XX

7.1K 836 38
                                    

"Aku tak menyangka kau berani menampakkan diri," kata Neji dan terkekeh pelan.

Sesuai dengan rencana, lelaki itu kembali mengunjungi kedai yang sama, duduk di antara meja terluar dengan satu botol alkohol dan camilan kecil terhidang. Berusaha membuat dirinya terlihat mabuk.

Waktu telah larut malam ketika Neji hampir putus asa karena tak kunjung menarik perhatian mangsanya. Ia harus kembali sebelum jam malam diberlakukan, yaitu pukul sebelas malam. Terkecuali jika bersedia diintrogasi oleh para polisi yang berkeliling mengitari jalanan ibu kota.

"Mengapa aku harus takut?" tanya pria asing itu mendudukkan diri di hadapan Neji tanpa rasa bersalah. Dalam hati, Neji menyeringai lebar.

"Terakhir kali kau kemari, aku menolakmu."

Pria itu mendengus sinis. Ia menuangkan alkohol ke dalam gelas Neji yang telah kosong dengan perlahan-lahan. Neji mendengus kesal. "Kau menyebut-nyebut Amegakure sebelumnya."

"Kau sedang mabuk. Besar kemungkinan bahwa kau salah," sanggah pria itu datar. Ia tidak lagi seramah sebelumnya. Botol alkohol ia letakkan sedikit keras.

"Kau juga menyebut-nyebut bantuan orang luar," kata Neji.

Aura di sekitar mereka berubah suram. Pria asing itu tidak menyanggah, tetapi tidak pula tersenyum. Tubuhnya menegang menandakan pria itu dalam mode waspada akan serangan. Neji mengangkat gelas alkoholnya dan mengamati air yang terisi penuh hingga batas permukaan.

"Apa kau ingin aku tak sadarkan diri lalu menculikku untuk bergabung dengan Amegakure?" tanya Neji sinis.

"Aku tak mengerti mengapa kau masih peduli dengan Konohagakure," ucap pria itu akhirnya. "Mereka telah membuat ayahmu dipecat. Mereka membuat setengah penduduk tak menyukainya. Bahkan, kau kalah dengan Uchiha."

Neji memalingkan wajahnya dan terdiam. Minuman itu kembali membuatnya pening ketika Neji menghabiskan isi gelasnya kembali. Sebentar lagi, ia akan melewati batas tolerannya.

"Aku memang tidak menyukainya, tetapi setidaknya aku akan dikenang baik karena tak mengkhianati Konoha dengan berpihak pada kalian," kata Neji disertai seringai tipis.

Saat itu, Neji melihat pergerakan tangan pria asing itu yang telah menggenggam permukaan gagang pedang.

"Hati-hati dengan pedangmu!" kata Neji mengucapkan ancaman dengan ejekan. "Tiga temanmu yang lain telah ditangkap dan akan mendekam di penjara istana."

Pria itu tak bereaksi. Sebuah ujung pisau telah menempel tepat di dekat urat nadi leher kirinya. Tenten berdiri di belakangnya berhasil membuat pria asing itu tak berkutik.

Jakunnya bergerak naik turun meneguk ludah. Ia tak akan membiarkan hidupnya berakhir di sini.

"Nona, ku akui kau memang cerdik tetapi aku tidak selemah itu," ucap pria itu dan menyeringai tipis.

Tanpa diduga, pria itu, sang mata-mata Amegakure mendorong Tenten dengan sikunya membuat perempuan itu jatuh menabrak meja di belakang. Kejadian selanjutnya terjadi dengan cepat. Pria itu sempat bergulat dengan Shikamaru yang telah berjaga di dekat kedai sebelum berlari kencang dan menghilang di antara celah rumah-rumah penduduk.

Akan tetapi, Shikamaru tak mengejar begitu pula Neji dan Tenten.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Shikamaru pada Tenten yang baru saja berdiri. Gadis tomboy itu tengah membersihkan sisa-sisa debu yang menempel di celananya. Mereka tahu seisi kedai tengah memperhatikan dan itu membuat Tenten sedikit canggung.

"Ya, aku baik! Dia yang tidak baik," tunjuk Tenten pada Neji yang kesadarannya telah menipis. Laki-laki berambut panjang itu terlihat linglung dengan senyum ganjil di wajahnya.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang