8. Pak Gray

28 9 3
                                    


Kenapa harus mikirin dunia maya
Kalo ada yang nyata?
-Blaise

*****

Tita menolak Niko bukanlah tanpa alasan, salah satu penyebabnya adalah dia yang punya komitmen untuk tidak berpacaran, mottonya "Pacar pertamaku adalah suamiku" sebenarnya itu bukan hanya mottonya Tita tapi juga mottoku, motto Ima dan motto Maysaroh. Blaise boleh saja suka stalker cogan tapi kita tidak berkeinginan sedikitpun untuk pacaran, apalagi disaat kita masih mengenyam pendidikan. Alasannya karena pacaran itu unfaedah dan menjadi ladang dosa untuk kita sendiri. Kenapa bisa ku katakan seperti itu? Bayangkan saja, pacaran itu boros duit, boros waktu, dan boros pikiran. Belum lagi selama berpacaran kita akan sering melakukan zina, baik itu zina mata, zina tangan, zina hati, dan lain sebagainya. Aku sih pilih aman aja jadi mendingan gak usah pacaran sekalian daripada timbulnya nanti aku dosa setiap harinya. Meskipun sebenarnya aku juga sering sih zina mata, udah jadi kebiasaan malah, susah banget buat di ubahnya.

Allah berfirman dalam Qur'an surat Al-Isra ayat 32 yang artinya "Dan janganlah kamu mendekati zina..." Jadi, sudah jelas bukan mengapa aku nggak mau pacaran.

Waktu aku kelas X, bapak bertanya sampai membuat jantungku berdegup kencang.

"Udah punya pacar belum?" Tanyanya sambil mengunyah kacang rebus. Nyantai abiiss!

Aku mengerjapkan mataku dua kali sebelum akhirnya menjawab "Enggak" dengan nada senormal mungkin.

Aku menjawab enggak karena emang nggak ada niatan buat pacaran, sedangkan kalo aku jawab belum berarti masih ada peluang, akan ada masanya nanti aku memiliki pacar.

Bapak tersenyum lalu tangannya terulur mengusap rambutku yang dikucir kuda.

"Kalo udah punya pacar langsung kenalin aja sama bapak, nanti tak bawa ke KUA" Nada bicaranya halus, tapi aku tau dari kalimat itu tersirat perintah. Perintah untuk tidak berpacaran.

Aku tidak pernah iri pada mereka yang memiliki segudang mantan, atau pada mereka yang menghabiskan malam minggu bersama pacar. Karena aku tau hal buruk tersebut tidak patut untuk ku irikan. Aku jauh lebih iri pada mereka yang bersahabat baik dengan kitabullah, membayangkan begitu banyak lembaran-lembaran kalamullah yang berada di kepala mereka, sukses membuatku ingin menjadi salah satu bagian dari mereka.

"Aku pesenin baso dulu ya" Tita mengayunkan kakinya menuju warung baso bu Lili, saat ini memang sudah memasuki jam istirahat kedua dan Tita menepati janjinya untuk mentraktir kami.

Sembari menunggu pesananku datang aku memainkan ponselku, menuju aplikasi WhatsApp lalu membuka room chatku dengan seseorang yang katanya secret admirerku, tapi ku rasa dia hanya membual.

Pak Gray:
• Siang :')
• Untuk kamu dengan senyum menawan yang membuat hatiku berdebar.
• Bagaimana kabarnya hari ini?

Aku menamai kontaknya Pak Gray karena dia itu memang abu-abu. Tidak jelas, tapi tidak apa, aku suka warna abu-abu, bukan berarti aku suka Pak Gray ya.

Me:
• Siang juga^^
• Gombalanmu receh Pak, kabarku baik

Pak Gray:
• Hahaha receh juga gak papa kok, kan termasuk uang juga
• Lagi apa?

Same [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang