2

17.5K 998 25
                                    

Olivia menatap lelaki kurang ajar yang saat ini terang-terangan tengah menatapnya itu. "Dia? Lelaki kurang ajar ini akan menjadi pengawalku? Yang benar saja, Pa!"

Edwin mengernyitkan dahinya. "Jangan bicara seperti itu pada Lennon, Livi. Kau harus menghormatinya."

"Minta dia untuk belajar menghormati wanita, Pa. Dia sama sekali tidak tahu caranya."

Sosok Lennon yang berdiri tegak memperhatikan Olivia dan Papanya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia seperti patung yang hanya diam. Olivia bahkan ragu apakah Lennon itu benar-benar manusia.

"Lennon," Edwin menatap lelaki muda dengan wajah keras itu. "Apa benar kau tidak menghormati putriku tadi?"

Lennon mengalihkan tatapan matanya dari Olivia ke arah Edwin. "Aku tidak akan berani, Pak. Olivia hendak memanjat pohon dan berencana kabur, karena itu aku menggendongnya dan membawanya kesini. Aku tidak memiliki pilihan lain."

"Dan kau ternyata bisa bicara panjang!" Olivia menatap kesal Lennon.

Edwin mendesah pelan, menyentuh bahu Olivia. "Kau dengar apa kata Lennon tadi kan, Livi. Mulai sekarang, kau harus menuruti apa yang dia katakan. Jangan ada bantahan apapun. Dan Lennon akan selalu berada di dekatmu, mengikuti kemanapun kau pergi."

"Termasuk jika aku mandi dan berganti pakaian? Begitu?"

Olivia menatap tajam Lennon yang tengah menatap matanya. Ada sesuatu yang berkelebat di matanya saat Olivia mengatakan mandi dan berganti pakaian tadi.

"Kau tahu pasti bukan seperti itu maksud Papa, Livi." Lagi-lagi Edwin memijat pangkal hidungnya. "Ingatlah semua ini hanya demi keselamatanmu, sayang. Papa melakukan ini hanya untukmu."

Olivia mendesah pelan. Merasa lelah berdebat seperti ini. Ia mengangguk. "Baiklah Pa, akan aku coba mengikuti keinginan Papa. Aku melakukan ini juga demi Papa."

"Satu hal lagi, Livi." Olivia memutar bola matanya, tahu pasti jika ia tidak akan menyukai apapun yang akan dikatakan Papanya nanti. "Kau tidak bisa lagi tinggal di rumah ini, terlalu berbahaya."

Lagi-lagi alis Olivia mengernyit. "Dan apa kira-kira maksud Papa itu?"

"Sementara waktu, selama orang yang mengancam akan menculikmu itu belum tertangkap kau akan bersembunyi di tempat Lennon. Tidak, jangan di bantah..." Edwin mengangkat satu tangannya, menggeleng. "Kau harus mau, Livi."

Olivia mengusap wajahnya dengan keras. Ia ingin sekali menjerit. "Dimana tempat tinggal lelaki kurang ajar itu?"

"Jangan memanggilnya begitu, Livi." Edwin memperingatkan dengan suara sedikit keras. "Kau harus menghormatinya dengan mulai memanggilnya Lennon."

Olivia mengatupkan bibirnya. Matanya berkilat Kesal. Ia berjalan mendekati Lennon yang memperhatikan setiap gerakannya. Olivia berhenti tepat di depan wajah Lennon dan berkata mendesis, "baiklah, aku akan mulai memanggilmu Lennon."

"Nah, begitu kan lebih baik. Kau harus mulai berkemas, Livi." Olivia dengan cepat menoleh mendengar suara Papanya itu. "Kau akan pergi bersama Lennon besok pagi-pagi sekali agar tidak ada seorang pun yang menyadarinya."

"Pa! Kenapa harus secepat itu? Aku belum mempersiapkan diriku. Ini... Ini semua terlalu mendadak."

Edwin menghembuskan napas frustasi. "Semua memang serba mendadak, Livi. Dan kau harus pergi.

"Papa keterlaluan!" Olivia menghentakkan kakinya dengan kesal dan berlari keluar, membanting pintu dengan keras.

~~~~~~

"Apa masih lama?" 

Olivia menguap, merasa lelah dan mengantuk. Mereka sudah berada di dalam mobil selama satu jam setengah. Lennon mengemudikan mobil dengan cepat, tapi sepertinya mereka belum akan sampai. Olivia mulai bosan.

HER Bodyguard [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang