Holaw...i'm come back guys👐
👇START READING👇
Dinar menghentikan motornya tepat di depan cafe dimana di sana ada es cream kesukaan Nadinta. Bagaimana Dinar tahu, jawabannya karena Dinar telah mengaggumi Nadinta sejak lama dan Dinar sudah pasti akan mencari tahu apa yang gadis itu suka dan tidak.
Nadinta turun dan segera melepas helm di kepalanya. Dinar menokeh lalu mengambil alih helm itu dan meletakannya di atas jok motor. Dinar melihat Nadinta sekilas lalu tersenyum tipis.
"Berantakan banget rambut lo, Din" ucap Dinar sembari tangannya terulur merapihkan rambut Nadinta. Nadinta hanya meringis sambil nyengir. Setelah itu mereka berdua berjalan beriringan memasuki cafe tersebut.
Dinar melirik sekilas tangan Nadinta yang terkulai bebas. Nadinta dengan cepat menoleh ke arah Dinar saat tangannya tiba-tiba di gandeng laki-laki itu. Dinar juga menoleh karna merasa Nadinta terus memperhatikannya.
"Enggak papah kan gue gandeng?" tanya Dinar. Nadinta mengerjap-ngerjapkan matanya polos lalu menggeleng.
"Enggak papah, gue cuma belum terbiasa aja" balas Nadinta lalu kembali menatap ke depan. Dinar tersenyum bahagia lalu kembali melanjutkan perjalananya.
Mereka duduk di meja pojok di samping jendela. Jadi Nadinta dengan leluasa bisa melihat pemadangan luar dari balik jendela. Kebetulan jalanan tampak tidak sedang macet seperti biasanya.
"Mau pesen apa, Din?" tanya Dinar saat seorang waiterr tengah melayaninya. Nadinta menoleh lalu melihat sekilas ke arah buku pesananya.
"es cream rasa taro, makananya roti bakar" jawab Nadinta tersenyum ke arah si waiterr. "Elo, Din?"
Dinar tersenyum manis. "Samain aja deh" setelah itu mereka kembali diam untuk menunggu makanan mereka datang. Dinar tak henti-hentinya menatap Nadinta. Sedangkan yang di tatap tampak fokus pada pemandangan di luar.
"Din menurut lo-" Nadinta tidak melanjutkan ucapannya saat melihat Dinar sedang menatapnya intens. Nadinta berdehem mbuat Dinar tersadar dan langsung menggaruk tenhkuknya salah tingkah. "Lo kenapa, Din?" tanya Nadinta.
Dinar menggeleng sambil terus tersenyum kikuk. "Enggak tadi gue lagi liatin jalan aja" jawab Dinar. Nadinta mengerutkan dahinya, liat jalan tapi kenapa bola matanya malah mengarah ke arahnya?.
"O-ohh" Nadinta hanya beroh saja. Dinar tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke layar ponsel. Dalam hati Dinar sedang merutuki sikap bodohnya yang tercyduk Nadinta sedang menatapinya. Dinar melirik sekilas lagi ke arah Nadinta yang sedang tersenyum tipis sambil memperhayikan jalanan.
Tak lama pesanan mereka datang. Nadinta menyambut es creamnya dengan mata berbinar. Dinar yang melihatnya hanya tersenyum geli. "Kayak lagi liat artis korea aja lo" celetuk Dinar.
Nadinta meringis sambil nyengir. "Habisnya gue seneng banget liat makanan favorit gue" ucap Nadinta yang sudah siap dengan sendoknya. Dinar hanya terkekeh geli dengan tingkah Nadinta yang seperti bocah. Tapi Dinar suka.
Nadinta melahap es creamnya sudah seperti seseorang yang sudsh tidak makan dalam setahun saja. Dinar sampai melongo, segitu sukanya dia pada es cream.
Nadinta mendongak ke arah Dinar dengan mulut penuh oleh roti bakarnya. "Kho gak di mhakan Dhin?" tanya Nadinta tidak terlalu jelas karna mulutnya penuh dengan makanan. Dinar tersenyum lalu memasukan satu suap es cream kemulutnya.
"Makan kok, nih" sahut Dinar. Nadinta mengangguk lalu kembali fokus pada makananya lagi. "Dinta"
"Hm?" Nadinta kembali mendongak dengan sandok yang menyangkut di mulutnya. Dinar mengulurkan tangannya menyentuh ujung bibir Nadinta yang belepotan.
"Ceremot"
Nadinta melongo saat setelah Dinar membersihkan noda di bibir Nadinta dengan telunjuknya, Dinar malah mengemut jarinya.
"Dinar!" pekik Nadinta. Dinar mengangkat alisnya. "Jorok banget sih" Nadinta menatap Dinar tak percaya. Dinar tersenyum manis hingga matanya membentuk bulan sabit.
"Gak papah bekas lo ini bukan bekas orang gila" sahut Dinar enteng sembari melanjutkan makannya. Nadinta diam-diam menyunggingkan senyum beserta dengan pipinya yang merona. Kenapa hatinya menghangat karna sikap manis Dinar, dan kenapa dia baru menyadarinya sekarang.
⛔⛔⛔
Seorang laki-laki tengah memegangi perutnya yang terasa sangat lapar. Laki-laki itu meringis sambil menyenderkan tubuhnya ke arah pohon beringin besar kesukaanya.
Dia mengedarkan pandangannya dan melihat seorang wanita paruh baya tengah berdiri sambil sedang menelpon seseorang. Entah apa yang dia lakukan, kakinya melangkah menghampiri wanita itu.
Wanita itu tersentak saat tiba-tiba di datangi oleh orang gila. Namun dia tetap mencoba tenang karna nampaknya orang gila ini juga tidak terlalu berbahaya. Lelaki yang di beri nama Lanhit oleh Nadinta itu menatap wanita itu dalam.
"Hai..." sapa Wanita itu lembut. "Kamu ngapain disini?" Sambungnya. Langit diam lalu menunduk dalam. "Nak....kenapa?"
Langit mendongak llag sembari tangannya meremas pakaiannya. "Lapar...mau makan" lirihnya. Wanita itu tersenyum lantas merogoh sesuatu di dalm tasnya.
"Mau ini?" Tawarnya menodongkan satu bungkus Roti. Langit diam lalu mengangguk. "Nih mmkan yah" Langit menerima uluran itu dan segera memakannya dengn lahap. Wanita itu diam memperhagikan.
Kasian sekali anak ini, dia masih sangat muda. Tapi kondisinya sangat memprihatinkan. Kemana orang tuanya. - wanita itu.
"Kamu mau minum juga?" Tanyannya. Langit mendongak lalu mengangguk. "Tunggu sebentar yah saya beli dulu" setelahnya wanita itu beranjak menuju kedai kecil. Langit diam sambil memperhatikan wanita itu.
Tak lama wanita itu telah kembali dengan botol mineral di tangannya. Entah kenapa Langit tersenyum manis.
"Nah ini minumnya" dia memberikan air itu. Lanhit menyambutnya sembari tersenyum hangat. Entah kenapa hati wanita itu sedikit terhenyut melihat senyum itu. "Nak...nama kamu siapa?" Tanyannya.
Langit mendongak menatap wajah wanita itu lalu meunduk sebelum akhirnya menjawab. "Langit" jawabnya cepat. Wanita itu mengangguk dengan senyum hangat.
"Orang tua kamu dimana?" Tanyanya lagi masih penasaran. "Kamu tinggal dimana sekarang?" Sambungnya lagi.
"Beringin"
"Beringin?" Kerutan tercetak jelas di dahi wanita itu. "Pohon beringin besar itu saya tinggal" ralat Langit.
"O-ooh..." wanita itu menggaruk tengkuknya. "Keluarga?"
"Tidak tahu"
Baru saja wanita akan bertanya lagi saat tiba-tiba ponselnya berdering. "Hah...sebentar" wanita itu menjawab panggilannya. Langit hanya diam memperhatikan itu. Yang dia tahu hatinya menghangat saat ini juga.
"Iya baik saya kesana sekarang" wanita itu memutuskan panggilannya. dia menatap Langit hangat. "Kalo gitu saya duluan yah...saya ada pekerjaan" ucapnya sembari mengusap rambut Langiti lembut.
Setelahnya dia beranjak. Baru saja beberapa langkah wanita itu tiba-tiba terhenti dengan wajah tegang.
"Mamah" ulang Langit.
Wanita itu diam seakan baru saja ada kabar buruk yang dia dengar. "Mamah...?"
****
Hahah maaf yah kepotong. Ini aku lanjutin kok...sans...aja..
tantyTKR_
KAMU SEDANG MEMBACA
Depresi Boy
Teen FictionStory and cover by tantyTKR_ *** "dia yang memiliki senyumanmanis, yang mampumembuatku merasa candu akan dirinya. dia mampu membuatku merasa bahagia walaupun aku tau dia tak bisa aku miliki. apalah aku yang hanya seorang laki-laki gila yang bermimpi...