5. Namanya Boy

38 10 5
                                    


Kalo modal tampang doang tapi akhlaknya nol
Buang aja ke laut!!!
-Naymira

*****

Saat tiba di kelas Ima menjadikan si gemuk bahan pembicaraan, berkali-kali kami tertawa sampai kemudian aku menanyakan namanya.

Maysaroh terkekeh "Namanya Boy, dia tetanggaku"

"Really? Oh my god"  Tita berseru terkejut. Dengan lebay ia meletakkan kedua telapak tangannya di depan mulut, matanya melotot tidak percaya.

"Yee sok inggris kamu" mungkin pembalasan, Maysaroh mengusap seluruh wajah Tita hingga jilbab Tita rusak.

"Iih, rusak-kan!" Maysaroh kembali terkekeh.

"Sini sini aku benerin"

"Gak sudi aku"

"Astagfirullah" ujap Maysaroh dramatis sambil mengelus dadanya.

Lalu dia berdecak prihatin, diikuti aku dan Ima yang melakukan hal yang sama.

"Udah sini"

Dengan paksa Maysaroh menarik kepala Tita, lalu tangannya lincah membentuk kembali jilbab Tita yang ia rusak tadi. Tita cemberut tidak terima.

"Jangan marah dong, itu bibir kenapa maju-maju? Mau dicium si Boy?" Yang diceramahi memutar bola matanya malas.

"Nah, selesai! Abis ini gak bakal rusak lagi jilbabnya, aku jamin! Sekalipun ada topan badai halilintar banjir bandang jilbabmu tetap pada tempatnya"

Tawaku menyembur bersamaan dengan Tita yang kini mendengus kesal. Pasalnya Maysaroh membentuk jilbab Tita jadi mirip seperti gayanya bu Nur, jilbabnya terlalu mundur ke belakang sampai-sampai dalaman jilbabnya kelihatan.

Kita terbahak tanpa peduli mata Tita yang berkilat marah.

Tanpa kita tau tiba-tiba Ari datang sambil menepuk bahu Tita dua kali. "Yang sabar mbae, ini ujian"

"Apaan sih?" Sembur Tita marah.

Sedangkan Ari menampilkan wajah tak berdosanya. "Opo toh mbak, aku kan nasehati kamu biar sabar, lah iki? Nyatane kena sembur akunya, emang ya bocah-bocah jaman saiki perilakunya kurang"  

Sedetik kemudian, Ari melenggang keluar kelas sambil nyerocos pake bahasa jawa yang sama sekali tidak ku mengerti.

"Nah loh"

"Masmu marah mbae"

Tita mendengus, mengalihkan pandangannya lantas bercermin memperbaiki jilbabnya yang mirip bu Nur.

Omong-omong, ini kok gurunya gak masuk-masuk? Padahal bel telah berbunyi sekitar lima menit yang lalu.

"Eh si Boy gimana nasibnya?" Tanya Ima.

"Ciee... perhatian" kataku sambil nusuk-nusuk lengannya. 

Lalu kami berdehem keras-keras membuat Ima mendengus kesal.

"Apasih kalian"

"Mau ku bilang sama ibunya nggak?" Goda Maysaroh.

"Bilang aja May" Tita berseru antusias, dia bahkan lupa sepuluh detik yang lalu dia sedang marah.

"Gimana kalo namanya Boy kita ganti jadi Boay aja, kan pantatnya lebar tuh" usulku disertai tawa.

Maysaroh melotot "Huss ngomongnya...

"Kadang suka bener" setelahnya kita kembali terbahak.

Aku sama Maysaroh emang sering banget mlesetin nama orang, atau ganti-ganti nama mereka, unfaedah memang, tapi udah jadi kebiasaan. Gimana dong?

Same [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang