17. Dibaperin Tuan Bakso

23 7 1
                                    


Nggak ada yang status di antara kita, adanya komitmen
Untuk saling setia, saling menghargai, saling berbagi, dan saling-saling lainnya.
-Alan Hamzah

*****

Selesai mengembalikan Al-Quran ke tempat asalnya ketiga temanku langsung mengerubungiku dengan ekspresi penasaran, pengen nabok, dan geli-geli jijik. Aku mengangkat alis seiring dengan Maysaroh yang menajamkan tatapannya.

"Apa?" Tanyaku pura-pura acuh.

BRAKK!!

"Astagfirullah" ujarku spontan.

BRAKK!!

Mulutku sudah membuka lalu,

BRAKK!!

Mereka kesetanan apa sih? Secara berturut-turut ketiga temanku itu menggebrak meja membuat seisi kelas memfokuskan pandangannya pada Blaise.

BRAKK!! Masya Allah... belum cukup juga?

"Oy!" Seruku "kasian mejanya" lanjutku lagi.

Tiba-tiba Maysaroh mengerlingkan matanya "Akting kita bagus nggak?" Tanyanya kemudian membuatku kontan ingin menepuk dahi, tapi urung ku lakukan.

"Udah sama kaya orang marah di sinetron belum?" Kali ini Titan yang bersuara.

Aku berdecak "lagian akting buat apaan sih?"

Pandangan Maysaroh menajam lagi "buat marahin kamu"

''Aku?"

"Iya!" Serempak mereka berseru, seperti tidak takut jika sewaktu-waktu ada guru yang memasuki kelas.

Aku terkejut menarik tubuh ke belakang. "Kenapa sih?" Sedetik kemudian mereka mendelik tidak percaya "kamu bilang kenapa?" Hampir menjerit Ima mengatakannya.

"Tenang... kita bicarain dengan kepala dingin"

Mereka sama-sama menghembuskan napas kasar. "Kamu jadian sama Alan?" Tanyanya membuatku tersedak liurku sendiri.

Kepalaku menggeleng lantas mereka menyipitkan matanya menyelidik. Tita melipat kedua lengannya di depan dada lalu mendengus "nggak. per. ca. ya" ucapnya disertai penekanan di setiap katanya.

"Ya udah" tuturnya sambil mengangkat bahu lalu aku mulai membaca bukuku yang sedari tadi berada di atas meja.

"Woy Alan! Sini kamu, ngapain ngintip-ngintip gitu?"

Aku sudah kebal, mereka pasti mengerjaiku. 

"Hehehe iya nih, dipinjem dulu ya Ira nya" suara itu? Sontak ku angkat kepalaku lantas pandanganku langsung bersibobok dengan mata beralis tebal yang kini menyipit karena sang empunya tersenyum lebar.

"Ayok Ra" ajak Alan.

"Gaes" Maysaroh bersuara sambil melirik Ima dan Tita. "Usir jelek! Hus... hus... sana" mereka berseru-seru serempak seraya melayangkan tangannya ke depan.

Apa-apaan?! Kesalku dalam hati.

Kakiku mulai berayun keluar kelas lantas terhenti karena ucapan nyinyir Tita.

"Kita mah apa atuh yang jomblo nggak ada yang nyariin" aku menoleh lalu ku dapati mereka menganggukkan kepalanya sambil memasang ekspresi pedih, aku hendak kembali memutar kepalaku tapi celetukan Maysaroh membuatku urung melakukannya.

"Udah sana, nanti ayang-nya nungguin"

"Iya aku mah gitu, selalu ditunggu" selesai mengatakannya aku berlalu dengan perasaan kesal yang masih bercokol di dada.

Same [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang