Lennon membuka pintu kantornya sembari memeriksa jam di tangannya. Syukurlah ia tidak terlambat. Hari ini, tepat pukul sembilan pagi nanti ia akan kedatangan seorang klien yang sudah membuat janji bertemu sejak tiga hari lalu. Dan Lennon tidak ingin memberi kesan pertama yang tidak baik dengan terlambat datang meskipun di kantornya sendiri.
Lennon Private Investigator didirikannya sejak dua bulan lalu, tepat setelah ia meninggalkan Olivia dan semua kenangan tentang gadis itu.
Olivia. Menyebutkan nama gadis itu berarti juga menyebutkan betapa ia merindukannya. Betapa banyak malam-malam yang dihabiskan Lennon hanya untuk melamun memandangi bintang, berharap Olivia juga tengah memandangi bintang yang sama.
"Kau datang pagi, Bos?" Angie, resepsionis di kantornya menaikkan kedua alisnya saat melihat Lennon melintas hendak menuju ruang kerjanya. "Apa kau tidur cepat semalam?"
Lennon memberi Angie tatapan tajam yang membuat gadis itu seketika terdiam dan menunduk, memandangi beberapa kertas di atas meja kerjanya. Ini yang ia tidak suka jika memiliki karyawan wanita, mereka suka sekali ikut campur hal-hal yang bukan urusan mereka.
Dan Lennon berkali-kali mengeluh pada Owen, rekan kerjanya soal Angie tapi Owen mengatakan kehadiran Angie akan memberi suasana segar di antara semua lelaki di kantor ini.
Bagi Lennon bukan suasana segar yang ia dapatkan, tapi rasa gerah melihat sifat suka ingin tahu Angie.
"Bawakan aku kopi, Angie. Sekarang juga."
Tanpa menunggu lagi, Lennon melangkah cepat dan membuka pintu ruang kerjanya dengan keras. Ia mengempaskan tubuhnya di kursi dan bersandar sembari memejamkan matanya.
Angie memperhatikan jika Lennon datang lebih pagi dan itu mengganggunya. Apa semua karyawannya juga memperhatikan? Ini memang pertama kalinya Lennon datang pagi ke kantor. Angie juga benar saat mengatakan apakah ia bisa tidur nyenyak semalam.
Lennon membuka matanya, menatap kalender duduk di atas meja dan melihat tanggal hari ini yang dilingkari tinta merah. Tanggal peluncuran novel pertama Olivia. Dari mana Lennon tahu? Papanya, Adam yang selalu menyampaikan berita tentang Olivia padanya dan ia bersyukur untuk hal itu. Itu berarti papanya memperhatikan Olivia dan secara tidak langsung menjaga gadis itu.
Sejak dua bulan ini Lennon selalu tidur menjelang Subuh. Matanya sulit sekali terpejam karena Olivia selalu berada di benaknya. Dan entah mengapa, tadi malam saat mengingat hari ini adalah hari spesial untuk Olivia, ia tertidur lebih cepat.
Suara ketukan pelan terdengar di pintu ruang kerjanya. Owen dan Angie yang membawa secangkir kopi untuk Lennon masuk ke rumah kerjanya bersamaan.
"Ada yang lain, Bos?" Angie menatapnya saat sudah meletakkan kopi di atas meja.
Dari sudut matanya Lennon melihat Owen duduk di kursi di depan Lennon dengan satu alis terangkat. Lennon menggeleng pada Angie yang segera keluar ruangan dan menutup pintu di belakangnya. Lennon kembali bersandar di kursi dan mengetukkan jarinya di meja, menanti apa komentar Owen.
Lennon mengenal temannya itu. Jika satu alisnya terangkat dan ibu jari tangannya berada di dagu, itu berarti ia memiliki sesuatu yang akan ia sampaikan.
"Angie tertarik padamu," itu komentar pertama Owen dan Lennon masih menunggu komentar lainnya lagi. "Terlihat sekali dari tingkah lakunya. Dan kau tidak memberi ruang sama sekali untuknya."
Lennon mendesah keras, mengatupkan bibirnya. "Bukan urusanmu. Sejak kapan kau suka bergosip."
"Apa kau masih memikirkan Olivia?"
Lennon memberi Owen tatapan tajam. Ia seperti tidak rela Owen menyebutkan nama Olivia. Ia merasa tidak nyaman mendengar lelaki lain menyebutkan nama yang seharusnya hanya menjadi haknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER Bodyguard [Selesai]
RomanceSejak Papanya mendapatkan surat ancaman dari seseorang yang berniat menculiknya, hidup Olivia yang semula memang dijaga ketat, menjadi lebih ketat lagi. Ia tidak bisa meninggalkan rumah sembarangan, tidak bisa lagi pergi kemanapun yang ia mau tanpa...