Hanya satu

703 31 0
                                    

Prilly tengah mengusap usap perutnya yang buncit itu pelan, usia kandungan Prilly kini sudah memasuki bulan kesembilan, dan menurut perkiraan Radit, Prilly akan melahirkan sekitar dua minggu lagi.

"Wajah kamu makin hari kok makin keliatab pucet ya Bi ?" Tanya Maxim setelah ikut mendudukan dirinya disebelah Prilly

Kini mereka berdua tengah berada dikamar,setelah selesai menunaikan sholat isya' berjamaah tadi, Prilly mengajak Maxim duduk bersandar diatas ranjang.

"Masa sih mas ? Ah iya, efek hamil tua kali" jawab Prilly sekenanya

"Iya kali ya Bi" ujar Maxim

Prilly menyandarkan kepalanya yang tidak tertutup hijab ke pundak Maxim yang kokoh. Prilly juga meraih tangan Maxim untuk ia genggam.

"Mas..." panggil Prilly

"Kenapa ?" Tanya Maxim

"Cerita dong, tentang apa gitu" pinta Maxim

"Maunya cerita tentang apa ?" Tanya Maxim

"Tentang Kak Natasya" jawab Prilly enteng

"Loh ? Kok Natasya sih ?" Maxim kebingungan

"Yaaa, pingin tau aja Mas, ceritain gimana persahabatan Mas dulu sama Kak Natasya" ujar Prilly menjelaskan

'Nggak mau ah" tolak Maxim

"Emangnya kenapa?" Tanya Prilly penasaran

"Ya males aja, mendingan kita merancang masa depan aja" ujar Maxim

"Aku nggak paham deh Mas" kata Prilly

"Gini loh Bi, maksud Aku tuh, kita merencanakan masa depan, nanti kalo anak kita lahir kita mau tinggal dimana, dirumah Bunda apa rumah sendiri, terus nanti anak kita mau sekolah dimana, terus nanti..."

"Aku nggak yakin bisa bertahan selama itu Mas" potong Prilly, ia berbicara begitu lirih

"Kenapa kamu ngomong gitu Bi ?" Tanya Maxim

Kini Prilly tidak lagi bersandar dipundak Maxim, akan tetapi ia menatap Maxim dengan sendu.

"Maaf" lirih Prilly, ia menundukan wajahnya

"Tatap Aku Bi" pinta Maxim, namun Prilly menggeleng

"Bi, " Maxim mengangkat dagu Prilly agar ia bisa menatap mata istrinya itu

"Apa maksud kamu ngomong gitu ?" Tanya Maxim dingin, matanya lekat menatap mata Prilly yang sayu

"Aku nggak janji bisa sama kamu untuk selamanya Mas" lirih Prilly diikuti air mata yang mengalir dipipinya

"Kita akan selalu bersama Bi, selamanya, kita akan membesarkan anak kita sama-sama" ujar Maxim lirih

Prilly memeluk suaminya itu, ia terisak didada bidangnya. Maxim hanya mengusap lembut punggung Prilly dan sesekali mencium puncak kepalanya.

"Ka..lo Aku per..gi berjan..jilah, Untuk tetap baha..gia. Anak kita butuh seorang Ibu, dan Aku nggak bi..sa" tangis Prilly pecah

"Jangan ngomong gitu Bi, Ibu anak kita ya cuma kamu, nggak ada yang lain" ujar Maxim tegas

"Maaf" lirih Prilly lagi, ia kembali memeluk suaminya

'Aku nggak yakin bisa sama-sama kamu selamanya Mas, dan seandainya Aku harus pergi, Maafin Aku dan jaga anak kita, cuma itu yang Illy mau" batin Prilly

.

************

.

Terlihat seorang gadis berhijab merah maroon, dengan gamis syarinya tengah berjalan santai dilorong rumah sakit. Tujuannya kali adalah ruangan milik sahabatnya. Namun langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan orang yang ingin ia temui.

Sisi And Prilly Love Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang