Olivia menyusun beberapa buah roti tawar yang sudah diolesi selai coklat ke dalam keranjang rotan. Ia juga sudah memasukkan dua buah botol air minum serta beberapa potong buah segar. Senyum lebar terkembang di bibir Olivia saat sesudah makan malam tadi Lennon mengatakan akan mengajak Olivia ke danau yang waktu itu diceritakan Lennon.
Di sana nanti Olivia dan Lennon akan piknik bersama sekaligus memandangi bintang. Lennon bilang pemandangan dari danau itu sangat indah dan Olivia sudah tidak sabar lagi untuk segera pergi. Gelapnya malam yang saat ini menyelimuti sekeliling pondok tidak menyurutkan niat Olivia. Selama ada Lennon bersamanya, maka ia tahu dirinya akan aman.
Olivia membawa keranjang rotan berisi makanan tadi dan keluar dari dapur. Ia hendak memberitahu Lennon jika semuanya sudah siap dan mereka bisa berangkat sekarang. Olivia berhenti saat sampai di ruang tengah pondok dan melihat Lennon sedang tertidur di atas karpet berbantalkan tangannya sendiri.
Olivia meletakkan keranjang rotan di atas lantai dan perlahan mendekat ke arah Lennon. Napas Lennon naik turun dengan teratur menandakan ia tertidur dengan lelap. Wajah tampan Lennon selalu terlihat damai saat ia tertidur. Olivia merendahkam tubuhnya dan duduk di karpet. Ia mengulurkan tangannya dan menyibakkan helaian rambut Lennon yang menutupi sebagian wajahnya.
Bisakah mereka seperti ini terus? Sampai kapan Lennon baru akan mengakui jika ia juga menyukai Olivia?
Olivia mendekatkan wajahnya ke arah pipi Lennon dan mendaratkan kecupan di sana. Saat akan menjauh, tiba-tiba Lennon membuka matanya dan memegang erat kedua bahu Olivia.
"Jangan menjauh, Olivia," ucapnya dengan suara serak, khas orang yang baru bangun tidur. "Bolehkah aku merasakan lagi lembutnya bibirmu di pipiku?"
Masih terkejut, Olivia mencoba tersenyum sembari mengangguk pelan. Ia memejamkan matanya, mendekatkan lagi wajahnya dan mencium pipi Lennon.
"Rasanya luar biasa, Olivia. Aku ingin berlama-lama seperti ini."
Lennon menarik tubuh Olivia dan membawanya berbaring di samping lelaki itu. Kedua lengannya memeluk erat tubuh gadis itu, seperti tidak ingin Olivia lepas dari pelukannya. Dagu Lennon diletakkan di atas puncak kepala Olivia.
"Apa tubuhku enak untuk dipeluk?" Olivia menengadahkan wajahnya, menatap Lennon dengan binar senang di wajahnya. "Kau sepertinya suka sekali memelukku."
Lennon mengangguk pelan, memeluk lebih erat lagi Olivia. "Sangat. Aku suka sekali memelukmu, merasakan tubuhmu menempel di tubuhku. Aku bahkan tidak bisa lagi jika harus menjauh darimu."
"Kau tadi pura-pura tidur ya?" Kembali Olivia bertanya geli.
"Tidak." Lennon menggeleng pelan. "Aku memang tertidur tadi. Aku selalu waspada sekalipun sedang tidur. Aku tidak pernah benar-benar tertidur lelap."
Dahi Olivia mengernyit. Ia menatap heran. "Kenapa begitu? Apa saat ini situasinya berbahaya?"
"Bukan." Lennon menggeleng sembari tersenyum. Senyum yang masih bisa membuat Olivia takjub. "Aku pikir itu lebih karena kebiasaan. Sebagai seorang pengawal, aku tidak boleh lengah sedikitpun. Jadi dalam tidurpun aku tidak boleh terlalu lelap."
Olivia mengangguk mengerti. Banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Lennon saat ini. "Boleh aku tahu kenapa kau bisa menjadi seorang pengawal?"
Lennon terdiam dan menatap Olivia dalam-dalam. Pelukannya mengendur dan ia terlihat ragu. Lennon menarik napas panjang. "Papaku, Adam memiliki perusahaan pengamanan. Sejak kecil dia selalu mengatakan aku akan menggantikan posisinya suatu saat nanti. Sejak kecil juga ia telah membekali aku dengan segala hal yang berhubungan dengan beladiri dan juga senjata. Aku menyukai pekerjaan ini dan kebetulan ini adalah tugas terakhirku."
KAMU SEDANG MEMBACA
HER Bodyguard [Selesai]
RomanceSejak Papanya mendapatkan surat ancaman dari seseorang yang berniat menculiknya, hidup Olivia yang semula memang dijaga ketat, menjadi lebih ketat lagi. Ia tidak bisa meninggalkan rumah sembarangan, tidak bisa lagi pergi kemanapun yang ia mau tanpa...