VI

9K 1K 99
                                    

Sasuke menyarungkan pedangnya  merasakan keadaan di hutan telah aman kembali. Dua perampok itu telah menghilang dari pandangan dan tak akan berbalik dalam waktu dekat. Ia tidak perlu khawatir lagi.

Kemudian, lelaki itu menoleh dan mendapati seorang gadis berambut pendek yang tampak belum pulih dari keterkejutannya. Pandangan Sasuke memincing melihat penampilannya yang tak biasa. Rambut berwarna merah muda di potong sebahu membingkai wajah pemilik emerald itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke akhirnya.

Sakura masih menatap Sasuke dengan kedua mata membulat. Pertanyaan yang dilontarkan pemuda itu hanya menjadi gema di telinganya.

Tiba-tiba, respon tubuhnya melambat ketika Sasuke menoleh ke arahnya. Apa yang dilakukan lelaki itu terekam menjadi gerakan slow motion di matanya. Sakura terperangah menatap sepasang onyx sekelam malam yang mengintimidasi siapapun, termasuk dirinya. Ia membeku ketika bibir kissable itu terbuka untuk menanyakan kabarnya. Apalagi ketika Sakura mendengar suara baritone itu.

Ia mengerjapkan mata beberapa kali ketika kuda hitam itu berjalan membawa Sasuke lebih dekat. Sakura meneguk ludah dan tanpa sadar mengeratkan pegangan pada tali kekang.

"Kau mendengarku?" tanya Sasuke lagi karena gadis itu tak segera menjawab.

Hampir saja Sakura tersenyum seperti orang gila. Pertahanannya runtuh begitu saja akibat aura memabukkan yang menguar di sekitar lelaki berambut raven itu. Sakura menggelengkan kepala keras-keras dan akhirnya fantasi itu buyar. Ia tak boleh terlihat seperti orang bodoh.

"Ya," jawab Sakura dengan nada tercekat. Beruntung, ia menemukan suaranya kembali meski terdengar tak biasa. Dalam hati, Sakura meringis melihat Sasuke yang mengernyit bingung.

Salah satu alis lelaki itu terangkat. Sakura tahu jawabannya kurang meyakinkan.

"Ya, aku baik-baik saja," jawab Sakura lagi dengan mengangguk cepat. Sesaat, Sasuke masih memandangnya tak percaya.

"Hanya itu?" tanya Sasuke lagi.

"Kau ingin apa? Ingin aku memujimu karena kau adalah panglima?" tanya Sakura panjang lebar meskipun hanyalah karena salah tingkah.

"Berterima kasihlah jika kau mendapat bantuan, meminta maaf jika kau melakukan kesalahan. Itu adalah etika dasar," tegur Sasuke dengan wajah datarnya. Lama Sakura hanya terdiam mencerna ceramah orang asing di hadapannya.

"Arigatou," ucap Sakura akhirnya dengan lesu. Kedua pipinya kembali memerah menyadari kebodohannya tetapi rona itu bertambah ketika melihat senyum tipis di wajah lelaki itu.

"Sama-sama dan sejujurnya aku menggunakan kata panglima karena tak ingin melawan mereka," jelas Sasuke. Kuda hitamnya mulai berbalik membelakangi Sakura membuat perempuan itu panik. Sakura secara mendadak tidak ingin lagi pergi sendirian. Ia harus membuat pemuda itu sedikit lebih lama bersamanya.

"Tunggu!"

Seruan Sakura menimbulkan gema di hutan itu. Angin berhembus pelan meniupkan surai merah mudanya. Jemari lentiknya bergerak menyibak helaian rambut yang menutupi wajahnya. Senyum perempuan itu bertambah lebar ketika Sasuke berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Apa kau tahu kedai ramen terdekat?"


🏰
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sasuke memandang perempuan di sampingnya yang tengah mengaduk ramen dengan sumpit. Kemudian, Sakura mulai memakan mie itu lagi, kali ini menjumputnya dengan jumlah banyak. Tak peduli asap tipis yang masih mengepul dari mangkuk itu. Bulir-bulir keringat muncul di keningnya akibat uap panas, sesekali Sakura mengipas-ngipas wajahnya.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang