PART 26 // ???

7.3K 296 77
                                    

~Josh's Mansion~
PUKUL 20:00
___________________

"Sudah ku duga jika Alva menjebakku dalam hal ini." ucap Edymar. ia bingung harus melakukan apalagi untuk menyadarkan Alvarez dari perbuatannya.

Josh pun demikian halnya dengan Edy. Semakin lama perbuatan Alva semakin diluar batas dan tak terkendali. Entah apa lagi rencana Alva saat ia kembali.

"Kau tidak memberi tau kami Josh, saat Alva menemuimu tempo lalu." ucap Math. Kini bukan mereka saja yang gusar, Math pun ikut merasakannya.

"Bagaimana pertemuanmu dengannya Josh?" tanya Edy sambil menatap tajam ke arah Josh.

"Pertemuan singkat tapi menyimpan banyak pertanyaan." jawabnya.

"Kau masih ingat tentang alat pelacak itu?" tanya Josh yang di jawab anggukan kepala oleh Edymar.

"Sepertinya Alva mengetahui jika kita memasukkan alat pelacak yang terbuat dari butiran gula halus. Saat kau mencampurkannya ke dalam teh itu, Hector melihatnya." sontak Edymar yang mendengarnya terkejut.

"Bagaimana bisa?"

Josh hanya mengangkat bahunya acuh. "Aku sudah memikirkan hal ini sejak semalaman penuh. Dan semuanya memang sudah terencana."

"Berarti Alva sengaja menjadikan Ela sebagai umpan untuk memancing Edy. Oleh karna itu ia membuatnya serapi mungkin dan sengaja mengelabuhin kita dengan berpindah tempat. Walau sebenarnya dia tau apapun yang terjadi kita dapat menemukan keberadaanya." Math berkata panjang lebar dan sudah menduga alurnya akan seperti ini.

"Kau benar sekali Math," ucap Josh

"Jadi apa yang harus kita lakukan ke depannya?" tanya Edy

"Hanya menunggu sampai kita tau kapan dia datang kembali."

"Dia tidak akan lama Josh, sebentar lagi dia akan kembali." Math meyakini hal itu. Perasaan gelisah dan tidak nyaman kini mulai hadir dan hinggap menyelimuti seluruh tubuh Math.

"Kau mengkhawatirkan sesuatu Math?" tanya Josh yang memperhatikan kegusaran dalam diri Math.

"Tidak ada," tentu saja saat ini Math sedang mengkhawatirkan sesuatu. Mustahil saat dia bilang tidak.

Di saat yang sama seorang pria juga menyusun rencana dan membuatnya serapi mungkin, siapa lagi kalau bukan Alva.

"Tuan, anak buah kita sudah mengikuti mereka yang saat ini tengah berada di kediaman Josh." ucap Hector

"Ikuti terus mereka Hector, kau tau tidak mudah untuk membuang pelacak yang mereka masukkan di dalam tubuhku. Dan sialnya, teh sialan itu malah mempermudah mereka melancarkan aksinya. Untung saat itu kamu melihatnya, jika tidak seorang Alva jelas di kalahkan dengan umpan yang seperti itu." terdengar jelas geraman dari mulut Alva saat melontarkan kalimat itu.

Anak buah Alva yang berada di mobil tak jauh dari ke di aman Josh terus memantau hingga Math dan Edy akhirnya keluar.

Edymar yang emang dasarnya peka dan sensitif terhadap sekelilingnya dengan mudah mengetahui kalau saat ini mereka ada yang mengikuti.

"Math, kau ingin bermain-main sedikit malam ini?" Ajak Edy membuat Math hanya menatapny bingung. Dengan lirikan mata sekilas, Math langsung memahami maksud perkataan Edymar. Sepertinya Alva memang benar telah kembali, pikir Math.

Dengan senang hati Math mengikuti ajakan Edymar lalu masuk ke dalam mobil.

Math mengendarai mobil menjauh dari mansion Josh. Sedang dari belakang, dengan perlahan-lahan dua mobil hitam mengikuti mereka. Edymar melihatnya jelas melalui kaca spion.

"Betapa bodohnya mereka berniat mengikuti tapi tidak ahli dalam bidang penguntit." ucap Edy

Math ikut melirik ke kaca spion. Dia pun memelankan mobilnya, dua mobil yang di belakang ikut juga memelankan. Lalu Math membawa mobilnya dengan kecepatan standar begitu juga dengan mobil yang di belakangnya. Dari pelan ke cepat begitu terus ritme Math dalam mengendarai mobilnya.

Puas melihat mereka yang di belakang kewalahan, Math memberhentikan mobil secara mendadak. "Aku yang akan keluar," cegat Math saat Edy hendak keluar.

Math lalu turun dan berjalan mendekati ke dua mobil itu.

Tok tok tok

"Keluarlah!!" ucap Math dingin.

Salah satu dari mereka pun keluar dari mobil.

"Aku membenci orang-orang yang mengikuti ku. Jadi katakanlah kepada boss kalian. Jika ingin bermain-main lakukanlah dengan gentle dan jangan bermain di belakang." Setelah mengatakan itu Math lalu pergi dan menuju ke mobilnya.

"Apa yang kau katakan?"

"Hanya urusan pria," jawab Math enteng membuat Edy mencibir.

Mereka pun langsung pergi dan pulang ke apartemen. Sesampainya disana, terlihat Kylie yang sedang duduk manis di ruang tamu.

"Kalian sudah pulang?" tanya Kylie

"Hmm, kau melihat sendiri. Jadi untuk apa bertanya lagi,"

Kylie kesal mendengar jawaban kakaknya. "Aku bertanya baik-baik, seharusnya kau menjawab dengan baik pula." sungut Kylie tak terima yang hanya dianggap angin lalu oleh Math.

"Kau tidak pergi ke Club kan?" tanya Math

"Tentu saja tidak, kau sendiri yang bilang akan mencincangku jika aku menginjakkan kaki di tempat itu." ucap Kylie dalam satu tarikan nafas, walau sebenarnya di dalam hatinya ia sangat gugup dan takut jika kakanya mengetahui dia pergi kesana.

"Good girl" Math lalu pergi ke kamarnya.

Edymar yang belum tenang dengan rasa penasarannya, menyusul Math sampai pria itu masuk ke dalam kamar.

Saat ingin menutup pintu Math terkejut ketika melihat wanita itu di depannya. "Aku tidak sengaja mendengar obrolanmu di telepon kemarin malam. Terlebih aku mendengar bahwa kau mengawasi adikmu secara ketat tanpa sepengetahuannya--" ucapan Edy terpotong saat melihat Math berbalik badan berjalan ke tempat tidur. Ia pun memasukkan tubuhnya secara penuh ke dalam kamar Math, dan mengikuti pria itu.

"Kenapa? Apa ada yang g kau Sembunyikan?" tanya Edy

"Aku hanya tidak ingin mereka terlibat ke dalam masalah ku. Kylie mempunyai sifat keras kepala sepertiku, dan tentunya apa yang dia ucapkan dan lontarkan bisa menjadi dinding penghalang untuknya. Sifatnya yang ceplas ceplos itu dapat membahayakan dirinya sendiri." jelas Math

Edy yang mendengarnya dapat melihat kembali sisi lain seorang Matheus di luar dari sifat angkuh dan sombongnya.

"Aku tidak akan bisa berpikir jernih jika itu menyangkut orang yang ku sayang. Seperti dirimu kepada sahabatmu." lanjutnya lagi.

Setelah mendengar apa yang Math rasakan, Edy lantas pergi kembali ke kamarnya. Di dalam sana, satu tetesan air mata jatuh memenuhi pelupuk matanya. Rasa sesak itu kembali lagi ketika mengingat kehidupan kejamnya dulu. Walau Edy tidak pernah memperlihatkan rasa sesak itu saat di luar, tapi ketika saat seperti inilah rasa itu menndadak muncul dan rasanya menyakitkan saat mengingat itu semuanya.

TBC..........

Tunggu next berikutnya yah

See youuu😘

The Beautiful Mafia In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang