16

12.7K 770 24
                                    

Olivia menatap layar laptopnya. Semua kekesalan dan kemarahannya terhadap Lennon, terhadap Papanya dan terhadap situasi yang tengah dihadapinya saat ini membuat Olivia menumpahkannya dalam bentuk tulisan. Ia berhasil menyelesaikan dua bab sekaligus selama mengurung dirinya di dalam kamar dan menulis.

Dengan hati kesal, Olivia menutup laptopnya dan kembali berbaring di atas kasur. Jadi saat Lennon mengatakan minta diberi waktu hingga besok, itu berarti Olivia hanya memiliki waktu sampai besok pagi untuk bisa bersama dengan Lennon. Apa yang akan terjadi selanjutnya dengan hubungan mereka? Apa Lennon akan melupakannya? Apa Olivia tidak akan pernah bertemu lagi dengan lelaki itu?

Perlahan air mata menetes di pipi mulusnya dan dengan kesal Olivia menyekanya dengan pumggung tangan. Kenapa pada saat ia akhirnya jatuh cinta rasa itu harus dikubur sebelum sempat tumbuh?

Olivia menegakkan tubuhnya dalam posisi duduk saat Lennon tiba-tiba menyerbu masuk ke dalam kamarnya. Melihat Olivia duduk di atas kasur, Lennon menghentikan langkahnya dan matanya yang tajam mempelajari wajah Olivia. Rahangnya menegang dan tubuhnya terlihat kaku saat ia berjalan mendekat, merendahkan tubuhnya dan duduk juga di atas kasur, di depan Olivia.

Tangan Lennon terulur dan menyentuh wajah Olivia. "Kau menangis? Apa karena aku? Ya Tuhan, aku minta maaf, Olivia."

Dengan lembut Lennon mengusap jejak air mata di wajah gadis itu. Dengan lemut juga diciumnya pipi Olivia dan dengan cepat ia memeluk tubuh gadis itu. Melihat kelembutan sikap Lennon padanya membuat Olivia kembali menangis. Ia tidak ingin semua ini berakhir. Ia ingin bersama dengan Lennon, selama mungkin.

"Saat besok kau mengantarku pulang," Olivia mulai bicara di sela tangisnya. "Maukah kau berjanji jika kita masih bisa sering bertemu? Maukah kau berjanji, Lennon?"

Lennon diam, ia menjauhkan sedikit tubuh Olivia dan mengusap lembut air mata di wajah Olivia. "Tolong jangan menangis, Olivia. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika melihat air matamu."

"Berjanjilah dulu, Lennon."

"Aku tidak bisa," suara Lennon terdengar sedih. Matanya menatap Olivia lekat. "Aku harus pergi jauh, Olivia. Aku tidak bisa berada di dekatmu. Jangan meminta hal yang tidak bisa aku penuhi. Aku tidak baik untukmu."

Olivia menjauhkan dirinya dari Lennon. Air matanya semakin deras meluncur di pipinya. "Jangan dekati aku lagi dan antarkan aku pulang hari ini juga!"

"Olivia..."

"Ini perintah, Lennon." Olivia menatap Lennon tajam, setajam yang bisa dilakukannya dengan mata berair. "Sebagai pengawal kau harus menuruti apa perintahku."

Lennon beranjak dan berdiri sembari memandangi Olivia. Ada rasa sakit di dalam kilatan matanya dan hal itu menyakiti Olivia juga. Tapi Olivia ingin Lennon tahu dia tidak bisa berbuat seenaknya pada diri gadis itu.

"Aku meminta waktu satu hari lagi pada Papamu." Lennon mengusap kasar wajahnya, ia terlihat tegang. "Aku membutuhkan waktu satu hari lagi, Olivia. Tolong."

"Untuk apa tepatnya?" Olivia bertanya sinis. "Untuk semakin mempermainkan aku?"

"Bukan." Dengan cepat Lennon menggeleng. "Aku... aku ingin mengumpulkan sebanyak mungkin kenangan indah bersamamu. Aku ingin memuaskan diriku dengan memelukmu erat dalam dekapanku. Hingga saat kau pergi, saat kau jauh dariku, aku hanya perlu memejamkan mataku dan mengingat semua kenangan itu saat aku merindukanmu. Aku membutuhkan satu hari lagi, Olivia. Beri aku satu hari lagi."

Olivia tercengang dengan debaran jantung yang semakin kencang. Dengan cepat ia berdiri dan berada di depan Lennon. "Kenapa hanya satu hari, Lennon. Kau bisa selamanya bersamaku."

HER Bodyguard [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang