45 (HARAPAN YANG DIKALAHKAN KEPASTIAN)

80 27 29
                                    

Terima kasih masih mau membaca
Vote, komen, kritik adalah semangat saya
Sisa 3 chapter untuk sampai ending
Tgl 19 kita give away.

Terima kasih masih mau membacaVote, komen, kritik adalah semangat sayaSisa 3 chapter untuk sampai endingTgl 19 kita give away

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong jangan buat saya sama sepertimu."

"Dengan lo ada di sini, lo pasti tahu tentang semuanya kan?" tanya Salman dengan suara yang masih serak dan juga parau.

Berada di ruangan Lily, itu berarti kondisinya sudah membaik semenjak sore tadi. Hanya tinggal menunggu pulih dan kering bekas lukanya, sisanya dia dibolehkan untuk pulang. Pulang ke mana? Ke Apartement yang sudah di sewa oleh Dini, Kakaknya, mengingat rumah di Jakarta sudah di jual karena kepindahannya ke Yogjakarta beberapa tahun lalu.

Berada berdua dengan kondisi sunyi khas rumah sakit pada umumnya. Salman yang terduduk dan bersandar pada kasur yang bisa sedikit di lipat.

"Man! G-gue takut lo gak siap."

"G-gue... cuma ingin memastikan apakah yang gue rasakan ini sama, dengan yang lo tahu tentang semua ini."

"Man!"

"Alika!" Pekik Salman dengan tatapan wajah seolah memohon dengan penuh harapan.

Melihat itu justru membuat Alika tidak tega menatapnya. Kasihan. Tapi juga takut.

"Alika tolong ngomong! Gue tahu kalau Arya pasti memanfaatkan kesempatan ini buat melamar Nada, tolong jawab itu benar atau enggak?!" pekiknya namun setelahnya dia terbatuk karena tenggorokkan yang masih begitu sakit akibat benturan keras stang motor yang mengenai tenggorokkan kemudian berlanjut hingga ke ulu hatinya saat kecelakaan itu.

"Hari ini, hari pertunangannya..." Alika langsung menghela napasnya usai mengatakan itu, "Terus apa rencana lo?"

Salman terhentak, matanya tak berkedip. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Menatap wajah perempuan yang dihadapannya kini dengan sedih dan juga tak menyangka bahwa benar semua yang dirinya firasatkan.

"J-jadi... benar?" tanya Salman dengan getirnya.

Alika menyayangkan sekali hal itu, tapi ya sudah, mau dibagaimanakan lagi pun Salman akan mengetahuinya juga, Alika mengangguk samar, "Man! Maaf! Tapi tolong, jujur sama gue. Apa yang lo rasain sekarang?"

Salman masih mematung, bergeming tak menjawab sama sekali ucapan Alika barusan. Pikirannya terus membayangkan tentang hari pertunangan ini. Dibenaknya selalu saja bertanya-tanya, inikah hari terakhirnya? Inikah jawaban akhirnya? Dan inikah batas akhir dari karma yang dirasakannya? Entahlah.

"Harus ikhlaskah atau bagaimana? Al?" tanyanya menatap lirih pada sahabatnya.

"Man! masih ada waktu untuk lo datang ke sana. Gue bisa bantu."

PAMIT (SEKUEL HE IS SALMAN) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang