12

82 10 0
                                    

-2017

"Aku benar-benar tak mengerti apa yang ada di kepala kalian. Kalian adalah orang-orang besar yang selalu di puji. Tapi-"

"Berhenti menyusun kata, membingungkan kami. Kau hanya menyusun itu untuk mempertahankan diri, Jiyeon-ah."

Saat ini Jiyeom tengah duduk dengan dua orang di hadapannya.

"Sepertinya aku membiarkan situasi ini terlalu lama. Dan aku harus menyadarkan posisi kalian saat ini." ucap Jiyeon.

Jiyeon berdiri diikuti dengan ke dua pasang mata pria di depannya.

"Berhenti mencampuri urusanku. Dan coba untuk menyadari posisi kalian. Kalian berdua sudah pernah mencoba hal yang sama. Jadi berhenti." ucap Jiyeon lagi.

"Dia juga melakukannya Jiyeon-ah. Sama halnya dengan kita dia hanya melakukan apa yang disuruh oleh ayahmu." ucap Teddy.

"Ini berbeda aku juga membutuhkannya. Jadi kami akan saling menguntungkan. Dan kalian berdua cobalah untuk tetap berdiri di belakang batas kalian." Ucap Jiyeon pergi meninggalkan keduanya.

Semuanya menjadi kacau karena tidak berada pada batasnya. Jiyeon menjadi sedikit sensitif karena akhirnya yang ia takutkan terjadi.

Semua orang mulai keluar dari batasnya mulai mencoba meraih Jiyeon. Dan Jiyeon benci itu, ia harus mendorong lagi orang-orang itu. Memulai lagi dari awal benar-benar melelahkan.

Jiyeon masuk kedalam lift yang pada saat itu sangat pas terbuka saat dia datang.

Jiyeon larut dalam pikirannya sampai seseorang merangkul pundaknya.

"Jangan menyentuhku. " ucap Jiyeon dengan nada yang cukup dingin.

"Jangan keluar dari batasmu. Ini bukan studio." ucap Jiyeon lalu menoleh menatap orang disampingnya dengan kilatan marah.

Orang itu bertanya tanpa suara.

"Ku peringatkan untuk tidak mengangguku hari ini." ucap Jiyeon tepat saat pintu lift terbuka.

Jiyeon pergi meninggalkan orang tersebut dengan sejuta pertanyaan dikepalanya.

Gadis itu benar-benar pada ucapannya. Tidak ada yang berani menganggunya. Yah siapa yang berani menganggu macan yang sedang kehilangan moodnya tersebut.

"Chaerin Eonnie! " Panggil Jiyeon.

"Ne? "

"Ne? " ulang Jiyeon bertanya pada orang di depannya.

"Mianhae Jiyeon-ah aku benar-benar lupa. "ucap Chaerin sambi tersenyum.

"Naiklah ke lantai dua." ucap Jiyeon lalu meninggalkan gadis yang di panggil Chaerin tersebut.

Sekarang tugas Jiyeon harus memanggil semua judges untuk evaluasi bulan ini. Gilanya, tidak ada satu orang pun yang membalas pesan Jiyeon sehingga gadis itu harus memanggil mereka.

Sekarang semua orang yang dibutuhkan telah berada di sana. Jiyeon mengatur semua staf lalu membiarkan para judges evaluasi bulan itu masuk.

Jiyeon duduk di tempat paling ujung. Tempat yang membuatnya bisa melihat siapapun tapi tidak seorangpun yang bisa melihatnya dengan Jelas.

Satu persatu kelompok treinee maju kedepan menampilkan kemajuan yang harusnya terjadi di hadapan para judges.

Tak ada yang menarik mata Jiyeon dalam evaluasi bulan itu. Semuanya terasa sama seperti yang bulan lalu.

Tepat setelah semua judges keluar Jiyeon berdiri dari tempatnya.

"Terimakasih semuanya. Kalian boleh pergi sekarang. " ucap Jiyeon pada treinee.

Hope(less) K. J. YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang