8

97 9 0
                                    

-2016

"Selamat." ucap seorang gadis yang lebih tua kepada keempat gadis yang berumur dibawahnya.

"Wahh, gumawo eonnie." ucap keempat gadis itu.

Jiyeon menatap kedua menejer Blackpink lalu menujukan sebuah pesan dari Sajangnim.

"Pergilah makan ketempat yang kalian mau. Rayakan debut kalian. Sekali lagi selamat." ucap Jiyeon lalu berbalik menuju pintu keluar ruang latihan Blackpink.

Namun tepat sebelum ia membukanya ia membalikan badan lalu berkata, "Jangan cepat puas. Aku tidak suka jika lagu kalian selanjutnya tidak sesukses yang sekarang. Jadi terus bekerja keras."

Setelahnya Jiyeon benar-benar meninggalakan keempat gadis dan dua menejer mereka tersebut.

Jiyeon melihat empat orang laki-laki melewati koridor yang akan ia lewati.

"Seunghyun-ssi." panggil Jiyeon.

"Ah, Jiyeon-ah wae? " tanya Seunghyun atau yang lebib dikenal sebagai T. O. P Bigbang.

Jiyeon menghampiri keempat pria tersebut.

"Kau sudah memikirkan kata-kataku? " tanya Jieyon.

Seunghyun terlihat sedikit terkejut tapi dengan cepat mengendalikan raut wajahnya.

"Belum." ucap Seunghyun.

"Kalau begitu cepat pikirkan. " ucap Jiyeon.

Jiyeon mendahului keempat pria tersebut untuk masuk lift tapi tepat sebelum ia masuk ia membisikkan beberapa kata ke telinga Tabi membuat hanya pria tersebut yang bisa mendengarnya.

"Sebelum aku melakukannya dengan caraku." bisik Jiyeon.

Jiyeon masuk kedalam lift diikuti keempat member Bigbang tersebut.

"Lantai berapa? " tanya Jiyeon.

"Lantai tiga, studio Jiyong hyung." ucap Seungri.

Jiyeon mengangguk dan memencet tombol bernomor 3 dan tombol bintang.

"Kau akan keruangan Sajangnim? " tanya Seungri.

Jiyeon mengangguk tanpa menengokkan kepalanya.

"Jadi rumor yang beredar itu benar? Kau benar-benar se—" Bibir seungri di bekap oleh Youngbae menyebabkan omongan laki-laki itu terputus.

Jiyeon menolehkan kepalanya anggun lalu tersenyum.

"Ya, semua yang ada di kepalamu benar. Yah anggap saja itu benar." ucap Jiyeon.

Youngbae menjatuhkan tangannya shock akibat jawaban dari gadis di depannya tersebut.

"Tap– tapi kau sangat dekat dengan Eun Ju noona. Kau benar-benar menusuknya? " tanya Seungri.

"Astaga kenapa leader dan member tidak ada bedanya. Mereka sama-sama suka mengurusi urusan seseorang." gumam Jiyeon.

Seungri menampilkan ekspresi meminta jawaban pada Jiyeon membuat gadis itu menghela nafasnya kasar.

"Wae? Kau juga ingin ku goda? Dimana? Malam ini? Setelah waktu kerjaku selesai? Di apartementmu atau di hotel? " ucap Jiyeon lalu memalingkan kembali wajahnya kearah depan.

"Ma-maksudmu? " tanya Seungri tergagap.

"Kau tidak mengerti? Mak—" ucapan Jiyeon teputus akibat dering telfon miliknya.

"Yeoboseyo? " ucap Jiyeon saat mengangkat telpon tersebut.

"Kau dimana? Bisa datang ke studio Teddy hyung? " tanya seseorang di sebrang telfon sana.

"Ya! Darimana dapat nomorku? " tanya Jiyeon.

"Akan ku jelaskan nanti. Datang saja dulu heum?" ucap orang itu.

"Tidak bisa sekarang, nanti setelah urusanku selesai. Bisa? "

"Hm. Setelah urusanmu selesai langsung ke studio Teddy hyung. Aku akan mengurus rekaman Bigbang dulu kalau begitu." ucap orang itu.

Jiyeon mengangguk kecil seakan orang itu bisa melihatnya lalu langsung mematikan sambungannya.

Lift berhenti tepat di lantai tiga dan semua anggota Bigbang keluar dengan hikmat.

"Seungri-ssi pikirkan lagi. Tanya rasanya pada hyungmu. Jika setuju hubungi aku, minta nomorku padanya." ucap Jiyeon lalu tersenyum.

Senyuman Jiyeon terlihat ramah bagi ketiga orang di depannya namun tidak bagi Seunghyum. Senyuman itu bagai senyuman setan bagi pria tersebut.

Seiring lift tertutup senyuman Jiyeon pun seiring menghilang. Digantikan dengan tatapan tajam yang akan dia layangkan pada sekretaris ayahnya dan ayahnya sendiri.

"Ya! Kenapa diberikan?! " ucap Jiyeon saat memasuki ruangan Appanya.

"Mwo? Wae? " tanya Sajangnim.

"Aish,jinja? Berhenti berpura-pura tidak tau. Apa yang dia berikan hingga kau memberikannya padanya? " tanya Jiyeon.

Seakan tau maksud sang putri. Ia langsung tersenyum.

"Sesuatu yang cukup besar dan bisa menggantikan segalanya." ucap YHS.

"Aku tak percaya hargaku sebesar itu. " ucap Jiyeon sambil mendudukan dirinya di kursi depan meja ayahnya sambil tersenyum miring.

"Ya! Apa maksudmu? " tanya YHS.

"Haish, itu bukan tujuanku kesini. Jadi ayo lupakan. Lagi pula dari pada dia membayarmu, lebih baik dia langsung mengatakannya padaku dan membayarnya kepadaku. Aku akan memberikan tubuhku dan itu akan lebih mudah." ucap Jiyeon.

"Kau berlebihan." ucap YHS.

Jiyeon melotot mendengarnya.

"Terserah kau saja. " ucap Jiyeon.

"Haishh tidak sayang. Lupakan ayo kembali ke tujuan awalmu." ucap YHS.

Jiyeon menghela nafas tidak akan ada ujungnya jika bicara seperti ini dengan ayahnya, dia pikir. Jadi dia setuju untuk menghentikan topik itu dan kembali ke tujuan awalnya.

"Aku sudah bicara dengan CL eonnie." ucap Jiyeon.

"Lalu? " tanya YHS.

"Mereka akan berunding bersama lalu memutuskan. Aku sudah tau akhirnya tapi CL eonnie bilang ingin merundingkan dengan orang orang terdekat mereka." Ucap Jiyeon.

"Kapan? "

"Menurutmu? Setelah urusan CL eonnie selesai." ucap Jiyeon kesal kepalang karena ayahnya.

"Arraseo. Berhenti menggerutu sayang. Kau tidak ingin menjenguk adikmu? " tanya YHS.

Jiyeon menggeleng, "Aku sudah bertemu mereka kemarin. Aku menjemput mereka dan mengantarkan mereka pada eommanya." ucap Jiyeon.

"Ne. Apa yang kau inginkan untuk ulang tahunmu tahun ini? " tanya YHS.

YHS percaya bahwa tahun ini putrinya akan mengatakan permintaannya banyak perubahan yang terjadi pada gadisnya di tahun ini.

"Tidak ada. Sepertinya kau sangat percaya diri hingga berani mengajukan pertanyaan seperti itu. Seperti aku pernah meminta saja padamu." ucap Jiyeon lalu meninggalkan ayahnya keluar dari ruangan tersebut.

YHS salah. Gadisnya belum sepenuhnya luluh.

______________________________________

Hope(less) K. J. YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang