page 16

260 18 1
                                    

"Kenapa harus aku yang menjadi bukan tipekal cewek idamanmu?"

Nadinta membereska semua peralatan menulisnya kedalam tas warna biru mudanya. Bel pulang baru saja berdering, semua murid tidak menyia-nyuakan waktu itu. Termasuk Nadinta, Casy dan Allea. Mereka kan sudah punya janji hendak mencari laki-laki yang di beri nama Langit itu.

"Gue gak sabar banget dah pengen ketemu sama tuh cowok gila" celoteh Allea. Casy dan Nadinta hanya terkekeh.

"Bukannya lo harus les seni musik Lea?" ingat Casy. Senyum Allea memudar di gantikan dengan dengusan.

"Malas ah, mau libur dulu" ujar Allea. Nadinta hanya terkekeh sambil menggendong tas warna biru mudannya. Setelah itu tiga gadis beda tinggi itu berjalan keluar kelas. Mereka berjalan beriringan di koridor yang sudah sepi.

"Eh kalian duluan aja deh, gue mau ke toilet dulu" Casy dan Allea mengangguk lalu berjalan menuju parkiran.

Nadinta berjalan sambil bersenandung ria menuju toilet. Namun baru saja dia akan menarik knop pintu toilet tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik tangannya. Otomatis Nadinta jadi berbalik arah dan menghadap si penarik itu.

"Dinar?" Dinar hanya terkekeh sambil menggaruk rambutnya. Nadinta memperhatikan Dinar dari atas hingga bawah. Laki-laki itu hanya memakai kaos oblong merah yang di balut jaket kulit berwarna hitam. "Lo ngapain disini?" tanya Nadinta heran sendiri karna seharusnya Dinar tidak berada di sekolah.

"Mau jawaban yang jujur atau bohong?" tanya balik Dinar. Kening Nadinta berkerut lalu tertawa pelan.

"Ya yang jujur lah" Dinar mengangguk. Lalu menatap Nadinta hangat. ..

"Gue kangen sama lo, itu yang jujur. Kalo yang bohongnya gue mau ketemu Onky" jawab Dinar. Nadinta mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya.

"Kangen sama gue?" heran Nadinta. Dinar mengangguk sembari tersenyum manis. Nadinta memalingkan wajahnya yang tiba-tiba mamanas. Kenapa dengan Jantung Nadinta yang sekarang sedang berdebar-debar tidak jelas. Apakah Nadinta memiliki riwayat jantung(?).

"Hey kok diem, kita jalan-jalan yuk!" ajak Dinar. Nadinta menatap Dinar tidak enak.

"Emz..Din, sebenarnya gue udah ada janji sama Allea dan Casy jad-"

"Elahh udah gak papah batalin aja, lo kan udah sering jalan-jalan sama kedua teman lo itu. Kalo sama gue kan jarang banget" potong Dinar. Kenapa sekarang Nadinta jadi tidak enak untuk menolak yah. Dengan ragu akhirnya Nadinta mengangguk. Dinar tersenyum sumringah.

"Ayo kalo gitu" Dinar hendak menarik tangan Nadinta namun di cegah gadis itu. Alis Dinar terangkat. "Kenapa?"

"Gue belum pipis Din" Dinar menepuk keningnya sambik meringis.

"Gue lupa Din" ujar Dinar. Nadinta terkekeh sambil melepaskan gandengan Dinar dan masuk kedalam salah satu bilik toilet. Dinar menyenderkan tubuh tegapnya sambil memasukan tangannya ke saku celana jeansnya.

Tak lama Nadinta keluar dengan tangan yang sibuk mengusap-ngusap tangannya. "Itu kenapa?" tanya Dinar. Nadinta menoleh, tersenyum sekilas.

"Pake ini apasih ya namanya yang buat bersihin tangan tuh" Nadinta tampak berpikir keras. Dinar terkekeh sambil mengusap rambut Nadinta gemas.

"Iya itu pokoknya deh" Nadi ta nyengir. "Ayo pulang!" ajak Dinar. Nadinta menahan kengan Dinar. Laki-laki tinggi itu menoleh dan mengernyit.

"Pulang...?" tanya Nadinta. Dinar yang tersadar langsung tersenyum geli.

Depresi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang