07 (DI MANA SALMAN?)

566 81 38
                                    

07

DI MANA SALMAN?

"Karena merpati tau caranya untuk pulang"

Berkali-kali berjalan mondar-mandir di depan rumah Alika, rumah di mana dulu dia pernah meminta bantuan, rumah di mana dia pernah mendapatkan bantuan, rumah di mana dia mendapatkan teman yang perhatian, semuanya ada pada Alika dan rumah sederhana itu. Gimana jadinya jika dulu dia tidak datang ke sini, mau ke mana lagi dia?

Tepat pukul tujuh pagi, Nada sudah dengan pakaian yang sangat rapi, berada di depan rumah yang sangat-sangat sederhana, berharap dapat bertemu dengan Alika.

Dia sengaja ingin datang pagi-pagi karena merasa takut jika datang siang, orang-orang di dalam rumah itu sedang tidak ada.

Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan lembut, berjalan selangkah ke depan dan mulai membuka pintu pagar rumahnya. Berjalan lagi dia menuju depan pintu rumah.

Tangan mengepal dan langsung mengetukkan kepalan tangan itu pada pintu. Ketukan pertama, tak ada jawaban. Ketukan kedua, masih tak ada. Bahkan hingga ketukan ketiga pun masih tak ada jawaban.

Nada menghembuskan napas dan berbalik badan, berjalan dengan gusar karena orang yang diharap bisa membantunya tidak ada di rumah itu. harapan itu sirna, kunci informasi tentang Salman hilang seketika.

Rasanya ingin lupa saja dia dengan Salman. Namun, hati tak kuat menahan tangis yang akan terjadi saat ia benar-benar punya sedikit niat untuk itu.

"Siapa ya?" tanya seseorang dari belakang.

Nada yang benar-benar sudah merasa putus asa seketika menyembulkan senyumnya. Hatinya lega, mekar kembali bak bunga yang kedatangan musim semi.

Nada langsung berputar badan dan dilihatnya gadis sebaya dengannya dengan pakaian yang sama rapinya, sepertinya dia sudah siap untuk melakukan aktivitas.

"Alika?" tanya Nada dengan mulut yang melebar dan mata yang tak berkedip.

"N-nada? Nada kan?" tanyanya balik walau ragu.

Nada langsung berjalan mendekat dan memeluk gadis itu dengan erat melepaskan semua rindu yang selama ini terbelenggu oleh ikatan hatinya sendiri.

Mereka melepaskan pelukan. Alika menyuruh Nada untuk duduk dulu di bangku yang berada di teras rumahnya. Mereka duduk.

"Bentar-bentar! Kalau udah dateng ke sini, berarti," Alika mengucapkan itu sambil tersenyum sumringah, "udah lulus dong?"

Nada mengangguk dan tersenyum dengan lepasnya.

"Bagus deh! Oh iya, bentar dulu ya. Gue buatin minum," ujar Alika sambil setengah berdiri.

Nada menahannya. "G-gak usah, Al! Sebentar doang kok."

Alika terduduk kembali. "Ada apa?" tanyanya serius menatap Nada.

"G-gue! Mau tau kabar Salman."

Seolah semuanya bungkam saat pernyataan itu keluar dari bibir. Seolah semuanya syok mendengar pernyataan yang setidaknya harus ada yang menjawab dari salah satu teman terdekat Salman.

Alika termenung. "Salman, ya!" gadis itu menatap lagi Nada dengan sendu namun tetap tersenyum hangat.

"Lo tau kan, Al? Plis gue mohon sama lo, Al! Kasih tau gue dimana Salman," ucapnya dengan wajah penuh harap.

Namun menjawab pertanyaan itu bukanlah hal yang mudah bagi Alika. Tidak semudah menjawab pertanyaan satu ditambah satu sama dengan berapa, bukan, ini lebih rumit. Bukannya Alika tidak ingin memberitahunya. Tapi, ini masalah janjinya kepada Salman.

PAMIT (SEKUEL HE IS SALMAN) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang