XIX

6.9K 818 17
                                    

Sinar mentari bersinar menyilaukan ketika Sakura mulai membuka mata. Kamar terasa lebih terang karena hari telah beranjak siang. Semalam benar-benar menguras tenaga hingga Sakura tertidur lelap. Ia tak terusik oleh apapun sekali pun pasar terdengar ramai di luar.

Sakura bergerak menggeliat lalu tersadar bahwa tangannya tak bebas. Fokus emerald matanya tertumbuk pada seseorang yang duduk di samping ranjang. Kepala raven yang diletakkan pada pinggir tempat tidur dan tangan mereka yang saling terkait.

Sakura terkesiap menyadari Sasuke tak melepaskan tangan mereka. Lelaki itu tak ingin mengganggu tidurnya.

"Ohayou!" sambut Sasuke dan berusaha tersenyum tipis. Biasanya, Sakura akan terlebih dulu menyapa, tetapi gadis itu hanya memandangnya kosong. Tak ada wajah ceria meski perempuan itu terus berusaha menampik fakta bahwa dirinya seorang putri.

Sakura yang tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Kisah kematian sang kakak membuatnya terpukul. Wajahnya berubah datar tak menunjukkan tanda bahwa ia bisa menerima dengan mudah.

Tanpa berkata apapun, Sakura melepas kaitan tangan mereka dan berbalik memunggungi Sasuke. Ia sempat melihat ekspresi kebingungan di wajah lelaki itu, tetapi sang pemilik marga Uchiha tidak berkomentar apapun. Agaknya, Sasuke dengan cepat menyadari suasana hatinya.

"Jika kau ingin sarapan, aku akan mengantarnya ke sini," ujar Sasuke akhirnya dengan suara datar. "Kau melewatkan makan malam."

Sakura tak menjawab. Gadis itu tak merasakan lapar. Suasana hatinya benar-benar berada di titik terendah hingga tak berminat melakukan apapun selain meringkuk di atas ranjang. Sakura menarik selimutnya hingga sebatas hidung.

Terdengar suara helaan napas disusul derit kursi yang bergeser. Setelah itu, pintu tertutup dengan pelan dan Sakura tahu lelaki itu telah pergi. Mungkin, Sasuke akan ke lantai bawah untuk mengambil sarapan.

Tak lama kemudian, Sasuke kembali dengan nampan di tangan. Ada sebuah mangkuk bubur nasi merah, mangkuk sayur, dan piring kecil berisi pangsit.

"Sakura," panggil Sasuke.

Bahu gadis itu bergerak turun dengan bergetar. Agak lama hingga gadis itu menyingkap selimut dan memutuskan untuk duduk. Sakura tersenyum tipis sebelum menyantap sarapannya. Ia memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja meski kenyataannya tidak.

Sayang, Sasuke menyadari hal itu.

Akan tetapi, Sasuke memilih untuk bungkam. Lelaki itu telah mengetahuinya tanpa Sakura harus bercerita. Lelaki itu merasa bersalah namun ia tetap harus menceritakan itu pada Sakura atas perintah Kaisar Jiraiya.

Sang putri harus tahu bahwa ia telah membenci orang yang salah. Kematian Sasori adalah salah satu pembuktian lelaki itu sebagai seorang raja yang mencintai rakyatnya.

🏰
.
.
.
.
.
.
.
.


Sakura tak tahu apa yang harus dilakukan. Nafsu makannya menghilang. Ia juga tak ingin pergi mengunjungi sebuah tempat.

Akan tetapi, berdiam diri di kamar hanya membuat kecurigaan Sasuke semakin bertambah bahwa dirinya bukanlah Sakura Asuna tetapi seorang bermarga Haruno.

Belum saatnya untuk mengakui identitas kebangsawanannya.

Maka dari itu, ketika hari beranjak sore, Sakura memutuskan untuk mencari udara segar. Beberapa hari yang telah mereka habiskan di desa ini telah membuat Sakura mengenal setiap sudut-sudut pasar. Ia tahu dimana letak kedai ramen, penjual gulali, dan beberapa kios tanaman obat. Ia juga mengerti dimana harus memilih kain dengan harga termurah hingga kualitas terbaik.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang