VII

8.8K 1K 45
                                    

Sakura memandang Sasuke yang tampak mengenakan kausnya kembali setelah berendam di telaga kecil. Selama menunggu, perempuan itu telah mengumpulkan kayu bakar untuk mereka di sebuah gua yang akan menjadi tempat mereka bernaung untuk beristirahat.

Hari beranjak malam ketika Sasuke kembali. Kedua kuda mereka telah tertidur di dekat mulut gua.

"Sasuke-kun, apa ini cukup?" tanya Sakura sambil menunjuk hasil jerih payahnya. Sesaat Sasuke terdiam mendengar Sakura mengganti suffix -san menjadi -kun di belakang namanya. Kemudian, ia mengamati tumpukan kayu bakar yang telah di susun atas inisiatif perempuan itu.

"Hn, lumayan," komentar Sasuke disertai anggukan singkat. Ia mengambil korek, menggesek ujungnya pada kertas karbon, lalu melemparkannya pada kayu bakar. Perlahan api menyala dan membesar setelah merambat pada seluruh permukaan tumpukan.

Sakura tersenyum memandang api unggun kecil itu. Ia duduk memeluk lututnya dengan jubah membungkus seluruh tubuh. Kain itu cukup hangat menutupi kulit polosnya dari dingin malam yang semakin terasa saat mendekati larut.

"Arigatou," ucap Sasuke dan dibalas anggukan oleh Sakura. Kemudian, lelaki itu mengambil sebuah kotak bekal dari kantung tas yang ia bawa. Enam onigiri tersusun rapi di dalamnya.

Sasuke beranjak duduk di samping Sakura membuat perempuan itu sedikit bergeser karena gugup. Lelaki itu menawarkan bekalnya pada Sakura.

"Makanlah," kata Sasuke memandang mata perempuan itu. Sesaat Sakura tak bisa berkedip dan menahan napas. Kemudian, ia mulai mengambil satu onigiri di tengah.

Mereka menikmati makan malam sederhana dalam diam. Sakura memandang Sasuke yang tengah mengamati nyala api. Lidah-lidah merah yang tampak menari itu terpantul dengan jelas di mata onyx lelaki itu. Kemudian, Sakura menunduk memandang onigiri terakhirnya. Masing-masing dari mereka menyantap tiga onigiri untuk mengisi perut.

"Apa kau membuatnya sendiri?" tanya Sakura sambil menutup kotak itu kembali.

"Okaa-san," jawab Sasuke singkat. Mikoto sengaja membuatkan bekal yang tahan lama. Seandainya wanita itu tahu jika Sasuke akan menemukan Sakura yang melarikan diri pasti ia membuat bekal yang lebih banyak.

Sakura mangut-mangut dan tersenyum. Ada sedikit rasa iri di hatinya ketika mengetahui Sasuke masih memiliki seorang ibu. Perasaan itu tiba-tiba membuat wajahnya berubah sendu.

"Aku tak pernah melihat wajah Okaa-san. Aku juga tak pernah mengenal Otou-san," kata Sakura dengan setengah tertawa. Ia menoleh memandang Sasuke. Rupanya, lelaki itu juga tengah menatap dirinya.

"Otou-san meninggal di medan perang  dua bulan sebelum kelahiranku dan Okaa-san kehilangan semangat hidupnya. Ia meninggal saat aku lahir," terang Sakura dengan senyum tipis. Ia mengambil sebuah ranting dan bermain-main api dengan ujungnya. Setengah wajahnya terbenam di belakang lengannya.

Sasuke hanya memandang Sakura menunggu hingga perempuan itu merasa baik. Justru ia lebih senang menjadi pendengar dibandingkan memberi nasihat. Sasuke bukan tipe orang yang pandai berbicara.

"Gomen, pasti kau bingung!" kata Sakura dengan tawa.

"Kau tidak perlu menyembunyikannya di balik tawamu," kata Sasuke akhirnya dengan wajah datar. Sakura mendongak terbangun dari lamunannya. Meskipun Sasuke tak berekspresi, tetapi Sakura dapat merasakan kepedulian lelaki itu.

"Beristirahat akan membuatmu lebih baik," kata Sasuke lagi bangkit berpindah ke mulut gua dan bersandar di dekat kuda hitamnya. Gerimis di luar membasahi tanah. Bau khas hujan mengusik indra penciumannya lebih dominan ketimbang kayu yang terbakar. Sasuke mendongak menatap langit yang gelap akibat mendung. Hujan deras akan segera turun. Ia berharap airnya tidak mengalir masuk membanjiri gua tempat mereka berteduh.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang