2

201 20 9
                                    

-2010

Jiyeon berlari menyusuri lorong yang menyeruakkan bau antiseptik. Tempat yang paling di benci Jiyeon tapi disinilah dia di depan ruang tunggu sambil mengatur nafasnya.

"Bagaimana? " tanya Jiyeon.

"Masih berjuang." ucap Tuan Yang.

Jiyeon mengangguk lalu menghampiri neneknya dan merangkulnya.

"Mari doakan Imo dan adikku, Halmonie." ucap Jiyeon yang di angguki oleh neneknya.

Mereka terus berdiam sambil berdoa sampai dokter keluar. Semua keluarga menghampiri sang dokter termasuk Halmonienya yang tadinya disamping gadis itu.

"Mereka baik-baik saja. Ibunya sedang beristirahat dan bayinya sangat sehat." ucap sang dokter.

Semua keluarga menghela nafas lega dan mulai tersenyum gembira.

Sedangkan gadis itu masih duduk disana dan tersenyum simpul.

"Aku punya seorang adik eomma. "

🍼🍼🍼🍼

Jiyeon tidak ikut masuk saat semua keluarganya masuk kedalam ruangan itu. Sedangkan gadis itu duduk di luar menunggu yang lainnya.

Hingga seorang pria keluar dari ruangan tersebut dan menarik eksistensi Jiyeon.

Jiyeon berdiri menghampiri pria itu, lalu memeluknya.

"Chuckae, Appa! " ucap Jiyeon.

Pria itu membalas pelukan Jiyeon.

"Gumawo. Kau menambah kebahagiaanku hari ini. Terimakasih." ucap Yang Hyunsuk sambil membelai rambut putrinya.

"Hanya untuk menyenangkanmu. Kau menjadi Appa hari ini. Selamat Ahjussi. Aku akan membantumu menjaga adikku itu." ucap Jiyeon melerai pelukan mereka.

Yang Hyunsuk tersenyum walaupun kekecewaan terpancar jelas di wajahnya.

"Aku akan melihat adikku." ucap Jiyeon setelah melihat keluarganya satu-persatu mulai keluar.

Jiyeon masuk kedalam ruangan itu, dapat dilihatnya Eun Ju tengah menggendong bayinya.

"Apa itu adikku?" tanyanya.

Eun Ju mengangguk sambil tersenyum berbinar.

Jiyeon menghampiri Eun Ju, saat dia menyerahkan bayinya pada orang di sekitar untuk di taruh kembali di box bayi.

Jiyeon memeluk pelan tubuh Eun Ju.

"Chuckae, eomma! Gumawo sudah meliharkannya." ucap Jiyeon.

Sama seperti reaksi Yang Hyunsuk, Eun Ju terkejut namun langsung tersenyum dan mengelus rambut putri tirinya itu.

"Kebahagiaanku semakin besar karenamu." ucap Eun Ju.

"Sama sepertinya, kalian mungkin memang benar-benar berjodoh." ucap Jiyeon lalu melerai pelukannya itu.

Jiyeon menghampiri box bayi lalu menyentuh pipi dan ujung hidung bayi tersebut.

"Aku harap, kau mendapatkan orang tua yang benar-benar menyayangimu.  Agar nantinya kau tidak menyesal karena pernah dilahirkan. Untuk masalah dunia yang kejam, jangan takut aku akan terus melindungimu sebagai eonnie." ucap Jiyeon membuat semua orang disana memandangnya sedih.

"Hari ini, karena mu aku memanggil Ahjussi dan Imo ku sebagi Appa dan Eomma. Mereka bilang mereka senang mendengarnya, mereka harus berterimakasih padamu karena aku hanya ingin mencontohkan yang terbaik untukmu." 

"Halmonie, bisa tolong aku? Tolong gendong bayinya." ucap Jiyeon yang langsung di lakukan oleh Halmonienya.

Jiyeon langsung mengecup pipi bayi tersebut.

"Anyeong, selamat datang di dunia yang kejam ini. Tapi ku pastikan, mereka tidak akan pernah bisa menyentuhmu. Bahkan untuk melihatmu mereka harus melewati ku dulu. Jadi tenang saja." bisik Jiyeon kembali mengecup bayi kecil itu.

" Sebaiknya Imo istirahat, kau pasti lelah." ucap Jiyeon sambil melihat pada Eun Ju.

Eun Ju mengangguk lalu merebahkan tubuhnya.

"Sudah cukup,  aku akan kembali ke agensi. Anyeong. " ucap Jiyeon lalu membungkuk memberi hormat.

Jiyeon keluar dari ruangan dan langsung pergi keluar rumah sakit. Jiyeon berjalan menuju taman di dekat rumah sakit,  duduk di tempat paling sepi di taman tersebut.

Gadis itu menangis dalam diam, gadis itu merutuki kedua orang tuanya. Gadis itu menyalahkan semuanya, menyalahkan kenapa dia lahir di dunia ini.

Hingga tiba-tiba, "Tuhan tidak akan membuatmu lahir tanpa alasan." ucap  seorang laki-laki.

Jiyeon mengangkat wajahnya mendapati seseorang yang tak asing berada di depannya dengan baju rumah sakit dan infus yang ada di sampingnya.

Jiyeon mengusap wajahnya kasar.

"Maja. Tapi alasanku dilahirkan adalah hal yang sangat aku rutuki." ucap Jiyeon.

"Maksudmu? " tanya laki-laki itu.

"Jangan terlalu penasaran atau kau akan menyesal, Kwon Jiyong-ssi" ucap Jiyeon lalu berdiri meninggalkan laki-laki itu.

Sedangkan laki-laki itu masih berusaha mencerna maksud dari ucapan Jiyeon.

______________________________________

Hope(less) K. J. YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang