"Buka pintunya, Olivia!" Suara Lennon terdengar keras dari balik pintu. Olivia mendekap erat laptop di dadanya. Jantungnya masih berdebar kencang. "Kau takut sekarang?"
Olivia berlari menuju kasur, meletakkan laptopnya begitu saja di atas kasur dan ia mendekap erat kedua kakinya. "Pergi, Lennon! Jangan coba-coba masuk!"
"Kau menjadi pengecut?" Terdengar suara Lennon lagi.
Olivia menelan ludahnya. Ia menatap tak berkedip ke arah gagang pintu. "Aku tidak akan memaafkanmu jika kau berbuat nekat, Lennon!"
Hening. Olivia tidak mendengar apa-apa bahkan suara langkah kaki pun tidak. Kemana Lennon?
"Lennon?" Tanya Olivia dengan suara keras. "Jangan menakutiku."
Olivia mendengar suara langkah kaki menjauh dari pintu kamar. Gadis itu mendesah lega dengan keras. Tubuhnya seketika menjadi lebih rileks. Lennon sepertinya memilih pergi. Olivia dengan pelan beranjak dari kasur menuju pintu. Dengan pelan gadis itu menempelkan telinganya di daun pintu, mencoba mendengarkan apa saja yang bisa meyakinkannya jika Lennon sudah pergi.
Rasa lega seketika membuat Olivia mengembuskan napas panjang. Jantungnya mulai berdetak normal ketika ia melangkah menuju kasur, mengambil laptopnya dan membawa benda itu ke atas meja. Ia berencana melanjutkan lagi tulisannya.
Dibukanya laptopnya dan mulai mengetik. Cerita yang ia buat adalah cerita roman, tentang seorang gadis yang jatuh cinta pada lelaki yang menjadi pengawalnya. Tidak, itu tidak seperti kisah hidupnya karena ia tidak jatuh cinta dengan pengawalnya sendiri. Membayangkan hal itu saja Olivia tertawa. Tidak mungkin.
Jari Olivia berhenti mengetik saat ia mendengar suara ketukan lagi di pintu kamarnya. Ia mendekati pintu dengan jantung yang berdegup kencang.
"Apa itu kau, Lennon?" Tanya Olivia pelan sembari menempelkan telinganya di daun pintu.
"Ya, ini aku." Suara Lemon terdengar keras. "Aku hanya ingin memberitahu jika aku akan pergi sebentar. Aku akan mengambil sesuatu."
Olivia dengan segera membuka pintu kamar. Ia tidak peduli lagi jika Lennon berbohong atau tidak. Ia tidak ingin sendirian ditempat seperti ini. Ia takut.
Lennon berdiri di depan pintu kamar dan sudah berpakaian rapi. Ia memakai kaus hitam dan jeans hitam juga. Dan ia terlihat sangat tampan.
"Aku, aku mau ikut, Lennon." Olivia merengek, menatap penuh harap ke arah Lennon. "Aku takut. Aku tidak mau tinggal sendiri di sini."
Lennon mengernyitkan dahinya. "Aku tidak bisa membawamu, Olivia."
"Kenapa? Kau lebih suka aku tinggal sendiri di sini? Bagaimana jika ada binatang buas? Atau ada orang jahat yang menculikku?"
Lennon mendesah pelan. "Olivia, tidak ada binatang buas disini. Aku hanya menakutimu waktu itu. Dan tidak akan ada orang yang menculikmu disini. Kau kemarin berani kabur, kan? Kenapa sekarang takut?"
Olivia terdiam. Kemarin saat kabur ia tidak berpikir panjang. Dan ia menyesal. Tapi kali ini, ia benar-benar takut jika sendirian.
"Apa kau ada janji dengan seorang wanita?" Olivia menyipitkan matanya, menanti jawaban Lennon.
"Apa?" Lennon terlihat terkejut. "Tentu saja tidak! Kenapa kau bertanya begitu?"
Olivia merasa sedikit lega. Lennon bukan hendak berkencan dengan seorang wanita. "Karena kau melarangku untuk ikut. Aku pikir itu karena kau ada janji dengan wanita lain. Ayolah Lennon, aku janji tidak akan mengganggu. Aku benar-benar takut berada disini sendirian."
Lennon menatap ke sekeliling pondok. Olivia benar, gadis itu tidak akan aman jika berada sendirian disini. Dan Lennon juga pasti tidak akan tenang selama ia pergi jika Olivia berada disini sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER Bodyguard [Selesai]
RomanceSejak Papanya mendapatkan surat ancaman dari seseorang yang berniat menculiknya, hidup Olivia yang semula memang dijaga ketat, menjadi lebih ketat lagi. Ia tidak bisa meninggalkan rumah sembarangan, tidak bisa lagi pergi kemanapun yang ia mau tanpa...