Coklat dan Akad

779 54 3
                                    

Gadis berbaju merah muda dengan rambut panjang tergerai indah itu tengah intens menatap pemuda di depannya, sedangkan yang di tatap malah mengalihkan pandangan.

"Ngeliatnya nggak usah kek gitu napa sih dek" kata Pemuda itu risih

"Hhhhaha" gadis itu tertawa sumbang

"Mungkin Lo harus mikirin kata-kata Lo tadi deh" Kata gadis itu ambigu, dia adalah Sisi Humaira Kasyaf

"Gue yakin sama apa yang gue bilang tadi, gue serius" kini giliran pemuda itu yang menatap Sisi intens

Sisi mengalihkan pandangannya keluar kafe.

"Gue nggak baik buat Lo gus" kata Sisi pada pemuda itu yang tidak lain adalah Digo

"Yang bisa menilai kamu baik atau tidaknya hanya Allah" balas Digo dingin, sifat asli Digo mulai muncul

Sisi menghela napas kasar.

"Gue mau balik kerumah sakit, Kakak gue lagi dirawat disana" Sisi bangkit

"Gue anterin" Digo juga ikutan bangkit

"Nggak usah, gue bawa mobil" Sisi berbalik, saat ia akan melangkah suara Digo membuatnya berhenti

"Aku bakalan ngelamar kamu lagi, dan itu langsung pada Om Fariz, Ayahmu" kata Digo

"Terserah" jawab Sisi cuek

Sisi berjalan kerah mobilnya, ia bersikap seolah olah semua baik baik saja.
Namun saat tubuhnya sudah duduk didalam mobil, tangisnya tak terbendung lagi. Ia menangis sejadi jadinya sekitar 10 menitan hingga suaranya serak dan matanya sembab, dan tanpa Sisi sadari sedari tadi Digo melihatnya menangis.

Sisi melajukan mobilnya kerumah sakit dimana Prilly sekarang dirawat.

*******************

"Dikit aja"

Sedari tadi Liana berusaha membujuk Prilly agar mau makan, namun Prilly selalu saja menolaknya.
Sudah seminggu Prilly dirawat dirumah sakit keluarga Adinata, namun ia belum diperbolehkan pulang oleh Ryan. Dan selama seminggu itu pula Maxim selalu menjenguk Prilly, ia selalu membawa coklat dan bunga setiap harinya.
Kalian bertanya apakah Ali menjenguknya ? Tentu saja tidak, Ali bahkan sudah menghilang bak ditelan bumi lagi setelah dipukuli habis habisan oleh Maxim tempo dulu.

Kreetttt

Pintu ruang rawat inap Prilly terbuka dan menampakan ciptaan tuhan yang begitu sempurna.tubuh tegap itu berjalan mendekati ranjang Prilly, ia menaruh sebuket bunga dan satu keping coklat diatas pangkuan Prilly yang kini bersandar diranjang dengan bantuan tumpukan bantal.

"Lagi ?" Itulah kalimat pertama yang dilontarkan Prilly saat sebuket bunga dan coklat sudah kokoh berada diatas pangkuannya

Maxim hanya terkekeh kecil.

"Sini tan biar calon mantu yang nyupain" Maxim mengambil alih mangkuk bubur ditangan Liana

"Dari tadi Illy nggak mau makan, mungkin kalo kamu yang nyuapin dia mau" goda Liana

"Bun....." rengek Prilly, Liana hanya terkekeh dan keluar ruangan

"Bunda mau kema...."

Happ !

Satu suapan berhasil Maxim daratkan pada mulut Prilly. Dengan terpaksa Prilly menelan bubur yang menurutnya rasanya...ihh nggak enak.

"Kak Maxim ihh, Aku tuh nggak mau maa..."

Happp.
Suapan kedua juga mendarat sempurna, dan itu terjadi hingga suapan terakhir. Tak terasa satu mangkok bubur ditangan MaximTandas tiada tersisa. Maxim tertawa bahagia saat melihat Prilly memakan makanannya hingga habis, dan itupun ia sendiri yang menyuapinya. Sedangkan Prilly sudah menekuk wajahnya dari tadi.

"Lo jelek banget kalo lagi cemberut" kata Maxim dengan sedikit tawa

"Biarin, Kecantikan Aku kan emang bukan buat Kakak, tapi buat imam Aku kelak"

Skakmat !

"Eheemmmm" Maxim berdehem untuk mengembalikan suasana canggung yang ia rasakan sendiri

"Btw, Lo kapan pulang?" Tanya Maxim

"Tauk" Prilly mengedikkan bahunya

Hening...

Prilly memilih merapikan hijabnya yang agak berantakan.

"Kak"

"Prill"

Kata Maxim dan Prilly berbarengan.

"Lo aja dulu, percuma debat kalo endingnya Lo juga yang duluan" Kata Maxim, Prilly hanya terkekeh mengingat kejadian seminggu lalu

"Ali.." Prilly mulai bersuara

"Kak Maxim kenal Ali ?" Tanya Prilly, raut wajah Maxim berubah serius

"Kenapa ? Kenapa Lo nanya gitu?" Entah kenapa Maxim langsung merasa emosi saat nama Ali disebut

Prilly merasa ia salah bertanya, lantas Prilly langsung meminta maaf " Maaf Kak"

Suasana begitu canggung hingga Maxim berdehem untuk mencairkan suasana.

"Ehemmmm" Prilly mendongkak

"Mau denger gue nyanyi ?" Tawar Maxim ia mencoba merubah suasana yang tegang ini

"Emang bisa?" Tanya Prilly meremehkan"Bisalah, Gue kan pernah nyanyi buat Lo, tapi Lo nya malah dengerin musik dari handsat" jawab Maxim jujur

"Masa sih?" Prilly berusaha mengingat ingat

"Iya, pas dikantin itu loo" Maxim menciba mengingatkan

"Ah Kakak halu kalii" Prilly mencibir

"Tauk ah gelap" Maxim sok ngambek

Prilly tertawa saat ia bisa membuat Maxim menekuk wajahnya. Jujur yaa, Prilly selama  seminggu dirumah sakit selama itu pula kenangan indah bersama Ali dulu hingga pertemuannya beberapa hari lalu setelah sekian lama Ali menghilang, kenangan itu selalu saja berputar putar diotaknya bagai kaset rusak.
Dan ia baru bisa melupakan Ali sejenak saat Maxim menjenguknya. Kakak seniornya dikampus itu selalu bisa membuat Prilly tertawa bahagia. Seperti kemarin lusa, ia membawa rombongan ondel ondel saat menjenguk Prilly, Maxim berhasil membuar geger semua penghuni rumah sakit, untung itu rumah sakit Adinata, jika bukan mungkin kini Maxim sudah mendekam dijeruji besi karena membuat onar ditempat umum.
Tapi cara itu sukses membuat Prilly tertawa terpingkal pingkal saar Maxin diseret paksa oleh satpam keluar rumah sakit.

"Katanya mau nyanyi?" Tagih Prilly

"Ehem ehemm" Maxim mengetes suaranya

KU HANYA BISA BERHARAP KAU BAHAGIA DISANA...DENGAN DIA PILIHANMU..WALAU DIA SAHABATKUUU...
BIAR AKU YANG PERGI..BIAR AKU YANG TERSAKITI..BIAR AKU YANG BERHENTI...BERHENTI MENGHARAPKAN...OH TUHAN KUATKAN AKU....MENERIMA SEMUA INI...

"Stop" Prilly mengitrupsi agar Maxim  berhenti

Bukan, bukan karena suara Maxim jelek,Suara Maxim itu sangat merdu. Namun lagunya itu loo, Prilly merasa Maxim sedang menyindirnya.

"Kakak nyindir ?" Tanya Prilly sinis

"Kamu kesindir ?" Maxim menaik turunkan alisnya

"Ganti lagunya" pinta Prilly

"Apa dong lagu nya?" Maxim nanya balik

"Terserah" jawab Prilly sinis

"Lagu dangdut aja deh, yang judulnya BOJO GALAK" Maxim melirik Prilly saat kata, Galak

"Kak Maxim ih...." Prilly melemparkan bantalnya ke arah Maxim

Maxim tertawa terpingkal pingkal saat berhasil membuat Prilly menekuk mukannya dengan sempurna.

Tanpa Prilly dan Maxim sadari, sedari tadi ada pasang mata yang setia memperhatikan mereka dari celah pinta yang sedikit terbuka.
Melihat kebersamaan Prilly dan Maxim, hatinya menghangat.

"Semoga ini jalan yang terbaik" lirihnya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MAAP YAK !
KALO GAJE :-):-):-):-)

Kayaknya Nanaz bakalan slow updet deh.

WASSALAMU'ALAIKUM

Sisi And Prilly Love Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang