-2016
Jiyong menghampiri Jiyeon yang selama dua minggu ini tidak ia temukan di agensi.
Jiyong menarik pelan tubuh Jiyeon agar menghadap kearahnya.
"Kemana saja dua minggu ini? " tanta Jiyong.
Jiyeon sedikit terkejut, ia pamit sebentar pada staf HRD lalu pergi ke ujung lorong dan Jiyong mengikutinya.
"Jeju? Jangan muncul secara tiba-tiba." ucap Jiyeon setelah sampai di ujung lorong lalu berbalik menghadap Jiyong.
"Jeju? Jinja? Haha Jeongmal? Aku ke Jeju minggu lalu, dan tak menemukanmu."ucap Jiyong dengan wajah datar.
Jiyeon mendesis, "Kau pikir Jeju hanya sebesar kafemu? Jeju cukup luas untuk membuatmu tak dapat menemukan seseorang." ucap Jiyeon.
"Ya! Kafeku luas kau tahu? Aish, jinja. Kau, Benar-benar-" ucap Jiyong kehabisan kata-kata untuk Jiyeon.
"Jika tak ada lagi, aku akan kembali bekerja. Jangan mengangguku Jiyong-ssi." ucap Jiyeon lalu berbalik ingin meninggalkan Jiyong.
Tapi Jiyong menahan tangan gadis itu lalu menarik paksa Jiyeon untuk mengikutinya masuk kedalam lift. Jiyong ingin membawa gadis itu ke studionya agar bisa bicara lebih leluasa.
Tepat saat Jiyong masuk kedalam srudionya, ia menarik Jiyeon lumayan keras hingga gadis itu terduduk di sofa studio Jiyong.
"Kau, seharusnya mendengarkanku. Seharusnya kau cukup memberitahuku masalahnya. Aku akan membantumu." ucap Jiyong.
"Kau benar-benar merusak citramu. Mereka, para memberku, menganggapmu seperti wanita panggilan. Berhenti merusak citramu seperti itu, berhenti membuat orang menerka-nerka tentang hal buruk yang di lihat mereka. " Lanjut Jiyong.
Pria itu menjambak rambutnya frustasi.
"Biarkan mereka dengan pikiran mereka. Biarkan mereka menganggapku seperti apa yang ingin mereka pikirkan tentangku. Lagi pula itu tidak merugikanmu." ucap Jiyeon datar.
"Tapi-"
"Bukan karena aku telah menangis di depanmu, dan kau bisa mengaturku. Berhenti berusaha sekeras itu." ucap Jiyeon
"Aku hanya ingin membantumu. Aku tidak ingin kau terluka. Kau putri Hyunsuk hyung, aku hanya ingin menjaga harga dirimu. " ucap Jiyong, mata laki-laki itu mulai kemana mana terlihat bergetar.
"Cukup diam dan berpura-pura tidak tahu, itu sudah membantuku. Lagi pula aku tidak dikenal sebagai putrinya, aku di kenal sebagai Jiyeon. Hanya Jiyeon. " ucap Jiyeon mensedikapkan tangannya.
"Ya, Jiyeon-ah! Aish jinja, kau benar-benar menyebalkan." ucap Jiyong kehabisan kata-kata.
Jiyeon tersenyun menang lalu berdiri dan meninggalkan Jiyong.
"Ya!!" teriak Jiyong tepat ketika Jiyeon menutup pintunya.
Jiyeon meninggalkan studio Jiyong dengan gerutuan yang terus keluar.
"Kenapa dia merasa begitu penting hingga aku harus meberitahu segalanya ." ucap Jiyeon.
Jiyeon hampir saja menabrak seorang gadis kecil jika saja pria di belakang gadis itu tidak menarik gadis kecil itu dengan cepat.
"Ah, Jongsohamnida." ucap Jiyeon sambil membungkuk.
"Jiyeon-ah? " panggil pria di depannya.
"Eh, oppa. Haru-ya mianhae hampir menabrakmu." ucap Jiyeon.
Gadis kecil itu mengangguk lalu turun dari gendongan ayahnya.
"Eonnie ingin makan jelly denganku? Appa baru saja membelikanku sekantung penuh jelly." ucap Haru.
"Mianhae, eonnie harus melakukan banyak hal. Nanti jika waktu makan siang tiba, eonnie akan menghampirimu arrachi? " ucap Jiyeon sambil berjongkok di depan Haru.
Haru mengangguk.
"Haru-ya, masuklah dulu. Appa ingin bicara dengan Jiyeon eonnie." ucap Tablo.
Haru pergi meninggalkan mereka berdua.
"Jin." panggil Tablo.
"Jika oppa hanya ingin membahas hal yang sama, aku akan berpura-pura tidak melihatmu dan pergi." ucap Jinan.
"Anniyo. Aku hanya ingin mengatakan ini, jangan terlalu keras terhadap dirimu, menangislah jika ingin menangis, dan berceritalah saat kau butuh." ucap Tablo.
"Hm, kau sudah sering mengatakannya hingga aku bosan mendengarnya dan sekarang aku belum butuh, jadi tidak perlu menceritakannya bukan? " ucap Jiyeon.
Jiyeon membungkuk mengisyaratkan bahwa dia ingin pamit meninggalkan pria di depannya itu.
Gadis itu kembali bekerja dengan suasana hati tidak enak, moodnya benar-benar down setelahnya. Siapapun yang di oanggil olehnya akan terkana amarahnya.
"Apa kau tidak bisa menyelesaikannya? " tanya Jiyeon pada salah satu staf untuk konser Bigbang minggu depan.
"Jika kau tidak bisa menyelesaikannya, aku yang akan menyelesaikanmu. Menggantimu lalu mencari yang lebih baik darimu. " ucap Jiyeon.
"Keluar lah kau di pecat. " lanjut gadis itu sambil mengibaskan tangannya.
"Ya! Kau tidak bisa seenaknya memecatnya, dia staf kami. Kau tidak bisa memecatnya karena hanya kami yang berhak memecatnya." ucap Jiyong yang ikut naik pitam setelah mengikuti dan memerhatikan Jiyeon yang terus saja mengomeli anak buahnya.
"Ya! Sama sepertimu yang juga tidak bisa seenaknya ikut campur dalam urusanku!!" bentak Jiyeon.
Bayangkan siapa yang bisa membentak Kwon Jiyong jika bukan Yang Jiyeon?
"Arraseo, aku tidak akan memecatnya dengan catatan kau juga tidak akan menganggu hidupku lagi, bagaimana? " ucap Jiyeon setelah menenangkan dirinya sendiri.
Jiyong terkejut mendengar kesepakatan itu lalu melirik staf tersebut dengan pandangan meminta maaf.
"Maafkan aku noona, tapi kau harus pergi."ucap Jiyong pada stafnya tersebut.
Staf itu pergi setelahnya, dan Jiyong melengos menoleh ke Jiyeon yang tengah memijat pelipisnya.
"Kau puas? " tanya Jiyong.
"Kenapa tidak memilih staf itu? "
"Memilihnya hanya akan membuatku kehilangan sesuatu yang berharga." ucap Jiyong.
Jiyeon hanya menatap sekilas pria itu lalu beranjak pergi dari ruangan itu, kembali meninggalkan Jiyong dan kembali bekerja.
Jiyeon benar-benar menghabiskan sisa harinya dengan tenang karena tak ada yang benar-benar berniat menganggu gadis itu lagi.
______________________________________
![](https://img.wattpad.com/cover/141064809-288-k477121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope(less) K. J. Y
FanfictionAnything between us are fake. Ketika semua perjanjian selesai, semua hal yang kita lakukan akan menghilang semuanya tidak akan berlaku lagi. P. S Jiyeon in here is an OC