XVI

7.1K 834 51
                                    

Shikamaru Nara memandang Neji Hyuga yang tengah menuangkan ocha ke dalam gelasnya. Lelaki itu duduk tegap bersimpuh di atas kedua kakinya. Mata tajamnya tak pernah mengalihkan perhatian dari sang tuan rumah.

Siang itu, Shikamaru memutuskan untuk mengunjungi Neji setelah semalam membawa laki-laki itu pulang dalam keadaan mabuk. Cuaca cukup baik membuat lelaki itu dapat beristirahat di sela-sela kesibukannya. Apalagi Neji menjamunya dengan makan siang di gazebo kolam teratai. Cukup tenang dan berkelas.

"Masih sama seperti saat terakhir kali aku kemari," komentar Shikamaru akhirnya berusaha untuk tidak canggung. "Tadi malam aku tidak sempat melihat apapun."

Neji meletakkan teko di samping gelasnya. Ia tersenyum tipis memandang seragam kepolisian yang Shikamaru kenakan. Dulu sempat terpikir di benaknya untuk bergabung dengan satuan tersebut. Dengan keterampilan bela diri yang di atas rata-rata didukung intelektualnya, Neji mudah saja untuk melewati setiap tes seperti halnya ujian tentara.

Akan tetapi, Neji mengurungkan niatnya.

"Kepolisian masih terbuka untukmu begitu pula pasukan kerajaan," kata Shikamaru sengaja mengutarakan itu. Ia dapat membaca lelaki di depannya dengan mudah.

"Akan ku pikirkan," kata Neji dan menghela napas. Jawabannya sedikit membuat Shikamaru terkejut. Pasalnya, lelaki itu selalu menolak mentah-mentah tawarannya.

"Bagaimana denganmu?" tanya Neji akhirnya tak ingin berbasa-basi. "Kedatanganmu ini cukup memberikan pertanyaan."

Shikamaru mendengus kemudian mulai meminum ocha miliknya.

"Apa saja yang kau ingat saat mabuk tadi malam?" tanya Shikamaru. Mereka memasuki pembicaraan serius.

"Seorang pria pengelana datang menggangguku," kata Neji kesal. "Aku tak mengenalnya."

"Dia tampak mengenalmu cukup dekat," sanggah lawan bicaranya. Lelaki dengan rambut nanas itu menyeringai tipis.

"Kau dalam bahaya, Hyuga. Menurutku, dia adalah salah satu mata-mata Amegakure yang tengah ku cari bersama Naruto," ucap Shikamaru dan menghela napas. "Dia menghilang saat aku akan membawamu pulang."

Ada keterkejutan di wajah Neji meski tak terlalu kentara. Seperti biasa, lelaki itu berhasil menjaga wajahnya tak berekspresi. Mungkin, putra Hyuga itu tak menyangka akan menjadi salah satu incaran musuh.

"Aku yakin kau akan menolak mentah-mentah tawaran mereka meskipun dalam keadaan mabuk."

Tangan Neji mengepal menahan emosi. Lelaki itu hampir-hampir menggebrak meja tak peduli jika Shikamaru masih berada di depannya.

"Amegakure telah merenggut impian Otou-san," kata Neji geram. "Aku akan menangkap mereka."

"Yah, kau hanya perlu memanggilku dan Naruto sebagai bantuan terbesar. Kau tidak mungkin melakukannya sendirian," kata Shikamaru kembali bersikap santai. Ia tak perlu mengkhawatirkan lelaki itu lagi.

"Kalian tak perlu membantu."

"Kau yang memutuskan untuk menjauhi kami setelah kejadian itu. Sampai kapan kau akan berpikir bahwa kami adalah musuh?" tanya Shikamaru jengah.

Neji hanya diam saja. Pertanyaan itu cukup menohok. Dalam hal ini, ia memang bersalah. Tak kunjung mendapat jawaban, Shikamaru memutuskan waktu berkunjungnya telah habis. Ia akan kembali bekerja.

"Sudah habis rupanya," kata Shikamaru dan berdiri disusul oleh Neji. Ia tersenyum, bersikap sama seperti sedia kala ketika sebelum insiden Putra Mahkota Sasori yang mengubah segalanya. Ia menepuk bahu Neji, tanda seorang kawan.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang