3. Cogan Baru

53 11 3
                                    


Ternyata di balik kekejaman Bu Nur, ada hikmah yang terselip.
-Naymira

*****


Semenjak kejadian Blaise yang menemukan cogan baru, kita jadi sering keliaran buat nyari si Babang, ya walaupun kalo udah ketemu kita cuma bisa diem aja, ngeliatin dia dari jauh sampe gak bisa dilihat lagi karena terlalu jauh. Abis itu udah, kita kembali ke kelas sambil nyengir kaya orang kurang waras.

Kabar baiknya si Bulbul alias babang berjambul sama babang berponi atau biasa kupanggil dia Popon itu kaya semacam satu geng. Tiap ada si Bulbul pasti ada si Popon, itu memudahkan kita untuk mengamati mereka. Serius, kita cuma ngamatin doang gak berani ngajak kenalan apalagi ngobrol bareng. Sampe sekarang aja kita masih nggak tau siapa nama mereka.

Geng-nya Popon bukan hanya berisi mereka berdua tapi juga ada anggota lain yang kita sebut sebagai Idiot Tiga, mungkin ini sedikit kejam tapi mau bagaimana lagi tiba-tiba saja otakku macet saat hendak memikirkan sebutan yang lebih bagus untuk dia. Idiot Tiga ini memiliki perawakan yang besar, tinggi pula, kalau istilah jawanya Idiot Tiga ini gedhe dhuwur, yang buat dia sedikit aneh adalah kepalanya yang kecil, jadi kaya ngerasa jomplang aja gitu kalo liat dia. Layaknya gambar anak TK yang tidak memperhatikan komposisi dan anatominya. Absurd luar biasa.

"WC kuy" ujar Tita. Sebenarnya aku malas.

"Sekalian liat Babang" nah, kali ini baru aku semangat.

Hal selanjutnya yang terjadi adalah aku yang berjalan ke WC bersama teman-temanku dibarengi dengan mataku yang sibuk menjelajah mencari sesosok laki-laki beriris mata coklat.

"Stop!'' Tanganku melebar membuat mereka terpaksa berhenti sambil menatapku keheranan.

"Why girl?" Maysaroh bertanya dengan nada sok inggrisnya, tapi aku tidak memiliki banyak waktu untuk mengolok-ngoloknya.

Kemudian Tita mengusap seluruh wajah Maysaroh hingga membuat kerudungnya berantakan. "Yee si bocah"

"Kerudungku... Masya Allah" sekali lagi, aku tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan Maysaroh yang kini sibuk dengan kerudungnya.

Fokusku berada di depan sana sekitar tiga meter dari tempatku berdiri, Popon sedang berjalan dalam diam, lengannya memeluk buku-buku pelajar yang jumlahnya kalau tidak salah ku hitung ada sepuluh buah dengan ketebalan kira-kira 2 cm. Popon memakai peci jadi poninya tidak kelihatan, sesekali alisnya menukik karena sinar mentari yang menerpa wajahnya membuat dia silau.

Ugh, gantengnya...

Disampingnya ada Idiot Tiga yang sama-sama membawa sepuluh buku yang sama. Sesekali tangannya melambai pada sekerumunan laki-laki yang berada di depan kelas mereka disertai cengiran yang ugh. Bayangkan saja jika ada orang yang nyengir tapi giginya ompong dua lalu gigi taringnya memanjang bagai vampire. Oke lupakan tentang dia.

Poponku terus berjalan dengan gaya yang amat keren, yah setidaknya itu yang mataku lihat. Mataku tak lepas dari tubuhnya yang mulai memasuki kelas. Sampai saatnya dia hilang dari pandanganku aku menoleh pada mereka. "Kuy lanjut"

"Huh! gak ada si Bulbul" Tita mendengus.

Setelah selesai dengan urusan WC, kita kembali ke kelas tapi saat melewati kantor guru tiba-tiba saja kami dihadang oleh bu Nurlaeli.

"Nok...nok... tunggu nok" ucapnya sambil berlari kecil. Badan tambunnya bergerak-gerak membuatku harus menggigit bibir bawahku menahan tawa yang siap meledak.

Same [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang