21 (INI MASALAH HARGA DIRI)

422 61 70
                                    

21

Suhu sekitar dua derajat di kota Khalifah Turki Utsmani ini terasa benar-benar dingin di luar, namun tentunya tidak bagi mereka yang di rumah memakai penghangat ruangan. Sudah magrib di sini, namun matahari masih saja terlihat jelas dari jendela. Di dalam hotel, hanya ada sepasang manusia di dalamnya. Seharusnya bertiga. Ya. Jery, dia sedang pergi ke luar, mengurus tiket pesawat dan segala tetek bengeknya untuk kepulangan mereka bertiga, esok.

Di di sofa, tepatnya di depan ruang tidur, Nada. Albar, dia yang sedang menyetel musik dengan volume yang keras, dan ditambah dengan dua botol minuman keras membuat orang ini sedikit kehilangan kesadarannya.

Sedangkan, Nada? Dia hanya berselimut merasakan dingin, juga kesal dengan suara musik aneh yang di putar oleh Albar. Inginnya dia keluar dan memukul pria itu. Namun, niat itu sirna karena dirinya hanya ingin tidur agar bisa cepat-cepat merasakan esok, hingga dia bisa pulang dan bertemu dengan Salman lagi. Semoga hari ini dan esok akan indah.

Di luar hotel, orang-orang ramai berjalan bolak-balik. Jelas. Ini adalah Ibukotanya! Pusatnya! Apalagi di hotel yang dekat sekali dengan Aya Sofya. Tahu? Yaitu sebuah bangunan yang dulunya adalah sebuah Greja dari bangsa Byzantium, dan diubah menjadi masjid oleh Sultan Muhammad Al-Fatih karena berhasil menaklukan kota Konstatinopel yang mana dulu itu adalah nama kota yang sekarang menjadi Istanbul. Namun, sekarang hanya dijadikan sebagai Musium tentang satu bangunan dengan dua agama yang pernah masuk di bangunan tersebut. Tapi tetap saja, seolah keindahan itu sama sekali tak dinikmati oleh Nada. Padahal Salman sangat-sangat menyukai kota ini, begitupun dengan seluk-beluknya.

Alunan musik rock yang absrud benar-benar membuat siapapun yang mendengarnya ingin muntah! Begitupun dengan Nada, semakin ke sini semakin keras suara yang dia dengar. Hingga akhirnya kesabarannya habis dan akhirnya gadis yang memakai celana jeans se-paha dan kaus putih polos itu keluar dari kamar untuk menemui Albar. Hampir saja jantungnya copot, kaget melihat kelakuannya. Dua botol minuman keras yang sudah hampir habis dua-duanya dan hanya tersisa setengah gelas di genggamannya. Dia pikir Albar hanya sedang berjoget dengan musik gilanya itu.

Nada langsung mengerutkan alis, melototi pria setengah sadar itu.

"Albar! Kecilin suaranya," perintah Nada sambil matanya melirik-lirik mencari remot untuk mengecilkan suara musiknya.

Albar sama sekali tidak menggubris perintah Nada. Hingga akhirnya gadis itu berjalan mendekat ke arah pria yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana bahan panjangnya. Badannya memang atletis dan berkeringat, mungkin karena efek minuman yang sudah dua botol dia habiskan itu. Sehingga keringat keluar di cuaca yang dingin ini.

"Albar! Gue mau tidur! Matiin atau gak kecilin volumenya," sungut Nada dengan kesalnya.

Albar hanya menggoyang-goyangkan kepalanya saja entah itu apa maksudnya. Hal itu juga yang membuat Nada semakin geram, hingga akhirnya gadis itu memegang dagu Albar mendekatkan wajahnya dan berteriak.

"Albar! Gue bilang kecilin volum—"

Mau tahu, kenapa suara itu terhenti?

Yakin?

Mata Nada mendelik, wajahnya memerah seperti orang yang sedang kehabisan napas. Karena. Apa? Belum sempat Nada menyelesaikan emosinya. Albar langsung mencium bibirnya. Menahan kepala gadis itu agar tidak lepas. Melumat dengan nikmat dengan gairah laki-lakinya. Padahal Nada sudah berusaha keras untuk bisa lepas dari dia telapak tangan yang mengapit kepalanya.

Emmm emmm emmmm. Berbarengan dengan musik absrud yang keras.

Hingga akhirnya ada celah untuk Nada melepaskan kepala dan bibirnya. Kini usai terlepas, gadis itu langsung menampar dengan kerasnya ke wajah Albar.

PAMIT (SEKUEL HE IS SALMAN) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang