II

9.8K 1K 40
                                    

Tiga hari sebelum sayembara dilaksanakan, Sasuke masih belum menentukan pilihannya. Ia justru menyibukkan diri dengan berlatih anggar dengan Naruto di markas. Ya, ia perlu meningkatkan kemampuan bertarung jarak dekat. Dalam hal ini, Naruto lebih ahli ketimbang dirinya.

Kelebihan Sasuke berada pada pertarungan jarak jauh meskipun menjadi salah satu peraih nilai terbaik saat memegang pedang. Posisi panglima mengharuskan Sasuke mahir menggunakan berbagai senjata, meskipun busur dan panah jelas merupakan andalannya ketimbang pisau dan tombak.

Sasuke menarik tubuh dengan cepat ketika pedang Naruto mengacung tepat ke arahnya. Bunyi berdenting terdengar berkali-kali ketika dua logam itu bertemu. Naruto menyerang Sasuke lebih agresif dari biasanya. Pedang di tangan lelaki berkulit tan itu terangkat dan terayun ke depan. Sasuke segera memutar gagang pedang dan menahan serangan.

"Kau menyerah?" tanya Naruto masih menekan pedangnya. Keringat telah mengucur membasahi kening lelaki itu. Ia memamerkan seringai pada Sasuke yang baru saja mengerang.

"Tidak," jawab Sasuke dengan senyum miring. Ia berkelit cepat, melemparkan pedang Naruto dengan miliknya, lalu mengayunkan ujung senjata itu ke arah leher Naruto. Skak mat.

"Hn," Sasuke menyeringai puas ketika refleks Naruto mengangkat kedua tangannya. Ia menyarungkan kembali pedangnya dan mereka saling memberi hormat. Permainan berakhir sedikit lebih lambat dari yang sudah-sudah.

"Peningkatan, Sasuke," puji Naruto dengan napas terengah-engah. Lalu, pemuda itu memandang prajurit lainnya yang sedari tadi asyik menonton mereka sambil menunggu giliran  memasuki arena.

"Selanjutnya!" perintah Naruto. Dua prajurit muda bertelanjang dada maju ke depan dengan pedang di tangan masing-masing. Naruto menunjuk Konohamaru, salah satu prajurit kepercayaannya sebagai wasit.

Sasuke telah melepas kaus putihnya terlebih dahulu ketika mereka sampai di teras asrama yang berbentuk seperti gazebo. Wajahnya cukup kotor akibat debu di arena bercampur keringat yang membuat kulit putihnya mengkilat diterpa cahaya siang. Lantai kayu berderit ketika Sasuke duduk meluruskan kaki.

Naruto menyodorkan satu botol air padanya. Sasuke segera membuka penyumbat kayu, tutup botol itu, lalu meneguk isinya sampai habis. Siang itu, matahari bersinar terik tanpa awan meskipun mereka tengah berada di awal musim semi. Beberapa menit berlalu tanpa obrolan. Gerah mulai menghilang.

"Jadi, apa kau mengikuti sayembara itu?" tanya Naruto memulai. "Hari ini adalah pendataan terakhir."

Sasuke hanya diam tak menjawab. Naruto menggerutu kesal. Ia tak percaya Sasuke berubah 180 derajat ketika berhadapan dengan asmara. Ayolah, bahkan sayembara belum di mulai!

Ia tak ingin Sasuke menyerah begitu saja, tetapi diamnya lelaki itu justru membuat Naruto hampir kewalahan. Lelaki kuning itu juga tak berhak memaksa sahabatnya. Naruto memandang Sasuke dengan sedikit berharap.

"Aku akan ikut," jawab Sasuke tiba-tiba masih dengan wajah datarnya. Ia tidak memandang Naruto. Kedua matanya memperhatikan duel yang tengah berlangsung di arena. Dua prajurit sebelumnya telah berganti seorang prajurit dengan kemeja putih panjang yang lengannya dilipat dan seorang prajurit berkaus coklat.

Naruto menyeringai setelah mendengar jawabannya. Binar saphire lelaki itu berubah ceria. Ia bangkit berdiri dan menepuk bahu sahabatnya.

"Ayo mandi lalu mendaftarkan dirimu dattebayo!"

Sasuke mendengus dan berdiri menyusul Naruto yang telah masuk ke asrama.

"Kau tak perlu mengaturku, dobe!"

🏰
.
.
.
.
.
.
.

Ibukota Konohagakure merupakan daerah terpadat menurut Sasuke dibanding tempat lainnya.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang