4

15.6K 943 37
                                    

Olivia menutup pintu kamarnya dengan keras dan segera merebahkan tubuhnya di kasur. Lennon kurang ajar! Tidak henti-hentinya ia meneriakkan kalimat itu dalam benaknya.
Olivia meraba dadanya. Jantungnya masih berdebar dengan kencang. Bayangan tubuh tegap, dada bidang dan perut rata dengan tonjolan otot di mana-mana milik Lennon itu terbayang lagi.

Seperti apa rasanya jika ujung jarinya menyentuh tubuh keras itu? Olivia berkata dalam hati.

Dengan cepat gadis itu menggeleng, mengusir pikiran kotor yang mendesak untuk masuk dalam otaknya. Olivia mendesah pelan, beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.

Lima belas menit berada di dalam kamar mandi, Olivia merasa segar dan siap menghadapi hari pertamanya dengan di Lennon di hutan ini. Olivia mengeluarkan pakaiannya dari dalam koper dan memilih apa yang bisa ia pakai. Jeans longgar dan kaus longgar jadi pilihannya.

Olivia membiarkan rambut panjangnya yang masih basah tergerai di punggungnya. Tidak ada cermin di kamar yang ia tempati, jadi ia tidak tahu seperti apa penampilannya hari ini. Setelah memastikan semua selesai, Olivia keluar dari kamar, menuju ke dapur.

Lennon sedang duduk di kursi makan di dapur saat Olivia berjalan masuk. Di atas meja sudah ada dua buah kopi yang mengepulkan asap. Lennon sedang menatap ke arah cangkir kopi di depannya dengan sebatang rokok terjepit di bibirnya.

"Bukankah ini terlalu pagi untuk merokok?" Olivia berdiri cukup jauh dari Lennon, bersandar di dekat lemari makan. "Aku tidak suka asap rokok, Lennon. Jika kau ingin aku tetap bertahan berada di dekatmu, kau harus mematikan rokok itu sekarang juga."

Lennon menengadah, mengalihkan tatapannya dari cangkir di depannya. Matanya menatap Olivia tajam. Bukannya mematikan rokok seperti yang Olivia minta, Lennon menghisap dalam-dalam rokoknya dan mengembuskan asap tebal rokok itu.

"You jerk!" Olivia berteriak keras, mengibaskan tangannya untuk menghalau asap rokok. "Aku benar-benar membencimu!"

Lennon berdiri dan berjalan mendekat, dia seperti seekor binatang buas yang siap menerkam buruannya. Sangat menyeramkan. Lennon menjepit rokok di sela-sela jarinya.

"Jangan pernah memberi perintah padaku seperti tadi, Olivia. Kau lupa, Papamu memintamu untuk menghormati aku. Jadi, itulah yang harus kau lakukan."

Wow, mungkin itu adalah kalimat terpanjang yang pernah dikatakan Lennon padanya. Olivia menaikkan dagunya, melipat tangannya di dada. Ia menolak terintimidasi oleh sikap Lennon.

"Kau dibayar untuk melindungi aku, Lennon. Asap rokokmu itu menggangguku. Jika terjadi sesuatu padaku karena asap rokokmu, kau harus bertanggung jawab."

Mata Lennon berkilat. Olivia tahu itu kilatan amarah. "Sampaikan pada Papamu, aku melakukan ini karena permintaan Papaku, Adam. Bukan karena bayaran dari Papamu."

Lalu lelaki itu membalikkan tubuhnya, menjauh dari Olivia dan keluar dari dapur diikuti asap rokoknya yang mengepul.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri!" Olivia berteriak saat punggung Lennon sudah menghilang.

~~~~~~

Sejak insiden di dapur pagi tadi, Olivia belum melihat Lennon lagi hingga sore ini. Olivia tidak ingin tahu kemana Lennon pergi dan apa yang dia kerjakan. Olivia memilih membuka laptopnya dan mulai menulis.

Ia berencana membuat cerita roman. Ia sudah mulai membuat garis besar ceritanya. Sudah menentukan karakter tokoh-tokohnya. Ia hanya perlu membuat kerangka cerita untuk memudahkannya menentukan alur ditiap babnya nanti.

Olivia menggerakkan lehernya yang kaku karena terlalu lama menunduk dan mengetik. Ia menatap hujan yang mulai turun mengenai daun-daun dan membasahi tanah. Olivia menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan bau tanah yang terkena air hujan.

HER Bodyguard [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang