Dia Masih Bagus-ku [DMB] - 7

2.2K 105 1
                                    

<Flashback>

12 tahun lalu...

"Kata ibu biar kepalanya ga sakit harus di kecup" aku berjalan mendekati kakak itu dan mengecup kepala lelaki itu. Tapi dia malah mendorongku dan membuatku terjungkal jatuh kebelakang. 

"Awww!" jeritku. kakiku tergores batu dan rasanya sangat perih sekali, aku menangis ketika melihat darah keluar dari lututku yang luka itu. Tiba-tiba ada seorang anak lelaki berbadan gempal yang menghampiriku, ia mengeluarkan plester dari sakunya kemudian menempelkannya di lututku yang terluka. 

Aku berhenti menangis, ketika aku ingin mengucapkan terimakasih ia dengan sangat cepat berlari menjauhiku. Ibu datang dan segera menggendongku untuk membersihkan lukaku di rumah.

keesokan harinya ibu memberitahukan kepadaku bahwa aku akan pindah ke sekolah swasta bekas kak radit dulu, alasannya karena menurut ibu aku banyak di ganggu disekolah sebelumnya. 

<Flashback End>

"Ya, cowok gendut yang masangin plester dilutut kamu itu aku An." kata Bagus.

"Serius ga?" tanyaku.

"Serius lah" Kata Bagus masih menampilkan senyum manisnya.

"Tapi kok bisa..."

"Kamu juga dulu bulet loh An, jauh sama sekarang" kata Bagus memotong ucapanku.

"Ehehehehe. Aku sempet sakit waktu SMP, jadinya kurus deh" kataku menyenderkan kepala ke kursi bioskop.

"Waktu hari itu aku gapernah liat kamu lagi, aku fikir kamu marah sama aku karena aku ngasih kamu plester jadinya kamu gasekolah. Eh tapi ternyata kamu pindah" Bagus mencoba mengenang masa kecilnya, masa kecil kami berdua tepatnya.

Aku menyenderkan kepalaku dibahu Bagus. "Kamu tau? Waktu aku SD ada 2 orang yang sampe saat ini aku inget, soalnya mereka seolah-olah seperti pahlawan buat aku. Ketika yang lain ngejauhin aku mereka malah bantuin dan nemenin aku main" 

"Hmm" 

"Orang itu Alna dan Cowo gendut yang masangin plester pink di kaki aku" Perkataanku berhasil membuat Bagus menoleh kearahku. "Lucu sih kalo dipikirin lagi, masa ada cowo bawa2 plester warna pink hahahaha" lanjutku sambil tertawa. 

"Ya...itu juga bukan plesterku. Aku ngambil yang punya temenku hehe" Aku Bagus.

Aku terkejut mendengar pengakuan Bagus. "Jadi, kamu nyolong?" Tanyaku.

"Ya, gak nyolong juga sih. Minjem doang, besoknya aku gantiin sama 10 plester ko. suer deh" Katanya mengacungkan dua jari membentuk huruf V. 

"Hahahahaha. Pokoknya aku bersyukur banget bisa tau kalo cowo itu adalah kamu" kataku membenarkan dudukku.

"Kenapa?" tanya Bagus menoleh kearahku.

"Ya, aku jadi bisa bilang Makasih" kataku balik menatap dia.

"Yaudah, bilang dong" kata bagus tersenyum menggoda.

"No. Jangan sekarang" Kataku mengalihkan pandangan ke layar bioskop bertepatan dengan matinya lampu bioskop yang bertanda bahwa film akan segera dimulai. 

Malam itu ku habiskan malam terakhirku di Magelang berdua bersama Bagus. Dia manis, memperlakukan aku seperti seorang putri dan sangat menghormati perempuan. Aku merasa menjadi seorang perempuan yang paling bahagia karena bisa memiliknya. 

***  

Pada tahun pertama dan tahun kedua hubungan kami baik-baik saja, Bagus masih sama seperti awal kita bertemu. Dia masih hangat, manis, santun dan masih memperlakukanku sebagai seorang putri. Meskipun terhalang jarak kami tidak pernah sekalipun tak terganggu dengan komunikasi, karena ketika Bagus memiliki waktu luang aku pun menyempatkan meluangkan waktuku dan dia menghubungiku via video call. Ya, walaupun kami pernah beberapa kali berselisih dengan Bagus tapi kami menyikapinya dengan dewasa sehingga sejauh ini hubungan kami selalu baik-baik saja. Bahkan keyra sempat mempertanyakan mengapa hubungan kami begitu langgeng padahal kami jarang sekali bertemu dan mengenai mas Wirya dan Keyra mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan ditahun ketiganya karena perbedaan yang tidak bisa mereka lewat, kalian tau lah.

Dan saat ini aku dan Bagus menginjak tahun ketiga. Sempat ada kekhawatiran karena kandasnya hubungan kerya dan mas Wirya ditahu ketiga, tapi Bagus selalu meyakinkan kepadaku kalau semuanya bakal baik-baik saja.

"Mau 3 tahun kek, 30 tahun kek, 300 tahun kek cinta aku ke kamu tetep sama. Gaakan ada yang berubah, percaya sama aku"

Itulah kalimat yang dilontarkan oleh Bagus ketika aku mendiskusikan tentang aku yang khawatir dengan masa depan hubungan kita. 

"Ana, kamu diajak Bagus makraban kan ya? ikut?" tanya Bunda bagus ketika aku sedang memotong sayuran.

Ya, sebulan setelah kami pacaran bagus langsung memperkenalkan aku kepada keluarganya. Respon keluarga Bagus dan keluargaku sangat bagus, mungkin itu juga yang menjadi rahasia keawetan hubungan kita berdua, restu keluarga.

"Gatau nih bun, kalo misalnya Bab 1 sudah di acc dosen pembimbing kayaknya aku bisa datang deh kalo misalnya belum mah sulit bun. aku harus ngejar targetan lulus bulan desember kan bun hehe" Kataku kepada Bundanya Bagus. 

Aku sudah menganggap Bunda Elin; Bunda Bagus, sebagai bundaku sendiri. Bunda orangnya ramah, hangat dan baik sekali. Bagas, adik kembar Bagus yang ternyata adalah seorang laki-laki juga sangat menerima keberadaanku dikeluarganya. Pokoknya aku bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga keluarga Atmajaya.

"Iya yah kamu teh lagi skripsian, gimana lancar? bunda sampe lupa hehe" Kata bunda.

"Yaaaa gitu bun. Doain aja mudah2an cepat lulus, lelah aku kuliah bun mau nikah aja hahaha" kataku sambil ketawa.

"Ye, kalo udah lulus juga kamu harus nunggu 2 tahun dulu biar bisa dinikahin Bagus-mu itu loh hehe" Bunda membalasnya dengan nada menggoda.

"Apaan sih bun hehehehehehe" kataku sambil menutupi kedua pipiku yang merona karena ucapan bunda. 

"Bunda sih berharap kalian sampe nikah ya, kalo bisa sampe punya anak dan tua bersama" Bunda menghentikan aktifitasnya dan berjalan kearahku. "Bunda udah terlanjur sayang sama kamu" Lanjut bunda sambil memelukku erat.

Aku tersenyum dan membalas pelukan bunda.

"Yaaa, Ana juga sayang banget sama bunda" ucapku tulus. 

"Yaudah.." bunda melepaskan pelukannya. "Sekarang kita selesaikan dulu masak-masaknya ya calon menantu bunda" lanjutnya sambil menggerling jahil kearahku. 

Aku tertawa pelan melihat tingkah laku bunda yang lucu itu. "Oke" kataku sambil melanjutkan aktifitasku yang sebelumnya terhenti oleh acara peluk-pelukan sama Bunda. 

From : Mas Bagusnya Ana :)
Sore ibu, sedang apa dan dimana? :)

Aku tersenyum kecil melihat pesan singkat yang dikirimkan oleh Bagus, aku segera membalas pesan singkat itu. 

To : Mas Bagusnya Ana :)
Sore pak, sedang memasak membantu bundamu dan sedang ada dirumahmu hehe. Bapaknya lagi apa? hehehe

Mas Bagusnya Ana :)
Lagi pesiar nih, tapi aku lupa buat ngecas. Jadi, kalo misalnya aku ngilang berarti abis batre ya :)

Anabelbi
Oke dapat dipahami komandan hehe. Udah makan?

Mas Bagusnya Ana :)
Baru aja nyampe kedainya keyra, sama temen-temen yang lain.
*sent a picture*

Bagus mengirimkan foto selfie di depan kedai Han, kedainya keyra. 

Anabelbi
Ganteng, Jadi kangen hehe.

Mas Bagusnya Ana :)
Makanya dateng pas makrab nanti ya? Oke ga? :D

Anabelbi
Doain aja dosennya ga narik ulur terus ya hehehehe

Mas Bagusnya Ana :)
Semoga dosennya ga labil. Amin hehehehehehehe, yaudah aku mau makan dulu ya gaenak kalo aku makan sambil mainin hp di depan temen-temen ku.

Anabelbi
Amin hehehe. Oke deh, selamat makan. Salam rindu buat keyra :*

Mas Bagusnya Ana :)
OK. Love you

Anabelbi
Me more hehe.
Read.

***

Maaf banget part ini kalo dianggap terlalu cepat pergantian tahunnya, soalnya....
Penasaran kan ya? Makanya jangan lupa tambahkan cerita ini di perpustakaan dan reading list kalian, dan jangan lupa comment dan votenya juga :)))

Terimakasih banyak, Love u all.

Aku, Kamu dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang