04 (JIKA FISIK PENILAIANNYA)

606 85 36
                                    

04

JIKA FISIK PENILAIANNYA

"Cakep fisik doang kalau dalemnya gak cakep mau apa?"

Dalam dalam kamar pribadinya, Nada sedari tadi terus-terusan berjalan mondar-mandir sambil menggenggam ponselnya, menelepon terus, Salman yang tak jelas di mana adanya, tak jelas juga kabarnya.

Siang ini cukup panas dan ikut menyengat sampai ke kamar Nada, karena pendingin ruangan di dalam kamar itu tidak dinyalakan olehnya. Dirinya menelepon satu kali lagi ke nomor Salman. Tapi, sampai sambungan telepon itu terputus pun Salman tak mengangkat panggilannya.

Kesal, gelisah, tak tenang seperti itulah yang Nada rasakan kini. Kalau tahu begini kejadiannya saat dia benar-benar pulang, lebih baik dia tidak pulang.

"Nad!" seru seseorang dari luar kamar sambil mengetuk pintu.

Itu suara Naya. Nada langsung menghembuskan napas dan berjalan untuk membukakan pintu kamarnya. Dilihatnya saat pintu terbuka, Naya yang sedang membawa dua gelas es kelapa muda.

"Gue lagi gak dapet," cetus Nada.

"Lah? Gue mah inisiatif, siang-siang enak minum es kelapa muda. Tadi gue sama Nanda habis beli di depan komplek rumah."

"Yaudah masuk."

Naya masuk ke dalam kamar, lalu diletakannya nampan yang di atasnya terdapat gelas berisi es kelapa muda. Dilirik sambil menengokkan kepalanya ke kanan dan kiri merasakan hawa panas di dalam kamar ini.

"Panas banget, Nad ini kamar?" tanya Naya.

"Gue gak nyalahin pendinginnya."

"Pantes!" Naya langsung duduk di tepi kasur. "Selama lo gak di rumah, kamar ini sepi banget, Nad! Gak kaya biasanya, ramai. Walau waktu itu Nanda udah di sini juga tetep aja. Gak ada lo hampa rumah ini."

"Ya begitu lah. Gue juga gak tau kenapa, rasanya malah ingin balik lagi ke Australia."

"Kenapa?" tanya Naya dengan cepat.

Nada hanya menghembuskan napas saja, tak menjawab sepatah katapun.

"Salman? Ya?" tanyanya memastikan.

Nada mendangak mengusap tepian matanya yang akan mengeluarkan tetesan tangisnya.

"Nad!"

Menghela napas, lalu menghembuskannya. Gadis itu langsung duduk di tepi kasur bersama dengan Naya. "Nay! Gimana rasanya jadi gue? Ngejar pendidikan jauh-jauh, lama, pas pulang ke rumah cuma gelisah yang gue dapet. Gimana Nay?"

"Nad! Kalau emang cuma karena Salman. Jangan sampai begitu, lo kan baru seminggu di sini, belum lama, siapa tau Salman juga emang lagi sibuk."

"Seminggu tuh udah lama, dan selama di sana juga udah dua minggu Nay dia gak ada kabar. Udah gitu pas gue wisuda dia gak dateng juga."

"Nad, emang gue dateng ke wisuda lo? Kan enggak, lagian juga Turki ke Australia tuh gak deket, Nad!"

"Ya seenggaknya, kasih kabar dong ke gue."

"Ya, mungkin dia sibuk."

"Gak mungkin sibuk selama itu."

"Lo udah hubungin temen-temennya?" tanya Naya.

"Siapa?"

"Ya emang gue tau, kan yang satu sekolah dulu, lo! Atau gak gini aja, lo ke rumah Salman, ketemu sama orangtuanya."

"Gitu?" tanya Nada.

Naya mengangguk. Lalu mengambilkan es kelapa muda yang dia belikan untuk Nada. Naya sengaja membawa dua untuk dirinya dan Nada. "Nih minum, biar emosinya ilang. Lagian dia mulu yang dipikirin. Gue aja tenang-tenang aja sih gak punya cowo."

"Yeh, lo mah kan ketauan."

"Apa?" tanya Naya menyudahi menyesap es kelapanya.

"Lo mah gak suka cowok."

"Sialan lo." Naya langsung meneloyor bahu Nada.

Mereka berdua saling tertawa lepas. Tak ada kecanggungan lagi seperti dulu saat SMA disaat mereka belum dewasa menyikapi masalahnya masing-masing.

"Kenapa gak sama Albar aja?" tanya Nada.

Seketika semuanya hening, Naya juga diam tak bersuara.

"Kok diem?" tanya Nada.

"Gak ah, diakan udah dijodohin sama lo."

"Lah?" Nada menautkan alisnya males mendengar itu. "Nih ya, Nay! Mau dipaksa kaya apa juga gak akan gue mau sama dia. Sikapnya aja pas pertama ketemu gue. Ampun deh."

"Tapi kan dia cakep, Nad?" tanya Naya.

"Cakep fisik doang kalau dalemnya gak cakep mau apa? Sekarang gue tanya nih ya sama lo. Cakepan Albar atau Salman?"

"A-albar," jawab Naya dengan ragu, "cakepan dia si dikit."

"Nah! Tapi sikap Salman yang bener-bener buat gue kagum sama dia. Gak murahan. Malah selama ini gue mikir gue yang murahan banget ke Salman."

"Begitu?" tanya Naya.

Nada mengangguk.

"Lagi kenapa ini orang? Bijak banget," ucapnya dengan sangat pelan.

"Apa-apa?" tanya Nada yang sedikit mendengar sesuatu terucap dari mulut Naya.

"G-gak-gak! G-gue setuju. Iya setuju," jawab Naya sekenanya dengan wajah yang tak bisa dideskripsikan paniknya.

SABAR YA NUNGGU SALMAN
DIA HABIS CHAPTER INI NONGOL
Sabar ya nunggunya
Vote & Comment
See you

PAMIT (SEKUEL HE IS SALMAN) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang