-2016
Jiyeon menggerutu sambil berjalan di koridor lantai 3.
"Dia benar-benar menyebalkan. Apa aku sangat berodosa di kehidupan sebelumnya hingga tuhan memberikanku keadaan seperti ini." ucap Jiyeon yang langsung terhenti karena jentikan keras di jidatnya.
"Ya! " teriak Jiyeon.
Jiyeon menatap tajam pria di depannya. Pria itu hanya diam sambil memasukkan kembali tangannya di kantung celana.
Jiyeon mendesis lalu melewati pria tersebut, tapi sama seperti Jiyeon yang ingin cepat pergi, pria di depannya juga ingin cepat pergi menarik Jiyeon masuk kedalam studio pria tersebut.
"Ya! Jiyong-ssi! kita tidak sedekat itu sampai kau bisa menjentik jidatku. " teriak Jiyeon.
"Berhenti berteriak, menggerutu dan memanyunkan bibirmu. Aku pusing." ucap Jiyong.
"Aku rasa aku tidak menganggumu dan apa yang kau mau sebenarnya? " tanya Jiyeon.
"Membuatmu berhenti mengeluh pada tuhan. Kau yang membuat hidupmu rumit bukan tuhan."
"Seakan tau agama dan tau hidupku saja." gumam Jiyeon.
"Aku bisa mendengarnya. Berhentilah mengeluh menyalahkan tuhan. Tuhan tidak salah." ucao Jiyong.
"Ck, urusi hidupmu dahulu. Setelah benar baru urusi hidupku." ucap Jiyeon.
Jiyong duduk di sofanya sambil menepuk tempat di sebelahnya bermaksud menyuruh Jiyeon duduk, tapi gadis itu hanya menaikkan salah satu alisnya. Membuat Jiyong mau tidak mau menarik gadis itu duduk.
Jiyong menyenderkan kepala Jiyeon di pundaknya.
"Saat lelah mengeluh pada tuhan boleh tapi tidak menyalahkannya. Temui aku jika kau lelah, aku akan membantumu menghilangkan rasa lelah itu."
"Anggap saja itu pertolongan tuhan, melaluiku, untukmu. Jadi jangan memendamnya lagi sendirian." ucap Jiyong.
Jiyeon diam mendengarkan semua kalimat Jiyong. Membiarkan pria tersebut membuatnya nyaman.
"Kau akan lelah jika memendamnya sendiri. Berbagi denganku, dan aku akan selalu mendengarkanmu." ucap Jiyong.
"Aku sudah memerhatikanmu sejak enam tahun terkahir. Aku tidak ingin bilang aku mengerti persaanmu tapi aku tau apa yang sedang kau alami. Hanya tau belum mengerti karena belum mendengar darimu. Dari kau yang merasakannya."
"Berhenti bersikap tegar dan kuat, kau bisa melepas topeng mu di dalam studio ini. Di depan ku. Aku akan melindungimu,menutup wajahmu untuk sementara sampai kau siap memasang kembali topeng tersebut. "
"Jadi jangan memendamnya sendiri lagi. Berbagi bersamaku heum? "
Jiyong benar, Jiyeon akan lelah jika memendamnya sendiri. Jiyeon butuh seseorang yang bisa mendengarkannya setelah sekian lama menampik semua itu Jiyeon kembali disadarkan. Dan dia setuju, dia butuh seseorang. Tapi apa orang itu Jiyong. Tapi pria itu sudah tau terlalu banyak.
Jiyeon menangis, Jiyeon melepas topengnya di depan Jiyong hari itu. Jiyeon melepaskan semuanya rasa sakit dan sesaknya.
Sedangkan Jiyong hanya mengelus rambut gadis itu.
Hampir setengah jam gadis itu menangis dan sejak lima menit yang lalu tangisnya telah mereda.
"Ku pikir akan lebih lama dari ini." ucap Jiyong.
"Ck, aku tidak terbiasa menangis di depan orang." ucap Jiyeon sambil memukul perut Jiyong pelan.
"Haha, arraseo. Mulai sekarang menangislah di depanku. Jangan lagi menangis di rooftop atau di ujung toilet lantai 2. Aku benar-benar ketakutan mengira itu hantu. " ucap Jiyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope(less) K. J. Y
FanficAnything between us are fake. Ketika semua perjanjian selesai, semua hal yang kita lakukan akan menghilang semuanya tidak akan berlaku lagi. P. S Jiyeon in here is an OC