5

133 16 0
                                    

-2016

"Debut kan mereka." ucap seorang gadis yang baru saja menaruh sebuah papan dengan empat pion diatasnya.

"Mwo? Ya!  Kau menghancurkan girlgroup sembilan orangku." ucap YHS.

"Ck, kau tidak akan bisa mengurus sembilan orang dalam satu grup. Jangan naif, bahkan mengurus paling banyak lima orang saja kau tidak bisa. " ucap Jiyeon

YHS berdecak mendengar omongan putrinya, nyatanya semua yang dikatakan putrinya adalah sebuah fakta. Bahkan yang menemukan hal-hal ganjal dalam setiap grup yang ia debutkan adalah putrinya bukan dia.

Tapi yang membuat YHS merasa aneh adalah, putrinya ini benar-benar tidak ingin mencampuri salah satu grup miliknya.

"Tahun lalu kau bilang mereka tak bisa di debutkan." ucap YHS.

"Sekarang bisa. Hanya debutkan saja mereka, sayang. Sisanya biar aku yang atur." ucap Jiyeon.

"Arraseo." ucap YHS.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi Jiyeon keluar dari ruangan Sajangnim. Namun saat ia membuka pintu tersebut dia mendapati seseorang yang beberapa tahun ini memerhatikannya secara diam diam.

"Jiyong-ssi." panggil Jiyeon setelah mendapati Jiyong berdiri tepat di depan ruangan ayahnya.

Jiyeon yakin laki-laki itu tidak mengetahui apa yang barusan mereka katakan,  tapi mendapati Jiyeon keluar dari ruang sajangnim beberapa kali akan memperkuat spekulasi yang Jiyong bangun di kepalanya. Jiyeon sangat tau itu.

"Kita perlu bicara." ucap Jiyeon dan Jiyong secara bersamaan.

Jiyeon sedikit terkejut mendengar pernyataan Jiyong yang sama seperti pikirannya. Namun Jiyeon dapat mengatasinya dengam cepat.

"Ne, kutunggu setelah urusanmu selesai." ucap Jiyeon.

Jiyong mengangguk, "Tunggu di rooftop. " ucap Jiyong.

Jiyeon mengangguk lalu pergi melewati Jiyong menuju rooftop seperti yang diminta Jiyong.

Sesampainya Jiyeon di rooftop, Jiyeon menemukan seorang gadis disana tengah menangis sesegukan.

"Lisa-ya?" panggil Jiyeon.

Gadis itu menoleh sambil menghapus air matanya.

"Ah, eonnie. Ada apa? " tanya Lisa.

"Ani, aku hanya tiba-tiba ingin kesini menghilangkan penat. Dan malah melihatmu menangis disini." ucap Jiyeon.

Jiyeon mungkin selalu terdengar dingin saat tengah serius. Tapi ia harus mengerti artisnya membuat mereka nyaman dan mengeluh kesahkan segalanya padanya. Dan itu akan membuatnya mudah mengambil keputusan.

"Ah, mian. Aku akan pergi kalau begitu." ucap Lisa.

"Ani, tidak perlu. Aku tau kau butuh seseoramg untuk berbagi. Karena kau tidak akan menangis jika kau bisa mengeluarkan semuanya. Jadi, ada apa? " ucap Jiyeon.

Lisa menatap Jiyeon tidak percaya, ia selalu berpikir bahwa orang yang lebih tua di depannya ini hanya bisa mengkritik dengan tajam.

"Tak perlu terkejut. Tidak hanya kau yang terkejut saat pertama kali mendengarku berkata seperti itu. Eonnie mu juga menampilkan ekspresi yang sama. " ucap Jiyeon setelah melihat ekspresi Lisa.

"Aku hanya menawarkan bantuan. Siapa tau aku bisa membantumu. Jadi, ingin berbagi atau tidak? " tanya Jiyeon.

Lisa mengangguk cepat, "Tapi sebelum itu, boleh aku bertanya? " tanya Lisa.

Hope(less) K. J. YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang