Sesampainya di apartemen Math di kejutkan dengan pengakuan Kylie yang membuatnya ingin membunuh pria itu sekarang juga. Bagaimana bisa adiknya membuat pengakuan seperti itu yang notaben nya pria itu adalah musuhnya.
"Aku mencintainya kak." lirih Kylie dan tidak berani menatap mata kakaknya. Edy yang mendengarnya hanya mendekat ke arah gadis kecil itu dan memberikan ketenangan.
"Sejak kapan?" suara rendah beserta geraman dari Math membuat Kylie semakin takut namun dia harus tetap mengatakannya. Edy hanya mampu memejamkan mata mendengar penuturan Kylie dan amarah yang siapa meledak dari Math. Dia sudah menduga jika Kylie mempunyai rasa terhadap Alva. Lalu sekarang apa yang akan terjadi kedepannya?
"Aku tidak tau sejak kapan rasa itu datang. Bersamanya membuatku nyaman. Dan aku menyukai segala hal perlakuan yang dia berikan. Bahkan aku mencintainya melebihi hal yang kusuka di dunia ini."
Math memejamkan mata untuk meredakan emosinya. Pengakuan Kylie sungguh membuatnya teramat sangat marah besar. "Kemaskan pakaianmu. Kakak akan memesan tiket dan besok malam kau harus kembali pulang." perintahnya.
Mendengarnya mata Kylie membelalak. "Tidak! Aku tidak akan kemana-mana!!"
"Turuti apa kata kakak Kylie!!!"
"Kak! kau sendiri pernah bilang. Akan mengijinkanku untuk menyukai bahkan mencintai siapa saja. Lalu mengapa sekarang kau mengingkari nya!" air mata kembali keluar dari mata Kylie. Tidak mungkin kakaknya yang telah berjanji kepadanya berniat untuk mengingkarinya.
"Ya aku mengijinkan untuk siapa saja. TAPI TIDAK UNTUK PRIA ITU KYLIE!!! BAHKAN AKU AKAN MEMBUNUHNHA DENGAN TANGAN KU SENDIRI!" suara Math meninggi. Dia membentak adiknya yang mempunyai sifat keras kepala.
"Kenapa?" tanya Kylie menatap lirih ke arah Math. "Apa karena pekerjaannya? Apa karena perlakuannya? Apa karena perilakunya? Apa karena dia musuhmu kak? Bukankah semua orang dapat berubah?....." Kylie menjeda ucapannya dan menatap ke arah Edymar dengan air mata yang berlinang membasahi pipinya. "Katakan padaku kak Edy, bukankah semua orang bisa berubah. Bahkan ketika orang itu berada di titik serendah-rendahnya. Bukankah mereka bisa berubah. Hiksss...hiksss...katakan padaku!!!" Kylie menangis frustasi dan sangat menyayat hati. Orang yang mendengar tangisan nya bisa merasakan perasaan yang dialaminya.
Math hanya meremas rambutnya frustasi. Dia memang mengijinkan siapapun pilihan Kylie. Tapi tidak untuk Alva. Bahkan kalau bisa malam ini Math akan membunuh pria itu dan membiarkannya mati di tangannya. Tidak peduli konsekuensi apa yang nanti akan Math terima.
Kylie menangis pilu di pelukan Edy. Dan Edy segera membawanya ke dalam kamar milik gadis itu untuk menenangkannya.
Di dalam kamar, Kylie kembali bertanya. "Apa aku tidak boleh mencintainya kak?"
Edy diam. Dirinya sendiri tidak tau harus menjawab apa.
Akhirnya beberapa saat kemudian usai lelah karena menangis, Kylie tertidur. Dan Edy menyelimutinya dengan selimut lalu keluar dari kamar gadis itu.
Edymar mencari keberadaan Math yang tak kunjung di temukan nya. Di kamar pria itu bahkan di tempat sekecil apapun Math tidak berada di sana. Sampai di dengar bunyi pintu apartemen terkunci dan Math datang.
"Kau mencari ku?" tanya Math
"Hmm, kau darimana?"
"Hanya mencari udara segar. Bagaimana keadaanya?" tanya Math.
"Dia tertidur akibat kelelahan menangis." Math mengangguk-anggukan kepalanya.
"Mau minum?" tawar Math.
"Ya."
Math mengeluarkan sebuah botol wine kesukaanya dari dalam kulkas. Lalu mengambil dua buah gelas dan membawanya di meja santai. Menuangkan minuman itu ke gelasnya dan gelas Edy. Sambil menikmati minumannya, Math berbincang dan bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Mafia In Love
RomanceCERITA AKAN DI PUBLIS ULANG LENGKAP! ©2018 ___________ Jangan Lupa di Follow Ya ___________ Apa jadinya jika kalian bertemu dengan seorang Mafia tapi bukan pria melainkan seorang Mafia wanita. Dia adalah Edymar Martinez Blanco, wanita yang sang...