XV

7K 808 39
                                    

Neji tidak menaruh curiga pada siapapun. Ia hanya ingin lari sejenak dari realita. Kenyataan pahit yang harus diterima membuatnya ingin mencicipi segelas penuh alkohol memabukkan.

Tadi pagi, seorang kawan lama mengatakan padanya bahwa Sasuke dan Sakura pergi bersama di sebuah festival.

Sakura terlihat bahagia dan begitu menginginkan Sasuke. Sementara pemuda itu, dia tidak menunjukkan apapun.

Neji mengisi gelas keramik hingga penuh. Semua tandas dalam sekali teguk meninggalkan rasa pening di kepalanya. Masa bodoh dengan batas toleransi alkoholnya. Ia terkekeh pelan lalu mengusap dahinya dengan gusar. Kesadaran lelaki itu di ambang batas.

Walau begitu, Neji masih mendengar suara kayu bergesekan dengan lantai batu bata yang ia tapak.

"Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?" tanya pria yang menarik kursi di hadapannya.

Neji mengangkat kepalanya dengan enggan. Iris lavendernya memandang wajah orang asing itu. Penampilannya seperti seorang pengembara kebanyakan dengan jubah lusuh dan sedikit debu yang tersisa di pakaiannya. Jenggot pria itu tidak tercukur rapi tanda ia hidup di alam bebas.

"Satu sake lagi di sini!"

"Ha'i!"

Kedua tangan pria itu terlipat di atas meja. Iris coklat-nya memandang Neji antusias seolah berusaha membaca kehidupan. Hyuga Neji kembali berwajah masam karena kehadirannya.

"Aku tak mengenalmu," ucap Neji dengan kesal. "Jangan ganggu aku!"

Pengembara itu lagi-lagi tertawa mendengar ocehan Neji sementara seorang pelayan kedai itu menghampiri mereka. Dengan cepat, wanita itu meletakkan botol sake dan sebuah gelas di atas meja.

"Neji Hyuga," kata pria itu sambil mengisi gelasnya. "Semua orang tengah membicarakanmu."

"Karena aku calon putra mahkota?" tanya Neji dan tertawa. Suaranya cukup menyita perhatian banyak orang. Detik berikutnya, mereka memutuskan untuk berpura-pura tak tahu.

"Tak ada gunanya," ucap Neji. "Aku menyerah."

"Sia-sia jika kau menyerah sekarang," kata pria itu dan menyeringai tipis. "Kau hanya membutuhkan bantuan."

"Bantuan?" tanya Neji. "Aku tak memiliki orang dalam dan aku tak berminat dengan apapun itu."

"Kau tidak membutuhkan orang dalam untuk mewujudkannya."

Neji kembali memandang pria menjengkelkan di depannya. Pengembara itu tersenyum tipis dan mengangkat gelasnya.

"Ku bilang, bantuan seperti itu tidak harus dari dalam istana bukan?"

Neji memincingkan matanya.

"Siapa kau sebenarnya?"

🏰
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Neji tak tahu mengapa ia terbangun di atas tempat tidur. Ia tak ingat pernah berjalan pulang sendirian dari kedai setelah menghabiskan tiga botol sake sendirian.

Mungkinkah, seseorang memang membawanya pulang? Dalam hati, lelaki itu merutuki ingatannya yang hilang ketika mabuk.

Ketika itu, pintu bergeser terbuka. Ayahnya, Hizashi Hyuga berjalan masuk dengan langkah pelan. Pria tua itu memutuskan untuk duduk di pinggir kasur.

"Pemuda Nara itu membawamu pulang," kata Hizashi menjawab kebingungannya. "Kau melewati batas, hm?"

Neji tidak segera menjawab. Ia menunduk dan memalingkan wajahnya. Punggungnya bergetar ketika Hizashi memutuskan untuk memeluk anak semata wayangnya.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang