Sasuke meletakkan alat pancing rakitannya di atas batu setelah menceburkan diri ke dalam telaga. Dua ikan tangkapannya tergeletak di pinggir mata air.
Sasuke mengusap wajahnya yang basah sebelum mengambil belati yang ia letakkan tak jauh dari kemejanya. Dalam beberapa menit, lelaki itu mulai membersihkan ikan-ikan hasil tangkapan sebelum menjadikannya sebagai sarapan pagi. Sakura tengah menemani kedua kuda mereka mencari rerumputan segar. Gadis itu berada pada jarak lima puluh meter dari telaga sehingga masih pada jangkauan Sasuke.
Tak mau membuang waktu, ia segera mengenakan kemeja seadanya sebelum berganti pakaian di dalam gua. Rupanya, Sakura juga telah menyusun beberapa kayu bakar yang berhasil gadis itu kumpulkan sewaktu Sasuke memancing. Lelaki itu tersenyum tipis, dalam hati memuji Sakura yang selalu berinisiatif membantu dengan caranya sendiri. Maka dari itu, Sasuke akan membuat ikan bakar terbaik.
"Oishi!" seru Sakura dengan riang. Harum khas daging yang dibakar memenuhi indra penciumannya membuat perut perempuan itu berkeruyuk. Sakura duduk di samping Sasuke memandang dua ikan yang ditusuk ranting dan disandarkan di dekat perapian.
"Aku iri padamu," celutuk Sakura. "Kau bisa memasak."
Sasuke hanya melirik sekilas dan kembali mengawasi masakannya. Ia dapat mendengar Sakura menghela napas. Sepertinya perempuan itu benar-benar kesal pada dirinya sendiri.
"Aku sebagai perempuan merasa seharusnya bisa memasak," kata Sakura pelan. "Aku ingin keluargaku menikmati sarapan dan makan malam hasil jerih payahku. Oh, ini sangat memalukan!"
Sakura mengakhirinya dengan tertawa canggung. Ia baru berhenti ketika melihat Sasuke sama sekali tak menanggapi. Agaknya, lelaki itu tak menganggap perkataannya lucu.
"Banyak koki laki-laki sekarang," kata Sasuke akhirnya. "Ada juga pemanah perempuan. Jadi, kau tidak perlu menganggap itu memalukan."
Sasuke mengatakan itu sambil mengambil kedua ikan bakar yang telah terpanggang sempurna. Sedikit asap masih terlihat mengepul di permukaan yang terbakar mengedarkan aroma lezat nan menggiurkan. Kemudian, Sasuke menyerahkan salah satu yang terbesar pada Sakura.
"Kau juga bisa belajar memasak denganku selama di perjalanan," tambah Sasuke lagi. Agaknya, lelaki itu dapat membaca ketidakpuasan di wajah Sakura meski terhibur dengan kalimat-kalimat yang ia lontarkan sebelumnya. Penawaran yang ia berikan setidaknya membuat Sakura kembali ceria.
"Arigatou," ucap Sakura berterima kasih. Keduanya saling melempar senyum sebelum mulai menikmati sarapan sederhana mereka.
Semakin lama mengenal Sasuke, hati perempuan bersurai merah muda itu menjadi bimbang. Tidak banyak laki-laki yang dapat menerima bahwa perempuan diperbolehkan memegang senjata. Lebih banyak yang menganggap wanita hanya berkewajiban mengurus hal-hal berkaitan dapur, begitu pula merias diri dan bersikap anggun untuk pasangan mereka.
Tidak ada yang pernah mengatakan pada Sakura bahwa dirinya normal jika menyukai busur dan panah selain Sasuke. Begitu pula dapat mengabaikan kekurangannya untuk memasak.
Diam-diam, ia mencuri pandang ke arah Sasuke yang hampir menghabiskan jatahnya. Jika bukan laki-laki itu, apakah ia akan menemukan orang yang sama?
🏰
.
.
.
.
.
.
.
.
.Siang begitu terik ketika mereka melewati sabana. Area itu diapit oleh hutan tempat keduanya bermalam di selatan serta perbukitan pada tiga sisi yang lain. Ilalang merundukkan tubuhnya ketika angin berhembus perlahan, sedikit memberikan rasa sejuk di tengah pancaran sinar mentari yang kini berada di atas ubun-ubun.
Sasuke melirik pada Sakura yang kini tertutup sepenuhnya oleh jubah coklat. Hoodie dan cadar menutup kepala dan sebagian wajahnya. Ia hanya khawatir jika kulit seputih susu perempuan itu akan berubah coklat karena paparan panas matahari. Lebih buruk lagi jika ternyata tubuh perempuan itu sensitif meski hal itu tak pernah terbukti. Sasuke tak ingin Kaisar Jiraiya dan Permaisuri Tsunade di istana menanyakan perubahan drastis yang terjadi pada penampilan cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Glows (Sasusaku)✔
Fanfiction[Complete ✔] Semua tokoh milik Paman Masashi Kishimoto Kaisar Jiraiya menginginkan seorang penerus. Akan tetapi, ia hanya memiliki seorang cucu perempuan, Putri Mahkota Haruno Sakura. Ia memutuskan untuk mengadakan sayembara. Tidak harus seorang pan...