Pulang Al...

685 52 1
                                    

Maxim melajukan motor ninjanya dengan kecepatan tinggi, ia sangat kacau saat ini. Tadi pagi Fariz memberitau bahwa Prilly masuk rumah sakit sejak kemarin.
Bagaimana tidak khawatir, Prilly bahkan belum ada satu minggu dirumah, ia sudah masuk RS lagi.

Maxim memarkirkan motornya setelah sampai di Rumah Sakit Adinata. Ia melangkahkan kakinya tergesa gesa menuju ruang dimana Prilly berada sekarang.

Maxim semakin cemas saat melihat banyak orang di depan ruang ICU tempat Prilly dirawat. Semua yang ada disana tampak begitu khawatir. Terlihat Liana yang berada dalam dekapan Fariz, Sarah dalam dekapan Ryan, Lilis dalam dekapan Azril, sedangkan Digo hanya mengusap usap punggung Sisi yang sedang terisak.

"Om, Kenapa Prilly bisa masuk rumah sakit lagi?" Tanya Maxim saat berada diantara keluarga besar Prilly, namun tidak ada satupun yang menjawabnya

Semua orang menatap Maxim, yang ditatap hanya bisa menelan ludahnya kasar.

Hening.

Tidak ada yang berniat memecahkan keheningan tersebut hingga suara Ryan memecahkannya.

"Kita harus bawa Al kesini" ucapnya

Semua mata tertuju pada Ryan, tatapan maut dipasang oleh Fariz pada paman anaknya itu.

"Anak sialan itu" ucap Fariz, nadanya meninggi

"Dia anakku tuan Fariz, bukan anak sialan" balas Ryan sinis

"Sudah sudah" lerai Azril

"Apa Aku boleh memberi saran, ini saranku sebagai dokter" Ucap Ryan

"Tentu" balas Fariz dingin, inilah sikap Fariz yang sebenarnya

"Dari pengalaman pasien2 yang pernah Aku tangani, kita harus memancing kesadaran pasien dengan memberikan sesuatu yang pasien inginkan dan membuatnya bahagia" jelas Ryan

"Aku akan menelfon Al" Lilis merogoh ponsel yang berada dalam tasnya

Sebelum memencet tombol call, Lilis melirik sekitar. Ternyata semua mata tengah menatapnya intens.
Sarah terlihat mendekat kearah Lilis. Lilis hanya menelan ludahnya kasar saat melihat sorot mata penuh tanda tanya dari sahabatnya, SARAH.

"Kau tau dimana anakku?" Tanya Sarah dingin

"I..ya Sar" jawab Lilis gugup

"Suruh dia pulang" kata Sarah, Lilis melihat sorot kekecewaan dari mata sahabatnya itu

Tutttt...tutt..

"Loudspeaker Li" suruh Ryan, Lilis mematuhinya

"Halo Assalamu'alaikum Mi, maaf Mi, Al lagi sibuk. Umi kan tau kalo jam segini waktunya Al ngerjain tugas"

"Al..."

"Ma-ma?"

"Pulang Al"

"Al ga bisa"

"Prilly sakit, dia koma"

"Al pulamg Ma"

Tuuuut.

Sambungan telfon terputus, Sarah memandang Lilis kecewa.

"Aku kecewa, bisa bisanya kamu nggak ngasih tau Aku dimana Al berada, padahal kamu tau" ucap Sarah sinis

Sarah berlalu tanpa sepatah katapun, Ryan langsung menyusul istrinya.

Maxim merasa bingung dan jengah melihat apa yang terjadi di depannya ini. Ia tak tau harus bagamina.

"Prilly ada di dalam masuklah" suruh Fariz yang melihat Maxim dari tadi hanya diam

"Iya Om" Maxim memasuki ruang ICU

hati Maxim mencelos entah kemana saat melihat Bidadarinya terbaring lemah dengan alat alat medis yang menempel pada tubuhnya.
Maxim mendekat kearah ranjang.

"Bidadarinya Kak Maxim, bangun yaa, Kalo Bidadari bangun, Kak maxim janji bakalan nurutin apa yang Bidadari mau" kata Maxim lirih

"Kalo dengan gue menerima lamaran dari Om Fariz gue bisa jagain Prilly, gue sanggup, gue bakalan ngelakuin apa aja untuk Bidadari gue yang satu ini. Gue janji gue bakalan jagain dia" Maxim membatin

*****************


"Yakin mau balik ke  jakarta?" Tanya gadis itu memastikan, dia adalah Ghina

"Iya, nitip apartemen ya" jawab Ali yakin

Ali menyeret kopernya keluar apartemen di ikuti Ghina.

"Iya, Lo hati hati ya" pesan Ghina yang dibalas anggukan oleh Ali

"Lo juga" kata Ali

"Sipppp" Ghina mengacungkan jempolnya

"Byeee"

Ali melambaikan tangan pada Ghina saat taxi yang akan membawanya kebandara itu melaju meninggalkan Ghina sendiri di apartemennya.

"Jangan ngarep lebih dari ini ghin" ucap Ghina dalam hatinya

****************

Pemuda itu tengah menatap Pria setengah  baya di depannya itu dengan intens, tidak ada sorot keraguan sedikitpun di matanya.

"Jadi...?" Tanya Pria setenah baya itu, dia adalah Fariz

"Saya sanggup Om, saya akan mengambil alih tanggung jawab Om untuk jaga Prilly" jawab Maxim tanpa keraguan sedikitpun

Fariz tersenyum simpul.

"Kita tunggu anak sialan itu datang, jika dia bisa membuat putriku sadar, Saya akan memenuhi semua keinginan putriku nanti, jika tidak ada perubahan, Saya tunggu kamu lusa ba'da isya' diruangan putriku dirawat, bawa orangtuamu" kata Fariz, lalu berlalu dari Maxim

Maxim menghela napasnya kasar,
Ia tidak tau apa keputusan yang ia ambil ini adalah benar, atau malah keputusannya ini akan mendatangkan masalah?.

"Istikharah, minta petunjuk sama Allah"

Tiba tiba seorang pemuda datang dan duduk dihadapan Maxim, ia adalah Digo.

"Lo denger ?" Tanya Maxim datar

"Tentu" Jawab Digo tak kalah datar

"Gue nggak yakin sama keputusan gue, mengingat Al bakal pulang ke indonesia" kata Maxim lemah

Digo menyerahkan lembaran kertas, itu adalah surat yang membuat Prilly masuk rumah sakit saat ini.

"Apa?" Tanya Maxim tidak paham

"Baca" suruh Digo dengan nada cuek khas nya

Maxim membaca bait demi bait yang ada dilembaran itu. Hatinya sakit saat membacanya, ia bisa membayangkan betapa sakitnya harus merelakan orang yang kita cinta pergi. Bahkan untuk menggapainya pun kita tidak bisa lagi.

"Gue pernah kehilangan dia dulu, gue nggak mau kehilangan Lo Prill, udah cukup gue merasa kecewa karena dia pergi, nggak lagi gue nggak mau"  suara hati Maxim
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nanaz udah berusaha nulis semampu Nanaz, kalo ceritanya nggak sesusai mohon di maklumi.

Vote dan komen jangan sampai lupa.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Sisi And Prilly Love Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang