page 11

253 17 0
                                    


"Bilang sayang bukan berarti bilang cinta"

☀☀☀

Onky benar-benar merasa gedeg sendiri dengan tingkah Allea hari ini. Bukannya belajar gitar dia malah asik-asikan berkutat dengan ponselnya dan melupakan kenyataan bahwa masih ada dirinya di sini. Namun gadis itu seolah dia sedang sendiri dan tak menghiraukan ocehan Onky yang memintanya untuk belajar.

Jujur saja Onky juga sebenarnya malas menjadi guru les gadis pemalas seperti Allea. Dia lelah dengan tugas ini. Mungkin jika dia tidak di beri tugas ini pasti dia sudah tidur ganteng di kasur empuknya. Apalagi gadis itu Allea Sudah pemalas, songong, dan semua keburukan ada pada diri gadis itu.

Sekali lagi diliriknya gadis yang sedang menyender pada badan piano sambil tangannya sibuk memainkan ponsel. Kadang-kadang dia terkekeh sendiri bahkan bergumam sendiri. Benar-benar gila pikir Onky.

Onky dengan sabar menarik nafasnya lalu dia hembuskan dengan teratur. Sudah cukup dia marah-marah hari ini. Dia tak ingin tua di usia muda hanya karna menghadapi Allea. Dia berdiri dan berjalan menghampiri Allea yang kali ini sedang tertawa renyah.

Setelah berada di hadapan gadis itu. Onky melirik sekials kearah ponselnya. Dia penasaran juga dengan apa yang di lihat Gadis gembel itu sehingga melupakan dia. Onky terbelalak saat melihat gadis itu sedang menonton acara panggung sebuah boyband yang berasal dari negerinya itu.

Dengan cepat Onky merampas ponsel Allea membuat gadis itu tersentak dan menatapnya kesal. Onky balas menatap Allea tak kalah tajam.

"Siniin !" pinta Allea ketus. Onky menggeleng sembari memasukan ponsel Allea kesaku hoddie merahnya. Dan itu membuat wajah Allea semakin merah padam. Bukan karna terpesona melainkan amarah yang sudah menggunduk. Allea itu paling tidak suka jika acara menonton suaminya di ganggu. Termasuk Onky yang baru dia kenal.

"Mau lo apasi?" tanya Allea ketus. Onky balas tersenyum meremehkan. Allea tetap tenang menatapnya.

"Lo yang maunya apa!" balas Onky sinis. "Gue hampir sejam duduk disini hanya buat ngajarin lo, dan lo dengan enaknya ngacangin gue" Onky tersenyum mencemo'oh. "Urusan gue masih ada yang lebih penting dari pada harus berdiam diri kek gini" lanjutnya dingin.

"Kalo lo emang gak niat, ya udah sono!" usir Allea. Onky menatapnya jengah. Sudah cukup kesabarannya sekarang. Gadis ini memang keterlaluan dan songong. Baru kali ini dia bertemu dengan gadis seperti ini.

"Oh oke, nih!" Onky melempar ponsel Allea kearah Allea sembari berbalik arah menuju pintu. Allea bersyukur masih bisa menangkap ponselnya yang hampir terjatuh karna ulah Onky. Dia menatap punggung Onky dengan mata memerah menahan amarah.

"Heh!!" panggil Allea. Onky berhenti berjalan dan berbalik dengan muka datarny. Allea berjalan menghampiri Onky dan merogoh uang di saku seragamnya. "Nih, gue gak mau punya hutang sama cowok kek lo" ujar Allea sembari mengambil tangan Onky dan meletakan uang 200 ribu di tangan Onky. Setelah itu dia berbalik lagi dan duduk di kursi depan piano.

Onky menatap uang itu datar lalu memasukan uangnya asal kedalam saku celananya. Dia melanjutkan perjalanannya tadi menuju pintu. Allea hanya menatapnya sekilas lalu kembali memainkan ponselnya.


Onky berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi dengan raut kesalnya. Dia benar-benar menyesal telah menerima penawaran Bu Elin tentang mengajari Allea bermain alat musik. Jika saja waktu bisa di ulang maka dengan senang hati dia akan menolaknya mentah-mentah

Depresi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang