9

14.1K 846 37
                                    

Olivia menatap Lennon dengan mata terbelalak dan bibir terbuka lebar. Lennon mengacak kasar rambutnya, bahkan dia menjambak rambutnya untuk meluapkan rasa frustasinya.

"Aku…" Rahang Lennon mengeras. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku depan celananya. Matanya menatap ke tanah di depannya, mengabaikan kontak mata dengan Olivia. "Itu tadi kesalahan, Olivia. Aku, aku minta maaf. Aku berjanji hal seperti itu tidak akan terulang lagi.

Belum sempat Olivia mengatasi rasa terkejutnya sekaligus menjawab pertanyaan Lennon, lelaki itu menjauh, mengambil kembali selimut, memasukkannya dengan tergesa ke dalam tas. Ia juga memasukkan begitu saja ikan hasil tangkapan Olivia tadi ke dalam kaleng berisi umpan dan mulai berjalan pulang.

Kesalahan? Kenapa menciumnya seperti tadi adalah kesalahan menurut Lennon?

Olivia meletakkan tangannya di dada, merasakan jantungnya masih berdebar kencang. Sangat kencang malah. Dengan langkah cepat, tidak mau tertinggal jauh, Olivia mengikuti langkah Lennon. Sepanjang jalan pulang, Olivia meraba bibirnya. Masih bisa dirasakannya bibir Lennon di sana. Masih bisa dirasakannya ciuman keras dan sedikit  kasar Lennon di bibirnya.

Ciuman pertamanya dengan seorang laki-laki. Apakah Lennon tahu hal itu? Olivia belum pernah memiliki pengalaman seperti ini sebelumnya.

Pondok milik Lennon sudah mulai terlihat. Olivia melihat Lennon melemparkan begitu saja pancing yang dipakainya dan Olivia di samping pondok sebelum ia membuka pintu dan masuk ke dalam, tanpa menoleh ke belakang, tanpa memastikan apakah Olivia sampai juga di pondok dengan selamat.

Saat sudah masuk ke dalam, Olivia langsung menuju ke dapur. Dilihatnya Lennon tengah memunggunginya persis seperti tadi pagi. Hanya saja kali ini punggungnya terlihat tegang dan Olivia sedang tidak berminat memandangi tubuh Lennon.

"Lennon…"

"Kau langsung saja mandi," Lennon dengan cepat bicara, memotong ucapan Olivia. "Aku yang akan memasak. Jika sudah selesai aku akan memanggilmu."

"Tapi aku…"

"Pergilah, Olivia!"

Olivia menelan ludahnya, mengangguk pelan meskipun Lennon tidak dapat melihat anggukannya. Olivia berjalan menuju kamarnya dan segera merebahkan tubuhnya di sana. Menatap langit-langit kamar, Olivia membayangkan lagi wajah Lennon sesaat sebelum menciumnya tadi.

Ada sesuatu yang berkelebat di matanya tadi. Olivia belum pernah melihat ekspresi seperti itu di wajah Lennon sebelumnya. Kenapa Lennon menciumnya dengan keras dan terkesan menuntut seperti itu? Kenapa tidak memberi Olivia ciuman lembut yang bisa membuatnya meleleh seperti yang sering dibacanya dalam novel?

Olivia teringat akan novelnya dan juga bucket list miliknya. Ia menyeret lagi tubuhnya mendekati meja dan menghidupkan laptopnya.

Jari Olivia dengan lincah menuliskan semua yang terjadi di sungai tadi ke dalam tulisan novelnya. Ia menuangkan dengan bentuk kalimat tatapan Lennon dan caranya merangkum wajah Olivia tadi.

Olivia berganti membuka bucket list miliknya. Ia membuat tanda centang di sebelah tulisan nomor tiga.

Ia sudah merasakan ciuman pertamanya.

Tersenyum puas, Olivia menutup lagi laptopnya dan berjalan menuju ke kamar mandi. Ia butuh menyegarkan tubuhnya dan juga pikirannya.

Lima belas menit kemudian, Olivia sudah selesai mandi, sudah berganti pakaian dengan kaus dan celana olahraga longgar. Olivia mengibaskan rambutnya yang masih lembab sembari keluar dari kamar, menuju dapur.

Bau wangi masakan menggelitik hidung Olivia begitu ia memasuki dapur. Sebuah piring besar berisi nasi yang masih mengepul sudah tersedia di atas meja lengkap dengan dua buah piring kosong dan dua gelas berisi air putih.

HER Bodyguard [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang