja Alina dan duduk di depan wanita itu.
Alina melipat kedua tangannya di atas meja. Olivia melirik sebuah kantung kertas dengan logo perusahaan penerbitan milik Alina di depannya. Alina adalah wanita empat puluh tahunan yang masih terlihat cantik di usia yang sudah menuju paruh baya itu. Ia wanita single yang tidak tertarik untuk menikah dan seorang pekerja keras. Olivia mengagumi semangat kerjanya, juga kesuksesannya.
"Aku tidak terlambat, kan?" Olivia bersandar di kursi, meletakkan tasnya di kursi sebelahnya. "Aku tahu sekali jika kau membenci orang yang terlambat."
Alina tertawa pelan sembari melirik jam tangan mahalnya. Ia mengibaskan tangannya ke udara. "Kau tepat waktu, Livi. Aku juga baru sampai. Mau pesan apa?"
Seorang pelayan berjalan mendekat, memegang sebuah notes di tangannya, siap mencatat pesanan mereka. Olivia memeriksa buku menu di depannya dan memilih salad sayuran serta ayam panggang. Olivia mendengar Alina juga memesan salad sayuran dan ikan kukus.
Saat pelayan tadi berlalu, Alina bicara lagi, "aku membawa kejutan untukmu." Alina meraih kantung kertas di sampingnya dan mengeluarkan isinya. Ia menyerahkannya pada Olivia. "Ini novelmu, Livi. Cetakan pertama."
Olivia menerima novel berbungkus plastik transparan itu dengan jantung berdebar. Novel pertamanya, mimpinya yang menjadi nyata. Ia berhasil memenuhi bucket list-nya lagi meski tanpa bantuan Lennon kali ini.
Lennon, betapa Olivia sangat merindukannya selama dua bulan ini.
"Apa kau senang?" Suara Alina membuat Olivia menengadah memandangnya.
"Luar biasa." Olivia menelusuri sampul depan novel di tangannya. "Ini mimpiku dan aku akhirnya bisa mewujudkannya, tentu saja aku lebih dari sekadar senang."
Olivia membuka sampul plastik transparan yang membungkus novelnya. Ia mengusap sampul depannya yang bergambar lelaki dan wanita yang sedang berpelukan. Olivia mulai membuka tiap-tiap lembar dengan senyum lebar di wajahnya. Ia berhasil menyelesaikan novelnya, novel yang berisi tentang dirinya dan Lennon.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER Bodyguard [Selesai]
RomanceSejak Papanya mendapatkan surat ancaman dari seseorang yang berniat menculiknya, hidup Olivia yang semula memang dijaga ketat, menjadi lebih ketat lagi. Ia tidak bisa meninggalkan rumah sembarangan, tidak bisa lagi pergi kemanapun yang ia mau tanpa...