page 24

219 14 0
                                    


"Berusaha meski tersakiti"

💣💣💣

"Boleh a-aku duduk disini?"

Onky mendongak menatap seorang gadis yang sedang berdiri sambil menunduk itu. Dia tersenyum manis meski tau gadis itu tidak akan melihatnya karna dia sedang menunduk sambil memeluk buku-bukunya erat.

"Duduk aja." balasnya ramah. Gadis itu mendongak sekilas menatap Onky lalu mendudukan dirinya di kursi depan Onky. Dia memperhatikan Onky yang sudah sibuk kembali dengan buku fisikanya.

Gadis itu meletakan buku-bukunya dan ikut membuka buku fisikannya. Meskipun hatinya gelisah ingin selalu memlerhatikan laki-laki yang menabraknya dulu.

Tapi melihat reaksi Onky yang diam saja membuat hatinya sedikit kecewa. Haruskah dia yang memulai terlebih dahulu membuat obrolan.

"Lo anak kelas mana?"

Gadis itu tersentak dari pikirannya. Dia mendongak menatap Onky yang sedang menatapnya. Dia menunduk kembali saat merasakan jantungnya tiba-tiba berdebar mendapat tatapan dari Onky.

"Emz...kelas XI IPA 1" balasnya terdengar mencicit. Untung saja telinga Onky masih normal dia jadi sedikit mendengar jawaban super pelan itu. Onky manggut-manggut paham.

Onky menopang wajahnya dengan tangan kiri lalu menatap gadis di depannya lagi. "Nama lo siapa?" tanyanya lagi. Gadis itu terhenyak mengetahui jika Onky sudah melupakannya begitu saja. Bahkan pertemuan mereka belum genap dua minggu.

"Emz...Ki-kinar"

"Kinar? Kayak pernah denger" cetus Onky sembari mulai berpikir untuk mengingat sosok gadis tak asing di depannya itu. Karna jujur dia seperti sudah mengenal gadis ini, tapi dimana dan kapan itu.

"I-iyah" Kinar kembali merunduk. Jujur dia sangat malu sekarang, entah karna apa hingga dia selalu merasa malu dan gugup jika bertemu dengan Onky.

"Gue Onky" Onky mengulurkan tangannya ke arah Kinar. Kinar terdiam sebentar sebelum akhirnya membalas jabatan tangan Onky. Onky tersenyum ramah ke arah Kinar. Dan Kinar justru membalasnya dengan gerakan lebih gugup dari tadi.

Kinar rada tersentak saat tiba-tiba Onky sudah menarik tangannya kembali dan mulai melanjutkan membacanya. Kinar juga sama halnya, tapi dia sedikit melirik kecil ke arah Onky.

Memperhatikan betapa sempurnanya wajah di depannya saat ini. Sudah tampan, ramah pula. Siapa yang tidak tahu Onky disini, meskipun dia datang sebagai murid baru disini, tetap saja fensnya tidak kalah banyak dari fens Dinar di sekolah ini.

Termasuk Kinar yang selalu memperhatikannya secara diam-diam seperti seorsng penguntit. Katakan Kinar gila karna telah melakukan hal semenjijikan itu. Tapi di satu sisi Kinar sangat menyukai hobi barunya itu.

"Nar, lo tahu gak tentang materi ini?" tanya Onky membuat lamunan Kinar lagi-lagi buyar. Kinar menatap Onky yang sedang menatap dirinya dan buku bergantian.

"Hah, apa?" gugup Kinar kumat lagi. Onky sedikit mencodongkan tubuhnya dan menunjuk buku di hadapannya yang terdapat bamyak sekali materi rumus fisika.

"Ini lo tau gak cara nyelesaiin materi ini?" ulang Onky. Kinar mencoba menetralkan detak jantungnya dan melihat ke arah buku. Namun sayang, konsetrasinya sudah pecah belah ksrna di tatap sedekat ini oleh Onky. "Kinar" tegur Onky.

Depresi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang