Prolog

20.4K 1.1K 24
                                    

Seorang putri muda berjalan sedikit tergesa diiringi setidaknya delapan dayang di belakang. Gaun warna putih dengan punggung terbuka yang ia kenakan sedikit melambai tertiup angin karena langkahnya yang cepat. Begitu pula dengan selendang sutra merah yang tersampir di kedua lekukan lengan.

Perempuan itu memperlambat langkahnya ketika mencapai pintu ruang singgasana. Kedua pintu kokoh dengan ukiran-ukirannya yang rumit itu mengayun terbuka menampakkan aula kerajaan yang luas di depan mata.

Haruno Sakura, sang putri berjalan cepat melintasi karpet merah menuju ke arah sang kakek, Kaisar Jiraiya yang duduk di atas singgasana. Kaisar tampak berwibawa dengan jubah kebesaran berwarna merah dengan sulaman benang emas dan perak. Jubah itu menutup kimono hitam yang ia kenakan. Mahkota emas bertabur permata menghias kepalanya.

Sakura berhenti di samping sang nenek, Permaisuri Tsunade yang baru saja melakukan penghormatan. Ibu negara  Konohagakure ini masih tampak awet muda meskipun usianya telah lebih dari enam puluh tahun. Sang permaisuri mengenakan gaun panjang perpaduan warna kuning gading dan hijau. Gaun itu membalut sempurna tubuhnya dengan lengan lonceng lebar berangkap dan belahan dada rendah. Rambut pirangnya yang tergulung rapi dihias oleh sebuah mahkota emas putih. Ia juga mengenakan selendang berwarna hijau.

"Putri Mahkota!" hardik Tsunade memperingatkan tetapi Sakura tak mau mendengarkan.

Dayang-dayang sang permaisuri menunduk memberi penghormatan menyadari kedatangan Sakura.

Tsunade menatap tajam cucunya. Sakura mendongak memandang Jiraiya dengan wajah memberontak. Tampak sekali, keduanya tengah bermasalah.

"Sakura, beri penghormatan pada kakekmu!" tegur Tsunade.

"Mengapa Kaisar melakukannya?" tanya Sakura tanpa berbasa-basi. "Kaisar melakukan itu tanpa persetujuan dariku!"

Jiraiya hanya memandang Sakura dengan jengah. Tsunade akhirnya paham kemana arah pembicaraan mereka. Tetap saja, cara Sakura menyampaikan masalahnya melanggar etika. Namun, Tsunade memaklumi itu. Putri pastilah terkejut akan keputusan mendadak yang dibuat Kaisar untuknya.

Jiraiya mengangkat wajahnya angkuh. Ia tetap teguh pada keputusannya. Tangan kanannya mengetuk-ngetuk kursi singgasana yang ia duduki.

"Kau hanya perlu memilih. Kau bisa membuat pertanyaan untuk menguji mereka," kata Jiraiya. "Sayembara akan diadakan dalam waktu seminggu dari sekarang. Jangan mengacau! Itu hanya akan membuatmu tampak bodoh!"

"Aku tak akan memilih siapapun untuk menjadi Putra Mahkota!" kata Sakura bersikeras.

"Putri Mahkota, jaga sikapmu!" tegur Tsunade menyadari keadaan semakin memanas.

"Tidak! Aku tidak akan ..."

"Sakura!"

Sakura diam menggigit bibir bawahnya ketika Jiraiya mengeraskan suaranya. Kaisar memandangnya dengan tajam tanda tak menerima penolakan. Emerald mata perempuan itu mulai berkaca-kaca. Tanpa berkata apa-apa, Sakura berbalik dan berlari pergi meninggalkan ruang singgasana.

"Yang Mulia, Anda tidak perlu bersikap keras pada Putri Mahkota!" tegur Tsunade ketika Jiraiya menghela napas dan mengurut pelipisnya.

"Tidak! Usianya telah 25 tahun, Tsunade," kata Jiraiya mendesah kesal. "Aku menginginkan seorang Putra Mahkota!"









[First update May 25th 2018]
[Re-publish September 19th 2019]



~ by Daeaera
To be continue...

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang