"Khawatirmu membuatku berharap padamu" Allea🐍🐍🐍
Ceklek
Alunan nada dari suara gitar yang di petik itu tiba-tiba berhenti saat mendengar suara pintu yang di buka. Onky membalik badanya bersiap memberikan omelan pada gadis yang sudah di tunggu-tunggunya sejak 20 menit yang lalu dan baru datang saat ini.
"Lo tuh niat belajar gak sih, kalo gak yaud-"
Ucapannya tiba-tiba berhenti saat melihat wajah pucat pada gadis itu. Ia sedikit mengernyit saat melihat Allea berjalan dengan gontai ke arahnya.
Kenapa sama nih cewek, pucet banget wajahnya.
Allea mendudukan dirinya di bangku tepat di hadapan Onky. Onky sendiri masih memperhatikan gerak-gerik Allea yang sedikit berkurang dari biasanya. Gadis itu terlihat sedikit pendiam dengan keringat yang membasahi pelipisnya.
"Sorry gue telat." ucap Allea dengan suaranya yang terdengar parau. Onky semakin yakin jika ada yang tidak beres dengan gadis cerewet di depannya ini. Tak biasanya dia berkata pelan tanpa ngegas seperti biasanya yang sering ia lakukan.
"Kenapa lo bisa telat?" tanya Onky berusaha sedatar mungkin. Dia tidak ingin Allea berpikir bahwa dia sedang khawatir sekarang jika dia berbicara dengan suara yang sesungguhnya yang memang sedang khawatir. Gengsi lah.
Allea menggeleng dengan lemah, "gak papah" Allea nampak tidak ingin berbicara banyak saat ini. Rasa pusing di kepalanya masih belum hilang saat ini. Di tambah rasa mual yang juga ikut bekerja di perutnya.
"Lo sakit?" tanya Onky akhirnya. Allea tersenyum tipis sembari menggeleng pelan. "Gak usah bohong, wajah lo pucet banget!" lanjut Onky.
"Cuma sedikit pusing sama mual doank kok" balas Allea akhirnya. "Mending kita latihannya sekarang aja yuk!" lanjut Allea yang sudah meraih sebuah gitar di pangkuannya.
"Yakin lo gak papah?" tanya Onky yang masih merasa ada yang tidak beres dengan Allea. Allea hanya menggeleng lemah sambil memberikan fake smilenya.
Allea sudah mulai memetik senar-senar gitarnya dengan lemas tentunya. Dan Semua itu tak pernah luput dari pandangan Onky.
"Oek!" tiba-tiba Allea menutup mulutnya sendiri saat perutnya menekan sesuatu ke atas. Onky sudah berdiri dari duduk ya dan menghampiri Allea.
"Lo lagi sakit Allea, kenapa lo paksain?" tanya Onky kesal sembari tangannya menyentuh kening Allea yang terasa panas. "Panas lagi." sambung Onky. Gadis itu hanya menggeleng membuat Onky mendengus lelah.
"Udah gak papah, ayo lanjutin." keukeuh Allea membuat Onky menggeleng tidak percaya. Cukup keras kepala, songong, bawel itulah Allea.
"Gak!" tolak Onky cepat. "Lo lagi sakit, mending sekarang kita ke rumah sakit aja!" ucap Onky tegas sembari memaksa Allea untuk berdiri.
"Gak mau, kalo emang gak mau latihan. Ya udah Bawa gue pulang aja yah." pinta Allea dengan suaranya yang mulai tenggelam. Onky menggeleng dengan tegas.
"Enggak kita kerumah sakit!" Onky sudah menarik tangan Allea untuk menuju parkiran. Kebetulan sekolah sudah sepi jadi dengan leluasa Onky bisa membawa Allea menuju motor antiknya.
Allea sendiri sudah tidak bisa menolak dia pasrah sekarang. Tapi sekelebat bayangan tentang benda runcing itu membuat Allea dengan cepat menarik tangannya. Onky berbalik dan memandang Allea bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Depresi Boy
Teen FictionStory and cover by tantyTKR_ *** "dia yang memiliki senyumanmanis, yang mampumembuatku merasa candu akan dirinya. dia mampu membuatku merasa bahagia walaupun aku tau dia tak bisa aku miliki. apalah aku yang hanya seorang laki-laki gila yang bermimpi...