XVIII

7.4K 877 33
                                    

Sakura tak kunjung menyusul hingga dua mangkuk mie soba dihidangkan kembali. Sasuke mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah. Tak mungkin gadis seperti Sakura memutuskan untuk mogok makan sekalipun ia tengah merajuk, kecuali marahnya terlampau besar.

"Aku akan menyusul," ucap Sasuke menyerah sebelum Obito memulai ceramahnya. Sepupunya mendesah lega karena Sasuke tahu apa yang harus dilakukan.

Sasuke melewati meja-meja dengan sedikit terburu. Kamar Sakura (dan dirinya) berada di atas. Ia harus menaiki anak tangga dengan lebar yang sempit untuk mencapainya. Beruntung kali ini ia tak perlu berdesakan dengan pengguna lainnya. Lantai bawah penginapan cukup ramai. Hampir semua penghuni berkumpul untuk menikmati makan malam.

Akhirnya, Sasuke mencapai lantai atas. Kamar Sakura berada di ujung lorong. Langkahnya terhenti melihat pintu kamar gadis itu terbuka lebar. Tak mungkin gadis itu begitu ceroboh membiarkan ruang pribadinya tak terkunci.

Lelaki itu menahan napas ketika seorang pria mengarahkan belati di samping leher kirinya. Sasuke tak bergeming. Pria berpakaian hitam itu berdiri di balik punggung dengan seringai di balik topengnya.

Tak salah lagi, mata-mata Amegakure. Tiba-tiba kemungkinan terburuk membayangi Sasuke. Gelombang panik akan keselamatan Sakura menyergap.

"Akhirnya, Sasuke Uchiha."

🌹
.
.
.
.
.
.
.
.


Anak panah pertama berdesing ketika Sakura melepaskannya disusul erangan keras musuh terdekat. Tanpa membuang waktu, dengan cekatan Sakura mengambil anak panah dari selongsong yang telah ia sampirkan di punggung. Lelaki lainnya segera menyerang dan Sakura segera berlari menghindar, merunduk ketika musuhnya mulai mengayunkan pedang.

Kemudian, ia kembali memanah namun kali ini meleset. Musuhnya cukup gesit untuk mengelak. Sakura kini berada di sisi tempat tidur yang lain terengah akan serangan tiba-tiba. Lelaki yang ia panah pertama kali mengerang kesakitan karena panah menancap di dadanya. Sakura tahu, ujung senjatanya itu tak mengenai area vital.

"Lebih baik kau menyerah!"

Seorang lagi datang bergabung dengan dua kawannya mengepung Sakura. Praktis, pilihan gadis itu adalah melanjutkan perlawanan. Kabur bukan jalan yang tepat karena musuh barunya berdiri di depan pintu. Sakura tengah memikirkan cara untuk pergi ketika musuh barunya jatuh tersungkur akibat tendangan yang cukup keras. Siluet seseorang yang sangat ia kenal baik berkelebat di luar dan memunculkan perasaan bahagia.

Sasuke datang menyelamatkannya.

Kemudian, terdengar erangan lainnya setelah suara anak panah yang melesat cepat. Sakura tak tahu apa yang Sasuke lakukan di luar tetapi ia harus menyelesaikan pertarungannya dengan musuh yang tersisa. Masih terkejut karena kedua temannya tumbang, musuh di hadapan Sakura dapat dikalahkan dengan mudah. Gadis itu memanah kakinya, praktis membuat lelaki itu tak akan berjalan dalam waktu yang lama.

Akhirnya, Sasuke muncul di ambang pintu beberapa detik setelahnya tanpa senjata. Lelaki itu terlihat masam tak menyangka bahwa musuh menargetkan Sakura terlebih dulu ketimbang dirinya. Bagaimana sisa-sisa penyerangan di kamar mereka menjadi bukti bahwa Sakura melakukan perlawanan dengan efektif, tetapi tidak menghentikan rasa khawatir di hati lelaki itu. Apalagi musuh nekat bertindak di saat penginapan tengah ramai.

Sasuke mengerem dirinya yang hampir memeluk Sakura. Sebuah selubung keengganan masih memisahkan mereka. Senyum lega yang sempat tercetak berubah menjadi canggung.

Beautiful Glows (Sasusaku)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang